Damar Juniarto Profile picture
Executive Director and co-founder @safenetvoice • Advisor @DigitalReachSEA • Tweets in English, Indonesia, Javanese on digital rights, technology and democracy.

Jul 18, 2022, 13 tweets

Di Tiktok ada yg share kl kita gak perlu ribut2 soal registrasi PSE dan harus dukung Kemkominfo "karena tujuannya baik Indonesia, bagi ketentraman sosmed kita serta membuat dunia sosmed kita lebih sehat, bermartabat"

Ya iyalah, TikTok udah daftar PSE, jadi gak bakal diblokir.

Saya juga mau info dikit buat netizen, boleh kan?

Sebaiknya memang kita gak cuma ribut2 soal registrasi PSE, tapi cari tahu apa konsekuensinya regulasi Permenkominfo No.5/2020 buat hidup kita.

Kl ada PSE yg daftar kayak TikTok, Spotify, dll. apa ngaruhnya buat kamu?

Di pasal 9 ayat 3 & 4, frasa ‘dilarang’ ini sebenarnya memiliki jangkauan yg teramat luas dan penafsirannya karet. Misalnya, apa yg dimaksudkan dengan “meresahkan masyarakat” di 4b, gimana ukuran/standarnya, siapa yg nentukan?

Bisa2 konten viral #percumalaporpolisi ditake down.

Konsekuensinya apa? Itu PSE yang udah daftar kudu hapus (take down) postingan2 yang dianggap "meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum". Karena kalau enggak, ada pasal 9 ayat 6, yg kasih sanksi blokir (putus akses).

Kita gak bakalan dapat viral2 semacam itu lagi.

Di Bagian Kedua Kewajiban PSE Lingkup Privat User Generated Content pasal 11 ayat c, PSE gak bakalan diblokir kl dia hapus konten2 yg dilarang di pasal 9.

Konsekuensi: PSE yg terdaftar bakal rajin hapus2 konten yg "meresahkan masyarakat dan ganggu ketertiban umum"

Nah lho!

Diputus aksesnya itu maksudnya apaan sih?

Kalau baca isi pasal 13, PSE harus bener2 bikin konten itu gak bisa diakses siapapun, bukan cuma gak bisa dilihat orang. Karena sebenarnya kan bisa aja diakalin biar gak keliatan (hide) padahal file kontennya masih ada.

Lanjut ya soal pemutusan akses, siapa yg bisa minta dan prosesnya gimana sampai konten2 gak bisa diakses kamu.

Yg bisa memohon pemutusan itu bisa masyarakat, K/L, APH, perintah pengadilan. Trus menteri kasih perintah ke PSE. PSE trus ngapus deh 1x24 jam.

Bukannya memutus akses yg bener itu perlu perintah pengadilan sesuai aturan internasional? 😤 Yah, inilah Indonesia.

Konten "meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum" itu masuk konten mendesak ssi pasal 14 ayat 3. Harus dihapus 4 jam. Kl gak, ISP yg disuruh blokir.

Jadi, PSE yg terdaftar kudu wajib harus hapus konten2 yg diperintahkan Menkominfo 1x24 jam atau yg konten mendesak 4 jam dari dapat perintah.

Kl PSE gak hapus, siap2 dukun bertindak #eh dikasih sanksi denda atau ISP disuruh blokir.

Kira2 PSE kyk Tiktok Spotify pilih yg mana?

Sanksi dendanya berapa duit sih? Kali aja ada yg penasaran?

Ini ada cuplikan contoh ilustrasi yg saya dapat.
----------
Denda Administratif = Jumlah Pelanggaran x Tarif per Poin

*tarif per poin = 100.000
----------

Jadi berapa dendanya? Cekidot ilustrasi ini

👇👇👇

"Ya gak apa2, kan PSE-nya kaya 7 turunan. Biarin aja, mas!"

Emang bener Meta, Google pada kaya. Tapi mikir gak, kl aturan ini gak cuma buat PSE yg tajir melintir.

Di pasal 1 ayat 5-7, definisi PSE termasuk aplikasi medsos, game online, situs belajar, media yg berbayar dll.

Di pasal 21, PSE yg terdaftar wajib kasih akses SE dan DE ke K/L dan APH buat pengawasan dan gakum.

Tapi...
1) tiadanya pengawasan yg independen dlm memperoleh akses data pribadi
2) dalam praktek kerap dijumpai penyalahgunaan atas data pribadi, terlebih oleh birokrasi dan APH

So itu dulu ya. Semoga berguna.

Ingin belajar banyak analisis hukum soal PM5/10, silakan ke id.safenet.or.id/2021/05/kertas…

Mau ikut #protesnetizen? Gaskeuun... s.id/protesnetizen

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling