✨ Widas ✨ Profile picture
Dengan menulis, kamu akan banyak membaca. Dengan membaca, kamu akan irit bicara. Dengan irit bicara, lisanmu terjaga dari perkara yg sia-sia. #AyoMenulis 📖🖊

Sep 13, 2021, 25 tweets

DONGENG SEBELUM TIDUR

“Virginia Hall”

Selama World War II, pasukan Nazi selalu memburu pemberontak, mata-mata, dan siapapun yang saat itu melawan mereka.

Namun ada satu agent pihak sekutu yang sampai era Nazi runtuh pun tapi tetep gagal mereka tangkap - namanya Virginia Hall.

Amerika menilai Virginia Hall merupakan salah satu agen mata-mata terbaik mereka yang jarang didengar oleh publik.

Namun, setelah 70 tahun berlalu dan setelah ± 40 tahun wafatnya, kisahnya sekarang terpajang di CIA Museum di kawasan Langley, Virginia.

Hall lahir pada keluarga kaya raya di Baltimore pada tahun 1906.

Kultur disana saat itu dia dibesarkan untuk nanti nikahnya dgn keluarga yg punya privileges sama.

Tapi dia orangnya gak suka gitu. Dia tipe yg suka berpetualang. Saat dewasa, dia ingin lanjut study ke Paris.

Hall memutuskan untuk jadi Diplomat. Namun saat itu dia sering mendapat penolakan.

Dari 1,500 total diplomat dari US, hanya ada jatah 6 saja untuk dijabat perempuan.

Meski berkali-kali di tolak, namun akhirnya dia berhasil juga menjadi diplomat US di Turkey.

Suatu hari saat Hall pergi berburu, secara gak sengaja senapan yg dia bawa menembak kakinya sendiri.

Saking parahnya, sepanjang lutut ke bawah harus diamputasi dan diganti kaki buatan.

Namun, kejadian itu justru kelak akan menjadi titik balik dalam karirnya.

Pada sekitar taun 1940, Jerman melakukan invasi besar-besaran ke daratan Eropa.

Saat itu yang jadi target adalah Belanda, Belgia, Luxembourg, dan Prancis, tempat Hall saat itu berada.

Prancis berhasil ditundukkan dalam waktu relatif singkat (+- 46 hari).

Selama masa invasi Jerman di Paris, Hall bertugas sebagai relawan supir ambulans.

Begitu Prancis berhasil ditaklukkan, kondisi itu memaksa Hall untuk kabur ke Inggris.

Disana lah dia untuk pertamakalinya melakukan kontak dengan jajaran intelejen Inggris.

Intelejen Inggris saat itu menilai Virginia Hall sosok yg pas untuk dijadikan mata-mata.

Pertimbangannya ndak ada seorang pun pihak Nazi yg akan menganggap wanita plus seorang penyandang disabilitas mampu bekerja sbg mata-mata.

Hall diterjunkan kembali ke Prancis pada 1941.

Posisi Prancis saat itu ada dalam kendali pasukan Nazi.

Hall diturunkan kesana menyamar sebagai Jurnalis dari New York Post. Dia bertugas di kota Lyon, Prancis.

Selama disana, Hall bertugas “ngomporin” perlawanan rakyat Prancis sekaligus menggali info intelejen buat Inggris.

Salah satu strateginya adalah dengan sering mengunjungi gereja dan meminta bantuan para suster disana untuk menyediakan safehouse bagi para pemberontak di Prancis.

Selain itu, Hall juga berteman dengan banyak PSK yg sering disewa tentara Jerman untuk mengumpulkan informasi.

Dari cara itu, Hall terus mencari tahu apa yg kira-kira akan terjadi dalam waktu dekat.

Info itu kemudian diteruskan ke British Intellegence. Dalam sehari, Hall bisa mengubah penampilannya ke dalam 4 tampilan yg berbeda dan dengan kode nama yg berbeda pula.

Namun pada akhirnya, gelagat Hall ini mengundang kecurigaan Jerman.

Mereka ga nyangka kalo “wanita pincang” itu justru agen mata-mata musuh.

Salah satu yg menyadari adalah petinggi Gestapo, Klaus Barbie, yg pasukannya udah membunuh dan menyiksa ribuan warga Prancis.

