Pinot Profile picture
Jul 4, 2018 35 tweets 6 min read
Berhubung banyak yg nyangka kita horang kayah yg bisa tinggal di kota gemerlap New York City, bebas pelesir sekeluarga ke sana ke mari, gue akan coba bikin thread gimana bisa lakukan semuanya tanpa finansial kuat, tapi kombinasi niat, kerja keras, dilakukan dng santai ngga ngoyo.
Sekali lagi, kami bukan dari keluarga yang finansialnya kuat. Untuk bersekolah saja, orang tua kami harus putar otak jungkir balik hingga masuk kuliah. Tapi kemampuan ortu kami menyiasati keterbatasan ini yg menginspirasi kami.
"Bahan bakar dari semuanya adalah impian. Bukan uang." pendapat ortu kami yang buat sebagian orang ngawang tidak membumi, namun menempel keras di benak kami untuk selalu berjuang mengejar mimpi kami, salah satunya: melihat dunia luar.
Dari kecil, hingga SMA bahkan kuliah, yg namanya jalan-jalan ke luar negeri itu masih sebatas angan bagi kami. Bahkan saat bekerja di Jakarta, kesempatan melihat dunia luar adalah NOL. Profesi desainer grafis ngga bakal diprioritasin utk diberangkatkan kantor utk urusan kerjaan.
Impian dan angan itu tetap kami jaga & rawat, dijadikan semangat, visi, mindset. Lalu datang tawaran kerja di Kuwait. Buat sementara orang akan bilang "Wah beruntung ya!" Kami bilang, keberuntungan itu selalu ada di sekitar kita. Tapi kita ngga pernah siap untuk melihatnya...
... sebagai peluang, kesempatan, jalan keluar. Apakah tawaran kerja di Kuwait kami anggap keberuntungan? Bisa, tapi apakah kemudian kami langsung serta merta 'HORE AKHIRNYA BISA MELIHAT DUNIA'?

Nope. Yang terjadi malah perasaan kami campur aduk, apa itu Kuwait?
Sebuah negara antah berantah, yang lekat dengan image perang, bekas daerah caplokan negara tetangganya. Kenapa Kuwait? Kenapa kesempatannya bukan Amerika? Inggris? Eropa? Australia? Atau bahkan tetangga Singapura?
Lalu kami berpikir, mungkin ini kesempatan kami untuk BELAJAR melihat dunia. Mungkin ini semacam kuliah tingkat dasar, melatih mental, melatih strategi, belajar lagi untuk hidup sebagai suami istri, bapak dan ibu dari 2 balita.
Finansial kami saat itu mencukupi untuk makan, sewa rumah, nyicil 5 tahun Daihatsu seharga 80 juta. Tapi nabung ekstra untuk persiapan sekolah krucil atau kebutuhan ekstra lainnya ngga mencukupi.
Kami pun berpikir, mungkin Kuwait adalah cara kami juga untuk bisa menabung karena penghasilan dng profesi yg sama di Jakarta bisa 3 kali lipat. Plus lainnya adalah 1 Kuwait DInar (saat itu) Rp 32000. Artinya, jika kami berangkat finansial kami naik level.
Hal lain yang kami harus persiapkan sebelum berangkat adalah mempersiapkan mental orang tua kami untuk belajar tentang jarak waktu & tempat. Keluarga besar akan 'terputus' dari cucu, keponakan, sepupu mereka. Maklum, keluarga kami by default bukan perantau.
3 bulan sebelum berangkat adalah perjalanan emosional yang naik turun. Ada beberapa ribu pelukan dengan keluarga sebelum berpisah. Pembelajaran mental baru dimulai.

Begitu sampai di Kuwait, gojlokan mental makin keras. Gue berangkat duluan, belum bisa bareng @ditut & krucil.
Rasanya nyesek banget. Hidup berubah 180º, ngga ada yang kenal, suhu lagi panas-panasnya, kerja sampai pagi, sampai penginapan ngga ada sambutan krucil atau senyum istri. Gue sempet jatuh sakit karena saking kangennya. Hasrat homesick sedemikan besar sampai kepikiran utk kabur.
Tapi di antara tamparan, gojlokan, tempaan itu ada bisikan "Lho katanya mau melihat dunia? Ini kan bagian dari rencana lo?"

yang bikin gue bangun lagi. Menyemangati untuk Skype dengan keluarga di Jakarta, dengan mata basah. Perrihhhhh 🤣
Kami pun belajar, keberuntungan itu datang dengan harga. Tidak ada yang gratis, tidak akan datang kalo kami cuma siap 25%. Keberuntungan datang ketika kami sanggup 'membayar' paling tidak 50% lebih. Ambil atau tidak, tergantung kemampuan kami utk membayar sisanya.
4 bulan kemudian kami bisa bersatu lagi. Petualangan bisa dimulai. Bagi kami, Kuwait adalah gerbang kami untuk bisa melihat dunia. Dan kami percaya anak-anak yang membukakan rejeki & kesempatan, utk orang tuanya & utk mereka sendiri.
Sesaat, kondisi finansial terasa lebih lega. Lalu krucil masuk usia sekolah & kami prioritaskan income kami utk mendaftarkan mereka di sekolah yang bagus - yang otomatis juga biayanya besar. Somehow, melebihi kapasitas finansial kami. Yang sempat lega, jadi sempit lagi.
Tapi kami tidak merasa kurang, tidak merasa sempit, tidak merasa terbatas. Karena, selalu saja ada jalan. Apalagi kalau sudah demi masa depan anak-anak, selalu saja manageable. Makin seru lagi ketika si bungsu lahiran.
30% income digunakan utk hidup sehari-hari, 60% untuk persiapan sekolah krucil, 10% untuk menabung. Lalu gimana kami bisa keluyuran ke Jordan & Turki? Karena ada tiket promo yg masuk dalam range 10% itu. Satu tiket pesawat ke dua tempat itu Rp 300 ribu bolak balik.
Kami pun menyadari, Kuwait ada di tengah-tengah utk menjelajah dunia lebih jauh. Otomatis tiket pesawat lebih bisa dihemat. Peluang lain: ngurus visa ke negara lain lebih gampang & cepet. 4-5 hari selesai.
Selama di Kuwait itu juga kami belajar membaur dengan lingkungan baru & asing. Tabiat, kultur, bahasa, perilaku, semua kami resap & cerna karena itu adalah bagian pembelajaran untuk bisa melihat dunia. Best of all, kami bisa punya jabatan baru: duta budaya dari Indonesia.
5 tahun pertama di Kuwait, kami sudah berhasil menjelajah Jordan, Istanbul - Turki & Singapura bareng krucil. Ngga ngoyo, paling ngga udah mencicipi daratan lain hanya dengan 10% dari income kami.
Lalu Vine rilis. Gue nemu celah untuk mewujudkan passion - satu kata yang dicibir banyak orang. Gue jor-joran bikin macem-macem, pamer karya iseng, serius tiap minggu bikin 5 animasi. Karena seneng aja, karena excited aja. Ngga mikir macem-macem.
Sekeluarga pun ikutan bikin-bikin juga, kolaborasi bareng. Lalu beberapa bulan kemudian ada email berisi undangan dari Twitter London.

London? Inggris? Big Ben? Semua yang biasa kami lihat di film, buku, komik, cerita orang? Terlalu absurd.
Saking absurdnya sampai kami berdua ketawa bloon sambil nangis "Serius ini?" Sambil gemeteran gue reply emailnya, ngga mikir langsung bilang MAUK! Keberuntungan datang ketika kita siap 50%. 50% sisa yg mesti dibayar: mental bahasa inggris, mental ngurus visa negara barat, etc.
Rasa takut & excited yg gue alami 2007 silam datang lagi. Tapi kali ini udah jauh lebih siap mental. Juni 2013 gue pun akhirnya bisa menginjakkan kaki di negara barat ini. Saking ndesonya, berdiri depan Big Ben sambil berkaca-kaca berucap Alhamdulillah terus-terusan.
Waktu itu cuma gue sendiri yang berangkat ke London, tapi kami yakin sebuah pintu sudah terbuka bagi kami sekeluarga. Emang dasar rejekinya anak-anak, Desember bisa berlima ke London. Dan masih dari 10% income kami karena terbantu banyak hal termasuk dari Twitter.
Dari Vine ini kami menyadari, pintu kesempatan datang bukan dari kesiapan finansial semata, tapi lebih dari kesiapan ketrampilan. Undangan datang dari beberapa sumber, sudah termasuk tiket & penginapan. Hingga akhirnya kami ditawari kerja di NYC.
Sebuah negara yang terlalu ngawang untuk kami kunjungi. Sebuah tempat yang cuma bisa hidup di komik, film, yang cuma kami dengar dari cerita orang. Mana mungkin orang macam kami bisa ke Amerika.

Rasa takut & excited seperti 2007 datang lagi namun dengan bumbu yg berbeda:
Kami terlalu tahu Amerika seperti apa. Kami tahu semahal apa Amerika. Kami tahu betapa kerasnya pergaulan di Amerika. Ada satu gang resiko bersembunyi di balik gemerlap American dream.
Kami berlima bergandeng tangan "Yuk disyukuri, Alhamdulillah ada kesempatan. Dan Bismillah menjalankan kesempatan itu."

Februari 2015, kami berlima berpelukan, berjalan di tengah kota Manhattan. Tercekat, mata basah, hidung perih bersyukur dengan apa yang kami lihat.
Mundur 10-15 tahun ke belakang, impian kami adalah melihat dunia untuk masa depan yang lebih baik. Dia memutuskan bahwa kami tidak bisa melakukannya dengan hanya travelling, tapi sekalian merantau. Make several home bases, then jump anywhere near.
Simply karena kami memang by default tercukupi dari 10% income kami. Dan sepanjang perjalanan & pembalajaran petualangan kami, ini semua untuk masa depan yang lebih baik. Bukan cuma buat keluarga dekat, tapi juga sahabat, teman, bangsa sendiri: siapa pun bisa travelling.
Syukuri dengan apa yang dimiliki sekarang. Optimalkan apa yang tercukupi sekarang. Jauhkan pola pikir merasa miskin yang membuat sempit taman bermain. Dunia yang besar adalah taman bermain yang sesungguhnya, bukan hanya pekarangan rumah.
Semakin merasa terbatas, semakin merasa miskin, semakin merasa ngga mampu ngapa-ngapain,

semakin sempit hati kita, semakin sulit untuk bernafas dan bersyukur.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Pinot

Pinot Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @pinotski

Oct 24, 2021
Bukan “ngga lolos” tapi “belum lolos”.
Ekspektasi semua akan langsung lancar, diterima kerja itu sering jadi beban, berujung pundung saat ngga kejadian.
The Beatles dilepeh bolak balik sebelum diterima. Bahkan ada yg udah sukses bikin perusahaan tapi terus dipecat dr perusahaannya sendiri.

Tanpa proses jungkir balik, kita ngga bakal cukup mateng.
Tanpa perjuangan panjang, cerita kita ngga bakal menarik & menginspirasi.
Harus segera. Harus sekarang. Harus saat ini.
Pengen cepet2 & instant ini biasanya datang dari pressure sekitar juga.
“Udah lulus kok belum kerja?”
“Udah pacaran kok belum nikah?”
“Udah menikah kok rumah masih kontrakan?”

Membuat kita ngga bisa pegang kontrol hidup kita sendiri
Read 5 tweets
Oct 24, 2021
Nggak sih. Prosedurnya kurleb sama ngurus di Jakarta.
Yang ribet itu bikin SIM di Kuwait. Yg dilihat profesinya, spt dokter, perawat, engineer, manager (mudir: pokoknya punya jabatan tinggi). Kalau graphic design ngga dibolehin, krn takutnya jadi supir taxi gelap.
Kalau mau tetep usaha bikin SIM jalur ilegal, biayanya bisa mencapai KD 500 atau 20 juta rupiah. Lagi nyetir kena razia ngga punya SIM langsung masuk penjara & deportasi.
Read 4 tweets
Oct 23, 2021
Koleksi alat kerja mewah pada jamannya. Image
Sekarang jadi barang rongsokan
untuk berkarya sesuka hati
sambil mengais cuan 😆
Alat-alat kerja lawas bisa memberi opportunity kalau ditekuni, nemu komunitasnya yg bisa memberi apresiasi (termasuk dalam bentuk angka). Selama ini titik utamanya adalah hobi. Lalu nambah titik baru: pixel art. Dan sekarang titik barunya: NFT. Ketiganya bisa tersambung. Image
Read 4 tweets
Oct 6, 2021
Pernah kopi darat dng salah satu collector NFT gue. Dia juga seorang investor dan udah lama ngoprek crypto. Gue nanya "Apa alesan lo kolek karya gue?"

"Ngga tau. Suka aja. Sebagai investor, gue selalu beranalisa, soal value ini itu, pokoknya penuh perhitungan aja."
"Tapi pas liat karya pixel art lo, gue punya banyak alasan personal. Karena emang suka aja. Dan gue ngga peduli bisa jual lagi sbg secondary market atau nggak. Atau, malah gue akan keep it."
"Dan cerita di belakangnya memperkuat niat gue utk bidding karya lo."

Dia kolek 1-2 karya gue yg sejenis. Dan selama ngobrol, dia bertanya "Can we talk art without NFT?" Pertanyaan sederhana yg bikin gue berpikir sepersekian detik.
Read 9 tweets
Oct 4, 2021
Dari sejak mulai aktif di socmed dekade lalu, mantra ini masih jadi koncian beberapa kreator. Kemungkinan utk mendapatkan spotlight dan exposure juga jadi lebih besar.
Ngga semua orang berkarya siap mikirin bercerita ttg prosesnya. Gimana pun juga, proses itu memperkaya kontennya. Dan menginspirasi banyak orang.
Sejak kenal dia, gue terkagum-kagum dng idenya, usahanya, prosesnya. Walau secara konsep & praktek bisa dilakukan siapa aja tapi tetep aja ogah ngikutin caranya
Read 6 tweets
Oct 3, 2021
NYC, menjelang musim berkabut, rintik hujan tipis. Dingin tapi lembab, masuk musim gugur. Masuk musim Halloween. Image
Satu persatu daun-daun rontok dari pohonnya spt kehabisan shampoo anti rontok Image
Akhir Oktober adalah masa-masa terkece di NYC. Semua pohon satu persatu glowing menyala kuning Image
Read 4 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(