Tanda akan terjadi kiamat adalah ketika matahari sudah terbit dari barat. Sepertinya ini sudah merupakan satu isyarat suatu saat nanti matahari bisa terbit dari barat, karena sekarang sudah di utara,"
demikian suara seorang guru dari Jeneponto Sulawesi Selatan dalam videonya yang viral pada Jumat tanggal 18 Juni yang lalu.
Penekanan pada kata kiamat itulah yang sangat mungkin menjadikan videonya trending. Bukti foto tangkapan kameranya yang memperlihatkan posisi matahari yang memang cenderung terlihat sedang bergeser ke utara pun semakin memperkuat argumen yang dia bangun.
"Benarkah itu tanda bahwa kiamat sudah dekat?"
Secara gotak gatik gatuk, bila posisi matahari yang biasanya terbit dari timur dan kini terlihat makin ke utara, bukankah dia memang pantas dicurigai sedang akan bergerak ke arah barat?
Dan bila matahari terus bergeser hingga arah barat laut, bukankah arah barat tinggal selangkah lagi?
Kiamat pasti sudah dekat..!!
Paling tidak, itulah nalar sederhana dapat ditangkap dari cara berpikirnya. Dia hanya mencoba menghubungkan kepercayaan yang diyakininya dengan fenomena indrawi yang kini sedang dialaminya.
Bahwa kemudian banyak orang terlarut dengan narasi yang dibuatnya, itulah realitas kita saat ini.
Ketika banyak orang membicarakan fenomena tersebut dengan waswas, pada beberapa desa di Jawa yang masih menganut kepercayaan lokal seperti Kejawen Maneges,
Paguyuban Jawa Jawata maupun sebagian penghayat kepercayaan di lereng Merapi justru menyambutnya dengan rasa gembira.
.
.
Mereka memaknainya dengan tahun baru. Mereka merayakan dimulainya musim baru sebagai awal bagi harapan kembali berulang.
Mereka sudah merayakan momen penuh syukur kepada bumi sebagai ibu yang selalu memberi dan tahun ini adalah untuk yang ke 2932 kalinya.
Bukan tanggal 18 Juni seperti pada video viral itu matahari seolah "mentok" ke arah utara, pada tanggal 21 Juni masyarakat yang sering dianggap percaya klenik ini menetapkannya.
Matahari dalam gerak semu nya berhenti bergerak ke utara tepat pada 21 Juni dan tanggal 22 Juni seolah sebagai waktu start matahari bergerak kembali pada gerak semu nya pulang menuju arah timur dimana dia biasa terbit.
Seperti tanggal 31 Desember dalam tahun kabisat sebagai malam tahun baru, tanggal 21 Juni adalah hari terakhir sekaligus malam tahun baru dalam tahun jawa ini. Dan sebagai penanda adalah matahari yang berhenti dalam gerak semu nya ke utara.
Momen tersebut sekaligus dimaknai sebagai awal dari musim panas atau disebut Mangsa Kasa oleh orang Jawa Purwa.
Kalendernya mereka namakan Pranatamangsa yang berarti aturan dan waktu atau musim atau periode iklim yang diakibatkan oleh adanya perubahan atau pergeseran dari garis edar matahari.
Pada hari pertama matahari kembali, mereka tetapkan sebagai awal tahun baru dan tahun ini mereka merayakan tahun baru 2932 Jawa Purwa.
Mereka yang sering kita sudutkan sebagai kaum percaya klenik ini telah berhitung dengan ilmu pasti dan dilakukan dengan sangat cermat.
Mereka telah menggunakan perhitungan tersebut terkait bagaimana mereka belajar membaca musim dan kemudian mereka gunakan sebagai pengetahuan bagi kapan masa tanam, kapan masa beternak dan hingga waktu yang tepat bagi kegiatan melaut atau berlayar.
Fenomena alam ini telah mereka petakan sejak ribuan tahun yang lalu. Tepatnya sudah sejak 2932 tahun yang lalu.
"Bukankah menurut kalender jawa saat ini adalah tahun 1954?"
Bukan hanya 2 kalender sebagai penanda waktu kita miliki, 3 kalender tercatat pernah kita gunakan.
Tahun Jawa Baru atau biasa kita kenal dengan Kalender Sultan Agung dimana hal tersebut adalah merupakan penyesuaian dari tahun saka yang berasal dari masa Jawa Kuno ( Majapahit) ke tahun Hijriah ketika Islam menjadi agama Mataram.
Dan menurut kalender tersebut, saat ini adalah tahun 1954.
Yang kedua adalah tahun Saka atau Tahun Jawa Kuno. Kalender ini sekarang masih digunakan masyarakat Hindu Bali dan sekarang kita berada pada tahun 1943 Saka.
Tahun Jawa Purwa atau Pranata mangsa telah terhitung sejak 911 SM. Kalender ini diciptakan oleh Mpu Ubayun berdasar Serat Sasangka Jati atau Resi Radi dalam Serat Babad Ila Ila.
Oleh Mangkunegara IV pada tahun 1855 tahun Jawa PRANATA MANGSA ini pernah mulai kembali dipopulerkan sebagai tahun Jawa asli..
Menilik dari artinya, Pranatamangsa berbicara tentang ilmu pengetahuan atau science, dimana menghubungkan manusia dengan lingkungannya secara harmonis adalah tujuan utamanya.
Disana kearifan masyarakat membaca tanda-tanda alam dalam rangka menentukan musim yang akan digunakan sebagai patokan di bidang pertanian dan perikanan maupun pelayaran dijelaskan.
Sama dengan tahun kabisat, tahun Jawa Pranata mangsa membagi satu tahun menjadi 12 mangsa (bulan) berdasarkan peredaran matahari. Mereka telah mampu membaca tanda tanda alam seperti letak matahari, arah angin, cuaca, perilaku hewan dan tumbuhan sebagai rujukannya.
Pada tanggal 22 juni yakni saat matahari terletak pada posisi paling utara atau disebut mangsa Kasa, awal musim panas dan merupakan tahun baru bagi orang Jawa Purwa dimulai.
Ingin menyaksikan bagaimana akhir tahun dirayakan oleh orang Jawa, datanglah ke Tengger. Pada Mangsa Kasada (akhir tahun) mereka merayakannya sebagai bulan bagi penghormatan pada leluhur.
Ketika matahari cenderung terlihat dan berada di utara saat terbit di pagi hari, mereka yang tak mengerti berbicara tentang kiamat dan ketakutan dituai. Tidak dengan masyarakat asli Nusantara, mereka justru bersyukur sebab tahun baru telah tiba.
Harapan baru sebagai insan manusia yang percaya bahwa dirinya tak terpisah dari semesta raya disemai pada awal tahun ini. Dan itu ditandai dengan momen matahari yang tampak terbit dari utara sebagai tanda dimulainya musim panas.
Selamat Tahun Baru 1 Kasa 2932 Jawa Purwa - 22 Juni 2021
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
SRI MULYANI DAN BASUKI HADI MEMANG DUA TANDUK JOKOWI
.
.
.
Basuki Hadimuljono dan Sri Mulyani sepakat untuk menunda waktu pemberlakuan Tapera.
“Dari kapan ke kapan?”
Dari tahun 2027 ke waktu yang belum beliau sebut.
“Emang pak Jokowi ingin Tapera itu diberlakukan lebih cepat?”
Dalam PP terbaru, PP Nomor 21 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas PP Nomor 25 Tahun 2020, beliau bicara terkait iuran wajib. Jokowi memberlakukan iuran wajib Tapera bagi pegawai negeri maupun pegawai swasta.
Harus diingat, PP itu lahir karena perintah konstitusi. Presiden wajib mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) setelah DPR mengesahkan sebuah UU, dalam hal ini UU No 4 tahun 2016 Tentang Tabungan Perumahan Rakyat.
Para wakil rakyatlah yang menggagas, mendiskusikan, mengesahkan UU itu dan lalu konstitusi mengharuskan Presiden membuat PP nya.
Dan Jokowi melalui PP terbaru tersebut tidak bicara atau merubah jangka waktu. Itu masih sama dengan isi PP lama, PP Nomor 21 tahun 2020 yakni 7 tahun atau tahun 2027.
Bantèng perkasa jelas adalah Jokowi. Dia memporak porandakan kemapanan tanpa teriak jumawa. Konon hanya dengan kerja, kerja dan kerja, tiba - tiba dia melampaui ekspektasi banyak pihak.
Sama seperti bantèng seharusnya, Jokowi pun bersenjatakan dua tanduknya, BASUKI dan Sri Mulyani.
Ketika kita bicara duet dua orang ini, ribuan kilometer jalan sebagai urat nadi sebuah bangunan ekonomi negara dengan puluhan bandara serta puluhan pelabuhan dan ribuan infrastruktur dalam bentuk lain terbangun melayani publik plus dengan fiskal terjaga adalah bukti tak terbantahkan.
Luar biasanya, sebagai orang yang sudah dianggap pahlawan, keduanya tak bicara politik, pun posisi. Tak bicara pilkada apalagi pilpres untuk karir dirinya. Berdua, mereka bekerja profesional hanya pada tupoksinya saja. Basuki bertempur di ranah eksekusi, Sri Mulyani menyediakan semua pelurunya sambil tetap menjaga ruang fiskal yang ada.
Sebagian besar dari kita pernah sangat berharap bahwa UU Perampasan Aset Koruptor benar bisa diberlakukan. Tapi harapan itu pupus saat hampir semua fraksi di DPR tak beranjak ingin membuat tuntas RUU tersebut.
Kita marah pada perilaku banyak pejabat negara ini yang tanpa malu - malu maling duit negara. Lebih lagi, kita muak dengan aturan hukum yang ada manakala si pejabat divonis penjara tapi justru masih dapat perlakuan istimewa di penjara.
Mereka seolah adalah adalah kaum istimewa negeri ini. Mereka jelas bukan bagian dari kita manakala diksi rakyat kita gunakan. Mereka bukan kita dan maka kita sepakat bila RUU Perampasan Aset Koruptor itu diundangkan.
Namun ketika kita bicara tentang sibuk aparat bea cukai yang belakangan ini rajin pungut pajak atas barang bawaan kita dari luar negeri, kita marah. Kita tak sepakat dengan perlakuan mereka pada banyak saudara kita. Kita marah karena bisa jadi kitalah suatu saat nanti adalah si korban.
“Tapi bukankah aparat itu belakangan ini benar keterlaluan?”
Sesekali kita pantas menggunakan angle berbeda. Kita lihat dari sudut yang tak banyak dibicarakan orang terutama sudut pandang orang - orang yang sedang merasa dirugikan.
Tak ada salahnya sesekali kita sedikit melambung dan melihat dari sudut yang sulit dimana justru keributan belakangan ini adalah bias perlawanan para pengemplang pajak yang selama ini sukses bermain dengan oknum bea cukai itu sendiri. Para pelaku jastip misalnya.
JANGANKAN INDONESIA YANG SANGAT KAYA DENGAN RAGAM BUDAYANYA| bahkan Arab Saudi negeri berlimpah minyak saja kini melirik industri pariwisata. Ada potensi devisa sangat besar yang sedang ingin mereka rebut.
Ga tanggung - tanggung, pada sektor ini mereka mentargetkan kontribusi sekitar 10 persen dari GDP pada tahun 2030 dan menerima 100 juta wisatawan per tahun dan menyediakan satu juta pekerjaan.
Tak seperti bangsa kita yang sangat kaya dengan budayanya, mereka membangun konsep wisata mewah.
Beberapa proyek pariwisata ambisius itu diantaranya adalah kota futuristik Neom di Provinsi Tabuk, barat laut negara yang menghadap Mesir di seberang Laut Merah.
BUDIMAN SUDJATMIKO, DIA PASTI ADALAH SIAPA - SIAPA
.
.
.
Kalau saat ini dia benderang berada di sisi sebelah Ganjar misalnya, 100 persen pasti gak ada kisah bulian padanya. Seratus persen ga ada ungkit mengungkit dosa - dosanya yang benar - benar sangat sulit dicari.
Budiman terlalu lurus. Bisa dibilang dia satu dari sejuta politisi kita yang idealis dan maka tetap miskin tanpa data deretan mobil mewah di garasinya.
Dan lalu, ketika korupsi sebagai penyakit paling lumrah yang selalu diidap oleh banyak politisi kita tak pernah bisa menjangkitinya, dia dikuliti soal kemiskinannya. Hutang - hutang pribadinya menarik hati dan minat para pencari dan pencatat dosa.
Berharap Budiman playing victim terhadap pemecatannya, percayalah itu tidak akan pernah terjadi. Budiman jauh dari sifat itu. Sejarah mencatatnya..
Berbeda dengan banyak politisi yang langsung berungkap marah ketika dipecat, dia justru dengan santun mengucapkan terimakasih telah bersama partai sekian puluh tahun.
Terhadap pemecatannya, Budiman hanya akan menjadi semakin besar. Sejarah juga sudah mencatatnya.
Ingat heroik kisah kudatuli 1996 di markas PDI Diponegoro 56? Dia dihabisi oleh rezim Orde Baru karena cita - citanya akan demokrasi. Butuh Jakarta harus dibakar oleh penguasa hanya untuk menghentikan langkahnya menuntut demokrasi itu.