Klaus Barbie memerintahkan semua jajarannya untuk mencetak poster buronan bagi Virginia Hall dan menyebut dia sbg mata-mata musuh paling berbahaya.

Keinginan Barbie saat itu hanya satu : "We must find and destroy her at all cost!!"

Gak mau tau gimana caranya.

Tim Gestapo Nazi berhasil membuat posisi Hall terpojok pada akhir taun 1942. Banyak informan Hall yg terbunuh.

Namun dia berhasil kabur ke Spanyol melalui medan jalan yg berat.

Dia berjalan sejauh 80 km di tengah salju musim dingin yg lagi ekstrim di kawasan Gunung Pyrenees.

Setelah berhasil masuk Spanyol, Hall ditangkap otoritas setempat krna identitasnya yg diduga palsu.

Namun enam minggu kemudian, dia dilepas kembali ke Inggris.

Hall bersikeras ingin melanjutkan misi ke Prancis, tapi Inggris menolak krna situasi dinilai terlalu berbahaya.

Disinilah Amerika masuk. Amerika butuh sosok Hall krna mereka sama sekali buta dgn informasi yg ada di Prancis.

Terlebih saat itu Amerika lagi membenahi the Office of Strategic Services (OSS), yg kelak jadi cikal bakal CIA. Amerika butuh informasi detail lawan di setiap lokasi.

Di misi kedua kali ini, Hall sampe belajar ke make up artist untuk menggambar sendiri seolah punya bintik-bintik (wrinkles) di wajahnya.

Pun dia sampe harus ke dokter gigi untuk mengubah bentukan giginya supaya terlihat lebih mirip perempuan lokal Prancis pada umumnya.

Pada tahun 1944, Hall berhasil mengorganisir sekelompok pemberontak dan melakukan beberapa sabotase penting.

Salah satunya jembatan dan jalur kereta yg biasa digunakan pasukan Nazi untuk distribusi logistik.

Bahkan merebut wilayah desa yg sebelumnya dikuasai Nazi.

Beragam sabotase yg dilakukan jaringan mata-mata Hall dan pejuang Prancis lainnya, membuka jalan bagi pasukan infantry US dan Inggris untuk melakukan penetrasi masuk ke Prancis.

Pada tanggal 25 Agustus 1944, setelah 4 tahun hidup dlm rezim Nazi, France were finally liberated.

Jaringan mata-mata yg dibentuk Hall ke penjuru Prancis saat itu bisa mencapai sekitar 1,500 orang, termasuk tentara bernama Paul Goillot – yang kemudian kelak menjadi suami Virginia Hall.

Yang menarik, 15-20% dari jumlah para pejuang Prancis tersebut adalah perempuan.

Pada tahun 1945, William Donovan, kepala Office of Strategy Services (OSS), memberi Virginia Hall penghargaan The Distinguished Service Cross (DSC).

Hall merupakan satu-satunya perempuan sipil yang mendapatkan penghargaan tersebut di masa World War II. One of US’s greatest spy.

Dlm hierarki militer US, The Distinguished Service Cross merupakan penghargaan tertinggi kedua setelah Medal of Honor.

Medali ini gak hanya diperuntukkan bagi para tentara US, namun jg warga sipil yg bekerja untuk kepentingan operasi militer. Virginia Hall memenuhi kriteria ini.

Setelah masa World War II berakhir, Hall resmi bergabung dengan CIA, organisasi baru yg dibentuk untuk meneruskan kiprah OSS.

Dia bekerja disana selama 15 tahun. Namun bagi Hall yg lebih terlatih terjun ke lapangan, kerja di balik meja bukan hal menyenangkan buatnya.

Hall pensiun dari dunia intelejen pada tahun 1966 dan tidak pernah muncul di depan publik. Dia meninggal pada tahun 1982 di Maryland, US.

Sbg bentuk apresiasi CIA, agent yg baru direkrut akan dilatih di sebuah gedung yg diberi nama The Virginia Hall Expeditionary Center.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan memegang peran krusial dalam keberhasilan Prancis memukul mundur pasukan Nazi.

Mulai dari mata-mata hingga pejuang yg turun langsung di medan perang. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya ya.

Panjang umur perjuangan. 🔥

Selamat malam.

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling