Pak Sarip masih menatap kosong, sembari menyesap kopi hitamnya, beliau menatap gw yg tampak serius mendengar ceritanya.
gw yg pernah berurusan dengan makhluk seperti itu, hanya mengangguk, lebih ke terganggu dengan pertanyaanya.
"nggih pak lek, saya percaya" kata gw ragu.
Pak sarip mengangguk, puas dengan jawaban gw.
dan disinilah, beliau bercerita semua.
"disana, rupanya sudah banyak sekali orang, mereka berdiri diam menatap sesuatu"
"itu, adalah karyawan pabrik yg gantung diri" ucap pak sarip pelan.
kini beliau mengambil sesuatu di kantongnya, sebatang rokok kretek.
"TAPI YANG DISINI" mendadak pak Surip mengeraskan suaranya.
"itu apa to pak lek?" kata gw penasaran.
"kerajaan apa maksudnya pak lek?" gw masih penasaran.
"ngger, tak kasih tau, di dalam pabrik ini, ada sebuah kerajaan tak kasat mata, sebenarnya saya tau dari dulu, sudah terasa setiap masuk kesini"
"apa itu Aji manunggal?" kata gw
"dulu, yg seperti ini sudah jadi bagian budaya kita orang jawa, nyembah mereka, dan tempat mereka memang seharusnya gak disini, tapi sejak di usik"
pak Sarip mengangguk, lebih ke terpaksa, terpaksa agar gw tidak bertanya lagi, beliau akhirnya melanjutkan.
"kamu tahu ngger, kalau orang kendad (gantung diri) bagaimana matinya?"
"mboten pak lek" kata gw.
pak Surip kali ini menatap gw, di wajahnya penuh guratan yg menandakan kini beliau sudah berada di usia yg tidak muda lagi, "Apalagi kalau bukan karena, di TEROR"
gw cuma bisa mendengar kalimat itu, sembari terngiang di telinga gw. "TEROR"
masih teringat peristiwa dimana de no menunjukkan kasih sayang beliau sama gw
"ojok kuatir, gak bakalan onok seng ganggu awakmu maneh" katanya sembari tersenyum yg buat gw ngeri, de no adalah orang yg tidak pernah tersenyum, tapi gw pikir, gw perlu tau, maksud ucapan beliau
"gak usah takok, awakmu yo gak bakal paham" (gak usah tanya, kamu juga tidak akan bisa paham) dengan nada ketus.
"pak De, bisa ceritakan itu lagi"
belum selesai gw ngomong, de No tiba2 ngomong.
"Endah pak de namanya" kata gw, "siapa yg melakukan itu pak De"
"Rogo Joglok, iku jenenge" kata de no
"apa itu pak De" kata gw
"Wani ndelok ta awakmu, nek wani ayok tak jak engkok bengi" (berani lihat ta kamu, kalau berani nanti ikut)
"cah bagus"(pinter) , "gak banyak orang berani lihat Rogo joglok, sebenarnya, koncomu itu beruntung, yg dia temui baru Rogo Joglok"
gw langsung bingung. "beruntung piye to pak de, koncoku di gepuk sampe cacat"
"salahe koncomu" kata de no
"sak iki takok" (sekarang aku tanya) "lapo awakmu nyedeki Karayatan (kerajaan) demit nek gak onok perlune"
"nyari layangan pak de, kebetulan layanganya terbang kesitu"
"Goblok berarti kamu" kata de No, semakin ketus. "Layangan regane piro?"
"500 ripis pak de" jawab gw.
"nyowomu mok regani 500 ripis" (nyawamu kamu hargai 500 rupiah)
gw terdiam cukup lama, apa yg de no katakan, memang tidak salah, dan gw jadi sedikit malu akan hal itu.
"onok Jembrong ireng sing luwih kudu mok waspadai"
"awakmu eroh nek gok kunu pusat'e" (kamu tahu kalau di situ adalah pusatnya) jawab de No
"Mboten de" (tidak pak de)
"kena tak kandani" (sini tak kasih tau)
gw bisa melihat de no mulai tampak serius
"tau? bagaimana wujudnya?"
gw cuma menggeleng.
"sedangkan jembrong ireng pak de? "
"wujudnya pak de tidak tahu jelas" gw bisa melihat, wajah pak de berubah.
de no hanya melirik gw sebelum mengatakan, "tidak ada yg tahu persis seperti apa dia. ada yg bilang perempuan ada yg bilang pria, yg pak de tahu, dia berbahaya"
"gini ngger, apakah lantas kamu di kasih kunci, bisa semena2 masuk ke rumah orang yg memberi kamu mandat?"
sesuai janji gw, gw bakalan ceritain tentang kebakaran yg pernah terjadi di zona selatan, alasan itulah kenapa zona ini yg paling berasa ngerinya
@bacahorror #bacahorror
mas Anton tidak sendiri, karena beliau di terima bersama mas Fadhil, putera kota sebelah. disini, karena mereka berdua dari luar kota maka..
meski namanya rumah jaga, namun kondisi dari luar, Rumah ini lebih dari layak, mirip rumah Belanda untuk pejabat tinggi, hanya saja.. tentu saja. angkernya gak tanggung2
rasa senang setelah menganggur lama membuat mas Anton bersemangat.
rupanya, suatu kebetulan, karena pak Edi juga kedatangan calon satpam baru yg lain, namanya, mas Fadhil.
Siang itu, Pak Edi menjelaskan prosedur kerja satpamnya yg akan di bagi menjadi 3 shift dalam kurun satu minggu kerja. mas Anton dan mas Fadhil hanya mendengarkan, sampai, pak Edi berkata. "semoga betah"
Pak Edi juga menjelaskan, ada 7 satpam yg saat ini bertugas, dengan jam kerja yg sudah di atur, termasuk jam kerja mas Anton dan Fadhil yg akan sgera di beritahu.
"bapak juga akan ada disini kan?" tanya mas Anton,
"mboten, saya ada keluarga di rumah" jawab pak Edi ramah
disini, mas Anton melihat sesuatu
karena mas Anton masih baru dan dia tidak mau bertanya lebih banyak akhirnya mereka menerimanya.
Mas Anton memlih kamar dekat ruang tamu sedangkan mas Fadhil memilih kamar di belakang, rupanya ada alasan kenapa mas Fadhil memilih kamar itu.
"wewangianmu ta iki mas?" (parfumu kah ini mas)
"Aneh yo mas, kok markas seapik iki gak onok seng ngenggoni, iki kan fasilitas pabrik, lumayan hemat duwit kost" (Aneh ya mas, kok gak ada yg nempati tempat ini, padahal lumayan hemat)
Sore hari, Pak Edi datang, beliau meminta tolong salah satu dari mereka harus bertugas malam ini, karena satu satpam sedang sakit.
mas Fadhil hanya memberi pesan aneh. "habis sholat isya, tidur"
"Fadhil" panggil mas Anton saat sekelebat ada yg melewati pintu kamarnya yg terbuka, mas Anton berdiri..
rasa penasaran dari mana bebauan itu membuat mas Anton lancang masuk kamar mas Fadhil, beliau mencari kesana kemari, sampai, ia mendengar, suara wanita tertawa terkikih
besoknya, mas Anton sudah terbangun di atas kasurnya. ia masih ingat wajah itu di kepalanya, mas Fadhil baru saja pulang, dan ketika beliau pulang, di sambut wajah kaget mas Anton.
"Mas, onok ndas kelontong gok lemarimu"
Mas Fadhil hanya memandang mas Anton, tampak tidak terkejut. "wingi lak wes tak warah, mari sholat turu ae gok kamar" (kemarin kan sudah tak bilangin, selesai sholat tidur saja)
rupanya, mas Fadhil sudah tau.
beliau tau, penghuni di rumah ini
"lho terus nggok kamarku ra onok ta mas?" (lalu yg di kamarku memang gak ada ta mas?)
"onok. tapi nek aku ngomong, awakmu isok girab2"
hari itu juga, mas Fadhil bercerita, katanya, ada sesuatu yg gak kasat mata dan ini di atas pengetahuanya tentang pabrik ini. "sampeyan tau eroh seng jenengane, Kerajaan demit" kata mas Fadhil
mas Fadhil bercerita, rupanya kemarin ia berjaga di zona selatan, pas ia berjaga, rupanya ia ketiduran, ia di bangunkan oleh seorang kakek2, sekali lihat mas Fadhil tau, dia bukan manusia.
si kakek menunjuk pohon gede.
mas Fadhil langsung tau maksud kakek itu. "lalu harus bagaimana saya mbah?" tanya mas Fadhil.
rupanya, itu adalah tempat singgah si panglima, dan panglimanya sendiri adalah 6 Macan putih. namun saat ini, mereka hanya mengamati
ini lah maksud kalimat pak Edi. "Semoga betah ya"
namun kalimat hanya sebatas kalimat, bila menghadapi kejadian yg terjadi, kalimat itu akan terdengar seperti angin lalu,
di Pabrik, gula umumnya saat malam memang tidak ada aktifitas apapun, kecuali satpam yg bertugas dan beberapa karyawan yg memiliki kepentingan.
mas Anton mendapat tugas untuk mengecek sektor 6 dan 7 yg berada di zona produksi
mas Anton mulai membaca ayat2 suci, dan sepedanya kembali normal, namun untuk beberapa saat saja. karena setelah itu, ia harus mengayuh lebih kuat lagi.
ia akhirnya kembali ke tempat teman2 jaganya, dengan wajah pucat, ia bercerita tentang apa yg terjadi, namun, semua memasang wajah biasa2 saja
entah bercanda atau tidak, namun obrolan itu tampak serius meski di iringi gelak tawa.
malam itu, ia jadi satu2nya yg tetap terjaga sementara yg lain tidur di pos jaga.
entah itu malam jumat kliwon atau apa, sejak keluar dari rumah, mas Anton merasa firasatnya tidak enak.
namun, ia terdiam, manakala, mengamati, ada sesuatu di hadapanya.
mas Anton mendekatinya perlahan, rasa penasaran sudah membuang akal sehatnya.
kaget, mas Anton semakin mendekatinya. bagaimana mungkin ada pesta malam begini di dalam pabrik, sewaktu mendekati, mas Anton mencium wangi daun kemangi bercampur wewangian bunga kamboja
"Ton. iki guk nggonmu jogo, lapo nang kene?" (Ton, ini bukan tempatmu berjaga, ngapain kamu disini)
mas Anton segera menunjuk apa yg ia lihat, namun ketika ia melihat lahan itu lagi, ia baru sadar, sudah menunjuk lahan dengan cerobong pabrik di depanya
Pak Edi, segera membawa mas Anton pergi, di antarnya ia ke pos jaga, ketika akhirnya ia melihat teman2 jaganya ia bercerita.
semua yg mendengar, baru kali ini memasang wajah tertarik, sampai
semua temanya, saling menatap satu sama lain. "Pak Edi opo maksudmu?" (Pak Edi apa maksudmu?)
"Pak Edi" kata mas Anton menegaskan "iki lho wonge" (ini loh orangnya)
mas Anton baru di beritahu, Pak Edi, tidak akan jaga malam hari ini, ia sedang ada di rumah, anaknya sedang sakit.
mas Anton hanya terdiam, termangu memikirkan siapa yg sudah menemaninya malam ini.
takut dan kengerian seperti masuk begitu saja untuk menggoyahkan iman mas Anton, namun sebagai muslim yg baik beliau mulai mengeraskan suaranya untuk membaca al fatihah, menunaikan shalat seolah2 ada orang di belakangnya
pernah, ketika mas Fadhil berangkat ke pos penjaga, ia di cegah oleh makhluk hitam besar,
sebelum kejadian kebakaran itu terjadi, mas Fadhil sudah mendapat firasat buruk, bahwa akan ada bala bencana, di mulai dari setiap malam, ia mendengar suara menangis dari luar kamarnya, kemudian tepat pada jam2 dimana malam menjadi gelap gulita
mas Fadhil menduga, makhluk ini tinggal jauh di zona timur
jadi, karena mas Fadhil mendalami ilmu kebatinan, sejak dulu, banyak jin yg ingin menjadi bagian dari mas Fadhil
jadi, makhluk ini, kini terus menggoda mas Fadhil
namun, disinilah, awal dari tanda2 balak (bencana) mulai bermunculan..
@bacahorror #bacahorror
disinilah, semua ini seolah menjadi beban pikiran mas Anton, rupanya firasat mas Anton semakin lama semakin menganggu, di tambah, setiap malam, mas Anton mendengar ada hal yg gk beres
mas Anton sempat bertanya darimana para karyawan pabrik
curiga, rupanya wanita tua itu mengatakan sesuatu yg membuat mas Anton begidik ngeri.
"Tumbal kanggo Maharatu"
hari itu, mas Anton meminta ijin untuk tidak bekerja satu malam, awalnya pak Edi enggan memberi ijin, sampai melihat kondisi mas Anton yg benar2 tidak dapat di paksa bekerja
pada pukul 2 dinihari, terdengar ledakan keras dari suara mesin yg tengah beroperasi, anehnya, kondisi pintu tidak seharusnya tertutup, namun malam itu, seolah2 pintu tertutup dan terkunci dengan sendirinya, api mulai menyebar dan membakar gudang
ketika sampai disana, ia hanya bisa menatap kosong gedung itu, berkobar dengan suara teriakan meminta tolong.
karena semenjak saat itu, setiap ia tidur, suara minta tolong itu seperti menghantuinya
namun rumor tetaplah rumor yg kelak akan menjadi mitos sebelum berdebu menjadi sejarah kelam.
Mas Anton akhirnya meninggalkan rumah itu, meski kenangan buruk akan
yang ia tahu, adalah, apapun yg telah terjadi, ia berharap kejadian seperti itu tidak akan terjadi lagi, nyawa manusia tetaplah sama berharganya dari apapun. kini, ia membagi kisahnya pada bapak, kemudian bapak membagikanya kepada gw.
"terkadang, manusia bisa menjadi lebih jahat bahkan dari iblis sekalipun" terlepas dari rumor itu, gw berharap, korban kebakaran itu, akan tenang di tempat yang seharusnya mereka berada.
Akhir kata, gw cuma mau minta maaf buat yg udah mau bela2 in nunggu, dan terimakasih sudah menyediakan waktunya buat membaca "Para Penghuni Pabrik gula" doakan biar gw di beri waktu buat bisa nulis thread lain, dan semoga ada hikmah yg bisa di ambil