NitNot ❘ Profile picture
Kebahagiaan datang ketika pekerjaan dan kata-kata anda menjadi manfaat bagi dirimu dan orang lain. - Buddha - || Akun ke-2 https://t.co/dPJZFe5DA5

Apr 13, 2021, 23 tweets

.
.
.

Ketika anda petani, dan anda tahu bahwa 5 bulan lagi kopi di kebun seluas 11 hektar milik anda siap panen, adakah persiapan khusus harus dilakukan?

Yang jelas, Itu panenan besar. Itu bisa dan sebaiknya harus dilihat dari sisi pandang sebagai pintu masuk bagi langkah lebih besar ingin kita capai. Itu juga moment strategis bagi masa depan harus mendapat pijakan.

Sama sekali tak boleh kita lewatkan dan maka segala persiapan, perhitungan hingga hal-hal detil terkait masa panen itu menjadi concern kita. Itu hal logis atas pandangan kaum yang peduli dengan masa depan.

Adakah hal pantas harus pemerintah lakukan sejak dari sekarang bila pada tahun 2030 nanti bonus demografi kita meningkat 2 kali lipat?

Ingat, itu juga tentang panen kita atas jumlah usia produktif yang seharusnya menjadi keuntungan. Data berbicara dan itu bukan reka-reka.

Usia produktif seperti apa yang kita butuhkan pasti terkait dengan bagaimana masa depan meminta. Selalu ada korelasi, dan benang merah atas hal tersebut harus negara temukan agar keuntungan dituai bukan beban justru didapat.

Bila langkah fakta harus kita tuju dan di depan sana ada tempat perhentian bernama industri 4.0, dan itu juga baru dapat kita lewati dengan syarat dan ketentuan berlaku, tak ada kata lain selain HARUS BISA. Untuk itulah negara harus hadir demi mempersiapkannya.

"Indonesia sendiri telah menyiapkan roadmap implementasi Making Indonesia 4.0.

Terdapat tiga hal utama dalam road map itu," demikian pernyataan Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada agenda pameran dagang tingkat dunia, Hannover Messe, secara virtual pada Senin 12 April 2021.

"Tantangannya adalah menyiapkan SDM yang mampu menghadapi tantangan masa depan, yakni tantangan big data, tantangan kecerdasan artifisial, tantangan internet of things," ujarnya.

Presiden sangat memahami apa tuntutan atas bagaimana kita dipaksa harus berjalan menuju.

Industri 4.0 pun hanya satu fase sebagai langkah harus. Itu bukan pilihan, itu lebih pada penekanan HARUS.

"Apakah ini terkait dengan ramai berita bukit algoritma di Sukabumi itu?"

Perlahan dan pasti tirai tipis penutup jarak pandang clear kita atas "tiba-tiba bukit algoritma" diurai.

Bukan salah kita tak mampu melihat dengan jelas bukit itu sebagai fenomena dan kita terkejut, bahkan seorang Fahri Hamzah hingga Ridwan Kamil pun masih bertanya dengan nada terdengar sama dengan kita.

Bukan rencana kita ingin membuat tiruan Silicon Valley seperti di AS sebagai cara gagah-gagahan membuat kita kagum, ada realisasi dana sebesar 1 miliar Euro atau setara 18 triliun rupiah sudah dipastikan turun.

Itu terbukti dari penandatanganan kontrak antara BUMN AMKA dan PT Bintang Raya Lokalestari. Kontrak itu berbicara tentang pemberian perintah pada BUMN Amarta Karya untuk segera bekerja membangun infrastruktur. Ini valid.

Bila hal agak janggal yakni sekelas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan politisi senior sekelas Fahri Hamzah pun tampak terkejut, ini wajar karena investasi sebesar 18 triliun adalah investasi kakap dan terdengar agak mustahil didapat pada situasi seperti saat ini.

Apalagi ketika nama Budiman Sudjatmiko sebagai Ketua pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO dianggap sebagai inisiator atas proyek tersebut. Ini memancing tamya daripada jawab.

"Niatnya saya respons, saya dukung, tapi hati-hati kepada semua orang yang sedikit-sedikit bilang mau bilang bikin Silicon Valley," ujar Ridwan.

Sementara, melalui tuiter Fahri Hamzah bercuit, " Om @budimandjatmiko punya proyek 1 miliar Euro gak ngajak2 ih…😂 (becanda sih)"

Namun ketika Presiden memberi sambutan pada agenda pameran dagang tingkat dunia, Hannover Messe, secara virtual pada Senin 12 April 2021 dan berbicara tentang bagaimana seharusnya kita bersiap menghadapi era industri 4.0, kita dibuat mengerti.

Sepertinya Presiden berada di balik semua ini. Presiden memajukan seorang Budiman sebagai inovator 4.0 untuk membantunya mempersiapkan panen atau bonus demografi 2030 nanti.

Bukit Algoritma yang pada tahap awal akan menelan dana sebesar 18 triliun rupiah untuk lahan dengan luas 354 hektar dan akan diperluas menjadi 888 hektar pada proyek berikutnya adalah adalah jawaban Presiden.

Di sana, tantangan big data, tantangan kecerdasan artifisial, tantangan internet of things, hingga teknologi masa depan akan menjadi tema pembicaraan sehari hari dan maka kita tak asing dengan itu semua.

Di sana, anak-anak pintar kita mendapat ruang bersaing dan berkompetisi demi mengejar makna pencapaian hebat masa depan negara besar ini. Industri 4.0 hanya satu langkah kecil namun di sana pula langkah besar menuju langkah selanjutnya adalah keniscayaan itu sendiri.

Pantaskah melalui Budiman Presiden ingin bonus demografi itu dikelola dengan baik sehingga panen tenaga kerja dengan skill pantas bagi kita menuju era industri 4.0 dapat terwujud?

Bukit Algoritma menyimpan cerita itu...
.
.
.

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling