NitNot ❘ Profile picture
Kebahagiaan datang ketika pekerjaan dan kata-kata anda menjadi manfaat bagi dirimu dan orang lain. - Buddha - || Akun ke-2 https://t.co/dPJZFe5DA5

Apr 18, 2021, 25 tweets

ABAIKAN PARA SKEPTIS
.
.
.
.

Dalam hal kerukunan sebagai sesama anak bangsa, harus kita akui bahwa kita tinggal kelas. Ga pernah naik kelas dan terus masih duduk dibangku yang sama sejak puluhan tahun lalu dan kita pun masih tampak tak malu.

Terlalu banyak perkara kita ungkit. Terlalu sibuk cara kita mencari sisi berbeda diantara kita dibanding dengan kesamaan kita dalam satu bangsa misalnya.

Ketika Presiden menggaungkan nikel sebagai unggulan bangsa ini, komunis sebagai cap PKI pd wajah negeri tirai bambu itu mereka sematkan.

Di sana, ingatan atas rasa marah dan was2 akan hadirnya kmbl ancaman paham komunis kita buat lebih penting dibanding dengan negara Tiongkok yang hadir sebagai investor.

Narasi bahwa TKA China akan merampas porsi pekerja kita hingga China sebagai negara akan menjajah kita dari sisi ekonomi lebih mendapat penekanan dibanding mereka hadir sebagai partner. Sebagai teman dalam bisnis dan kita mencari keuntungan bersama.

Investor yang kita undang dan kemudian datang bukan kita sambut, justru kita caci dengan narasi benci.

Tak berbeda dengan Morowali, kini pada Sukabumi pun kita berdebat. Morowali dengan nikelnya dan Sukabumi dengan Bukit Algoritmanya.

Bila pada Morowali mereka sibuk membenci China, pada Sukabumi mereka skeptis dan mentertawakan tuan rumah.

Bila pada Morowali mereka tak suka pada siapa yang datang (investor), pada Sukabumi mereka tak percaya pada siapa yang akan mengelolanya.

Budiman Sudjatmiko yang berhasil membawa investor masuk dengan investasi awal sebesar 18 triliun rupiah dipertanyakan kelayakannya dan maka itu dianggap sebagai gimmick politik belaka. Dia tak dianggap figur berprestasi justru ancaman. Atas apa, itu ada pada jawab mereka.

Dianggap justru akan membuat prestasi mangkrak hingga curiga adanya kepentingan lain seperti pemburu rente dan marketing real estate belaka, itu diungkap dalam ramai tanggapan para skeptis.

Bahkan majalah Tempo dgn sinisnya dalam halaman mukanya memasang gambar Bukit itu dengan berhias Teletubbies.. wow segitu bersemangatnya Tempo. 👏👏👏👏

Kabar Indonesia akan melangkah lebih baik selalu tampak mustahil di mata para skeptis dan maka tanggapan berniat menjatuhkan selalu kemudian kita dengar. Itulah fakta tentang kebersamaan kita.

Morowali yang tak dianggap dan cibir selalu hadir dalam setiap pembicaraannya telah membuktikan dirinya. Mereka semua salah..!! Morowali dari yang awalnya "tak tampak" pada google map kini menjelma menjadi pusat nikel dunia.

Dari Morowali, produk stainless steel tersemat pada nama Indonesia sebagai pengekspor terbesar nomor 4 di dunia setelah China, Uni Eropa dan India. Ingat, itu stainless steel, produk bergengsi sebuah peradaban.

Dari Morowali pula produk baterai mobil listrik dunia sudah pasti akan lahir. Panasonic dan LG sebagai pemain terbesar dalam dunia baterai sudah berinvestasi secara besar-besaran di sana.

Menjadi salah satu pusat produksi mobil listrik dunia, itu tak lagi menjadi jarak yang membuat kita gamang. Itu hanya terpisah oleh waktu sebagai jarak.

Dalam hal teknologi, harus kita jujur akui bahwa itu milik mereka. Itu nilai lebih mereka selain uang berlimpah dan maka kita undang sebagai investor. Kita belajar sekaligus menghasilkan nilai tambah atas SDA kita.

Pada Bukit Algoritma kesinambungan itu mendapatkan tempatnya.

Hadirnya Bukit Algoritma dalam perspektif kita sebagai negara yang ingin melompat masuk jajaran negara berproduksi iptek ingin dibuat menjadi lebih masuk akal.

Bukan sekedar transfer teknologi kita berharap dapat dari investor yang sudah datang, namun melakukan penelitian brsm dgn mereka sekaligus membuat inovasi sbg syarat kita melompat dapat kita lakukan secara paralel dan berkesinambungan pada Silicon Valley milik berharga kita itu.

Pada Bukit Algoritma kegiatan seperti Amati, Tiru dan Modifikasi dapat dimulai dengan melibatkan banyak pihak atas teknologi yang sedang dan akan terus dibuat di Morowali hingga ikut serta pada penerapan teknologi mobil listrik yang akan menjadi unggulan negara ini.

Di sana, bukan lagi kita sebagai bangsa pengunduh, kita memiliki potensi naik kelas menjadi pengunggah.

Itulah makna Bukit Algoritma dibuat hadir di mana komunitas ilmiah mendapat pijakan bagi cara mereka berdiskusi.

Di sana kesatuan antara penelitian hingga aplikasi dalam bentuk produk yang kita butuhkan dan bernilai strategis kita miliki.

Sama seperti Morowali pernah tak dianggap namun kini dari sana terbukti mampu lahir industri strategis bernilai teknologi terdepan, demikian pula pada Sukabumi dengan Bukit Algoritmanya.

Tak perlu kita habiskan tenaga dan pikiran hanya demi meng counternya.

Tak perlu kita harus merasa runtuh mental hanya karena cibiran itu. Seharusnya, itu menjadi cara kita semakin yakin bahwa langkah kita sudah benar.

Tak ada jaminan para skeptis itu akan hilang hanya karena kita berhasil membuktikannya dan sukses. Mereka akan selalu mampu menciptakan panggung baru dan itulah maksud mereka hadir. Demi panggung dan upah tepuk meriah.

Jalan terus Mas Bud, toh anjing menggonggong kafilah tetap berlalu
.
.
.

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling