✨ Widas ✨ Profile picture
Dengan menulis, kamu akan banyak membaca. Dengan membaca, kamu akan irit bicara. Dengan irit bicara, lisanmu terjaga dari perkara yg sia-sia. #AyoMenulis 📖🖊

May 11, 2021, 25 tweets

[THREAD]

DIVORCE – It’s Never an Easy Decisions

Rumah tangga itu sebuah fase kehidupan yg menurutku paling kompleks.

Dan perceraian itu salah satu resiko yg dihadapi setiap pasangan ketika mereka memutuskan untuk menikah.

Kita ulas hal ini lebih dalam yuk. 🍵

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Seperti halnya investasi, ada resiko mengalami rugi. Dan salah satu resiko dlm pernikahan adalah perceraian.

What is the biggest factor to drive a divorce in marriage?

Menurut definisi @CambridgeWords, definisi singkat perceraian adalah sebuah proses hukum untuk mengakhiri suatu hubungan pernikahan.

Biasanya hak soal pembagian harta, hak asuh anak, kewajiban menafkahi anak, dll, juga diatur dalam proses ini.

Mereka resmi tidak bersama lagi.

Data @Financesonline menunjukkan Russia merupakan negara dengan tingkat perceraian tertinggi – rata-rata 4,7 orang dari 1000 orang.

Nomor dua dan tiga ditempati oleh Guam (4,2) dan Moldova (3,7).

Di Asia sendiri, China menempati peringkat tertinggi angka perceraian (3,36).

Diantara laki-laki dan perempuan, menurut data @FinancesOnline ini, permintaan untuk bercerai didominasi oleh pihak perempuan (69%).

Namun menariknya, meski yg dominan minta cerai perempuan, namun mereka justru jadi pihak yg bertahan lebih lama dari laki-laki (7,9 tahun).

Ternyata perceraian ini ndak hanya dialami oleh kalangan straight aja, data dari tahun 2015-2019 menunjukkan kalo proses perceraian juga dialami oleh kalangan same-sex couples.

Sebanyak 589 kasus terjadi dikalangan male couples dan 233 kasus terjadi di kalangan female couples.

Rata-rata orang yg mengalami perceraian ini terjadi saat usia mereka menginjak 30 tahun.

Dalam artikel risetnya, dijelaskan lebih lanjut kalo sebanyak 60% perceraian terjadi saat pasangan ada di range usia 25-39 tahun. 60% yg nikah muda di usia 20-25 tahun berakhir cerai juga.

Ada beragam alasan yg jd sebab kenapa seseorang memilih cerai.

75% karna faktor kurangnya komitmen, 59.6% karna perselingkuhan, 57.7% karna faktor konflik, 45.1% karna nikah muda, 36.1% karna finansial, hingga 13.3% karna faktor kurangnya edukasi pra-nikah dan perbedaan agama.

Lalu Indonesia sendiri gimana?

Merujuk data dari @KATADATAcoid, sepanjang tahun 2015-2018 tren perceraian cenderung menanjak.

Sebanyak 408,202 kasus perceraian terjadi di tahun 2018. Angka ini cukup tinggi kalo kita bandingkan saat 2015 lalu yg “hanya” 353,843 kasus.

Sedangkan sebab perceraian sendiri menurut Ditjen Badan Peradilan Agama MA pd tahun 2017 juga cukup beragam.

Nomor satu karna faktor konflik tak berujung, disusul persoalan ekonomi, lalu ada pula yang ditinggal pergu tanpa pamit, hingga cerai karna pasangannya murtad.

Pandemi Covid-19 ikut berkontribusi pada ekstrimnya angka perceraian.

Menurut data dari @Jatimnet1, selama tahun 2019, tercatat kasus perceraian di Jatim sebanyak 8,303 kasus.

Namun sepanjang SEPTEMBER 2020 aja, kasus perceraiannya mencapai 55,747 kasus alias naik ± 670%!

Hill & Kopp (2015) dlm risetnya menjelaskan kalo perceraian emang bisa memberikan dampak yg serius baik dari sisi emosional dan psikologis seseorang.

Mereka yg bercerai disebut lebih rentan untuk terkena depresi, anxiety, sakit-sakitan, alcoholic, hingga kecelakaan lalu lintas.

