PRANATA MANGSA
.
.
.
.
Mencari Matahari
.
.
Tanda akan terjadi kiamat adalah ketika matahari sudah terbit dari barat. Sepertinya ini sudah merupakan satu isyarat suatu saat nanti matahari bisa terbit dari barat, karena sekarang sudah di utara,"
demikian suara seorang guru dari Jeneponto Sulawesi Selatan dalam videonya yang viral pada Jumat tanggal 18 Juni yang lalu.
Penekanan pada kata kiamat itulah yang sangat mungkin menjadikan videonya trending. Bukti foto tangkapan kameranya yang memperlihatkan posisi matahari yang memang cenderung terlihat sedang bergeser ke utara pun semakin memperkuat argumen yang dia bangun.
"Benarkah itu tanda bahwa kiamat sudah dekat?"
Secara gotak gatik gatuk, bila posisi matahari yang biasanya terbit dari timur dan kini terlihat makin ke utara, bukankah dia memang pantas dicurigai sedang akan bergerak ke arah barat?
Dan bila matahari terus bergeser hingga arah barat laut, bukankah arah barat tinggal selangkah lagi?
Kiamat pasti sudah dekat..!!
Paling tidak, itulah nalar sederhana dapat ditangkap dari cara berpikirnya. Dia hanya mencoba menghubungkan kepercayaan yang diyakininya dengan fenomena indrawi yang kini sedang dialaminya.
Bahwa kemudian banyak orang terlarut dengan narasi yang dibuatnya, itulah realitas kita saat ini.
Ketika banyak orang membicarakan fenomena tersebut dengan waswas, pada beberapa desa di Jawa yang masih menganut kepercayaan lokal seperti Kejawen Maneges,
Paguyuban Jawa Jawata maupun sebagian penghayat kepercayaan di lereng Merapi justru menyambutnya dengan rasa gembira.
.
.
Mereka memaknainya dengan tahun baru. Mereka merayakan dimulainya musim baru sebagai awal bagi harapan kembali berulang.
Mereka sudah merayakan momen penuh syukur kepada bumi sebagai ibu yang selalu memberi dan tahun ini adalah untuk yang ke 2932 kalinya.
Bukan tanggal 18 Juni seperti pada video viral itu matahari seolah "mentok" ke arah utara, pada tanggal 21 Juni masyarakat yang sering dianggap percaya klenik ini menetapkannya.
Matahari dalam gerak semu nya berhenti bergerak ke utara tepat pada 21 Juni dan tanggal 22 Juni seolah sebagai waktu start matahari bergerak kembali pada gerak semu nya pulang menuju arah timur dimana dia biasa terbit.
Seperti tanggal 31 Desember dalam tahun kabisat sebagai malam tahun baru, tanggal 21 Juni adalah hari terakhir sekaligus malam tahun baru dalam tahun jawa ini. Dan sebagai penanda adalah matahari yang berhenti dalam gerak semu nya ke utara.
Momen tersebut sekaligus dimaknai sebagai awal dari musim panas atau disebut Mangsa Kasa oleh orang Jawa Purwa.
Kalendernya mereka namakan Pranatamangsa yang berarti aturan dan waktu atau musim atau periode iklim yang diakibatkan oleh adanya perubahan atau pergeseran dari garis edar matahari.
Pada hari pertama matahari kembali, mereka tetapkan sebagai awal tahun baru dan tahun ini mereka merayakan tahun baru 2932 Jawa Purwa.
Mereka yang sering kita sudutkan sebagai kaum percaya klenik ini telah berhitung dengan ilmu pasti dan dilakukan dengan sangat cermat.
Mereka telah menggunakan perhitungan tersebut terkait bagaimana mereka belajar membaca musim dan kemudian mereka gunakan sebagai pengetahuan bagi kapan masa tanam, kapan masa beternak dan hingga waktu yang tepat bagi kegiatan melaut atau berlayar.
Fenomena alam ini telah mereka petakan sejak ribuan tahun yang lalu. Tepatnya sudah sejak 2932 tahun yang lalu.
"Bukankah menurut kalender jawa saat ini adalah tahun 1954?"
Bukan hanya 2 kalender sebagai penanda waktu kita miliki, 3 kalender tercatat pernah kita gunakan.
Tahun Jawa Baru atau biasa kita kenal dengan Kalender Sultan Agung dimana hal tersebut adalah merupakan penyesuaian dari tahun saka yang berasal dari masa Jawa Kuno ( Majapahit) ke tahun Hijriah ketika Islam menjadi agama Mataram.
Dan menurut kalender tersebut, saat ini adalah tahun 1954.
Yang kedua adalah tahun Saka atau Tahun Jawa Kuno. Kalender ini sekarang masih digunakan masyarakat Hindu Bali dan sekarang kita berada pada tahun 1943 Saka.
Tahun Jawa Purwa atau Pranata mangsa telah terhitung sejak 911 SM. Kalender ini diciptakan oleh Mpu Ubayun berdasar Serat Sasangka Jati atau Resi Radi dalam Serat Babad Ila Ila.
Oleh Mangkunegara IV pada tahun 1855 tahun Jawa PRANATA MANGSA ini pernah mulai kembali dipopulerkan sebagai tahun Jawa asli..
Menilik dari artinya, Pranatamangsa berbicara tentang ilmu pengetahuan atau science, dimana menghubungkan manusia dengan lingkungannya secara harmonis adalah tujuan utamanya.
Disana kearifan masyarakat membaca tanda-tanda alam dalam rangka menentukan musim yang akan digunakan sebagai patokan di bidang pertanian dan perikanan maupun pelayaran dijelaskan.
Sama dengan tahun kabisat, tahun Jawa Pranata mangsa membagi satu tahun menjadi 12 mangsa (bulan) berdasarkan peredaran matahari. Mereka telah mampu membaca tanda tanda alam seperti letak matahari, arah angin, cuaca, perilaku hewan dan tumbuhan sebagai rujukannya.
Pada tanggal 22 juni yakni saat matahari terletak pada posisi paling utara atau disebut mangsa Kasa, awal musim panas dan merupakan tahun baru bagi orang Jawa Purwa dimulai.
Ingin menyaksikan bagaimana akhir tahun dirayakan oleh orang Jawa, datanglah ke Tengger. Pada Mangsa Kasada (akhir tahun) mereka merayakannya sebagai bulan bagi penghormatan pada leluhur.
Ketika matahari cenderung terlihat dan berada di utara saat terbit di pagi hari, mereka yang tak mengerti berbicara tentang kiamat dan ketakutan dituai. Tidak dengan masyarakat asli Nusantara, mereka justru bersyukur sebab tahun baru telah tiba.
Harapan baru sebagai insan manusia yang percaya bahwa dirinya tak terpisah dari semesta raya disemai pada awal tahun ini. Dan itu ditandai dengan momen matahari yang tampak terbit dari utara sebagai tanda dimulainya musim panas.
Selamat Tahun Baru 1 Kasa 2932 Jawa Purwa - 22 Juni 2021
.
.
.
Share this Scrolly Tale with your friends.
A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.