Hogendoorn, et al (2019) menjelaskan kalo perceraian bisa mengantarkan seseorang, khususnya perempuan, kepada kemiskinan.

Hilangnya sumber income disebut sbg concern utama kalo perceraian terjadi. Dan ini bisa jd malapetaka bagi istri yg bergantung tinggi pd pemasukan suaminya.

Bisa dipahami kalo kemudian kehidupan pasca cerai itu complicated bagi sebagian orang.

Apalagi kalo udah ada anak dan jadi single parent. Ndak mudah.

Ndak heran jika kemudian menurut survey @LokadataID, orang yg paling happy hidupnya tuh mereka yg masih single loh (71,51%).

Ada beberapa saran yg kulansir dari @OprahDaily untuk kasih support temen kita yg mungkin skrg ada di fase ini. Diantaranya :

1. Keep in Touch

Ajak dia ngobrol sesering mungkin. Ndak papa meskipun awalnya nanti ditolak. Itu bagian effort kita untuk membuatnya stay connected.

2. Help Them Out

Salah satu kemungkinan yg terjadi setelah perceraian adalah temen kita ingin balik pulang ke rumah orang tuanya.

Tawarkan bantuan buat ikut bantu packing barang-barangnya. Proses pindahan itu mungkin berat sebab rumah itu memberikan banyak kenangan buatnya.

3. Just Listen

Mungkin obrolan kalian nantinya gak jauh-jauh dari problem rumah tangganya. It’s okay. Dengarkan aja gpp.

Mungkin itu salah satu cara untuk ungkapin semua uneg-uneg yg selam ini ndak bisa dia ungkapkan. Kita ndak harus memberikan saran. Apalagi sampai menggurui.

4. Keep Your Opinion

Mungkin selama dia cerita soal pasangannya, Anda kepancing buat ikutan komentar. Namun disarankan untuk menyimpan itu buat diri kita sendiri aja.

Khawatir nanti salah omong dan bikin temen kita gak nyaman. Fokus kita adalah untuk membesarkan hatinya.

5. Bring Some Meal

Masak untuk keluarga tentu hal yg menyenangkan. Namun berbeda dalam kondisi keluarga yg mengalami perceraian. Vibesnya ndak lagi sama.

Maka ndak ada salahnya sesekali bawain temen kita makanan untuk menunjukkan kalo kita care saat dia lagi di masa sulitnya.

6. Lend Your Hand

Butuh waktu untuk terbiasa menjadi single parent.

Sehingga dalam masa transisi tersebut, ndak ada salahnya kalo kita menawarkan bantuan buat ajak anaknya main saat dia ke salon, misalnya.

Setidaknya dia ndak ngerasa jalani semuanya sendirian.

7. Don’t Press Them

Meskipun niat kita baik pengen menawarkan bantuan, namun tetep jangan pressing/maksa dia ya.

Kalo misalkan dia bilang bisa lakuin sendiri, yaudah. Let them be.

Mungkin itu caranya belajar adaptasi. Namun tetep biarkan pintumu terbuka buatnya.

8. Respect Their Decision

Mungkin kita ngerasa heran pada temen yg belum lama cerai, tapi sudah ada keinginan buat menikah lagi.

Apapun pilihan yang dia ambil, kita cukup menghormatinya. Cukup support aja.

Tegaskan kalo kebahagiaannya adalah prioritas utama.

9. Ask What They Need

Kita ndak pernah tau apa yg ada di pikiran orang kecuali bertanya padanya langsung.

Apakah bantuan yg kuberikan udah cukup? Apakah masakan yg kubawakan kurang enak?

Apa sebetulnya yg saat ini dia butuhkan? Yang sekiranya kita bisa bantu untuk support dia.

10. Be There for A Long Term

Kita ndak tau seberapa lama waktu yg dia butuhkan untuk bisa bangkit, namun pastikan support yg kita berikan tetap berlanjut meskipun dia udah settled sama kehidupan barunya.

Ndak harus selalu ada buatnya tiap hari kok, but you still be there.

Aku menaruh hormat tinggi pd siapapun yg saat ini jd single parent. It's never easy. Perjuangannya mungkin menguras banyak air mata.

Aku jengkel banget kalo istilah “janda” atau “duda” digunakan buat merendahkan mereka. You had no idea what they’ve been through.

[THREAD – END]

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling