Jagat Sinema Bumilangit adalah project panjang. Teman-teman yang punya keinginan bekerja di perfilman, di belakang dan depan layar, mudah-mudahan kita bisa kerja bareng. 🙏
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bagaimana proses terjadinya film dari mulai ide sampai bisa ditonton?
A THREAD
/Disclaimer: pembuatan film adalah proses yang kompleks. Utas ini dimaksudkan sebagai pengenalan ke proses pembuatan film dan bukan panduan utama/
Proses pembuatan film bisa dibagi menjadi enam fase, yaitu:
I. FASE PEMUNCULAN IDE (IDEATION)
II. FASE PENGEMBANGAN SKRIP (DEVELOPMENT)
III. FASE PRA-PRODUKSI (PRE-PRODUCTION)
IV. PRODUCTION (SHOOTING)
V. POST-PRODUCTION (PASKA PRODUCTION)
VI. MARKETING DAN DISTRIBUSI
Kita bahas satu-satu yuk:
I. FASE PEMUNCULAN IDE (IDEATION)
Sering tiba-tiba kepikiran ide cerita yang kalian pikir bisa jadi film keren? Mungkin aja. Ide cerita bisa dibagi dua menurut sumbernya:
Ide Cerita Original (bisa muncul dari renungan, mimpi. khayalan, sakit hati, dan sebagainya)
Adaptasi dari materi yang pernah dipublikasikan seperti novel, cerpen, series, film, dan sebagainya)
Ide cerita bisa muncul dari dalam production house (PH) yang memproduksi film atau dari luar. Beberapa PH punya departemen penulis yang disebut juga ‘Writer’s Room’ yang tugasnya termasuk melahirkan ide-ide cerita.
Untuk bisa dipresentasikan ke produser, investor, etc, ide cerita harus dirumuskan dalam bentuk LOGLINE yang artinya ‘gagasan cerita’ berupa satu kalimat yang biasanya berisi:
KARAKTER UTAMA + DUNIANYA + TUJUANNYA
(tidak harus runut)
Contoh:
Pengantar rol film di sebuah kota yang penuh kejutan berusaha mengantarkan rol filmya tepat waktu untuk mendapatkan nama gadis yang ia taksir di bioskop. (Janji Joni)
Seorang pembunuh serial membuat dirinya amnesia supaya bisa menikmati dikejar-kejar keluarga korbannya di sebuah hutan. (Modus Anomali)
Seorang perempuan bertekad membuktikan siksa kubur tidak nyata dengan menguburkan dirinya bersama jenazah orang yang sangat berdosa. (SIksa Kubur)
Setelah logline dirasa kuat dan menarik untuk diceritakan, kita bisa membuat SINOPSIS yang merupakan pengembangan dari logline, dari mulai cerita dimulai sampai berakhir.
Ini selalu saya jadikan panduan ketika mengembangkan logline jadi sinopsis, yang disebut mendesain cerita, dengan cara menjawab 7 pertanyaan ini:
SIAPA PROTAGONISNYA (KARAKTER UTAMANYA):
APA YANG DIA INGINKAN ATAU BUTUHKAN:
KENAPA DIA MENGINGINKAN ATAU MEMBUTUHKANNYA:
BAGAIMANA CARA MENCAPAI TUJUANNYA:
APA YANG MENGHALANGINYA:
APA KONSEKUENSI DARI KEINGINAN MEREKA:
APA YANG DIPERTARUHKAN:
Ini adalah (kira-kira) desain cerita dari film PARASITE (2019):
Bujet produksi film Indonesia saat ini kalau perlu dibikin kategorinya mungkin seperti ini, ya:
- bujet mikro: di bawah 3 milyar IDR
- bujet rendah: 3 - 6 milyar IDR
- bujet menengah: 6 - 10 milyar IDR
- bujet tinggi: 10 - 20 milyar IDR
- bujet tinggi banget: 20 - 30 milyar IDR
- bujet sultan: di atas 30 milyar
Tiap film masih butuh biaya promosi yang besarnya 1 milyar IDR buat rata-rata film bujet menengah, 2 milyar IDR buat film bujet tinggi, dan ada yang 5 milyar atau lebih untuk film bujet tinggi ke atas. (Ini sebenarnya lebih kecil dari kebutuhan)
Pendapatan kotor (gross) untuk satu film Indonesia (rata-ratanya saat ini) adalah 1 tiket x IDR 40 ribu.
Pendapatan tayang bioskop yang diterima bersih ke perusahaan film setelah dipotong pajak dan dibagi 50-50 persen dengan bioskop (rata-ratanya saat ini) adalah 1 tiket x 18 ribu IDR.
Jadi kalau bujet produksi sebuah film dengan bujet produksi 18 milyar IDR dengan 2 milyar bujet promosi, film itu butuh 1,111,111 tiket bioskop untuk balik modal.
Film, selain karya ekspresi seni, juga benda bisnis. Tentu perusahaan film akan mencoba membuat film yang dipercaya diminati cerita, genre, dan formatnya oleh masyarakat dan berhati-hati membuat film dengan presentasi, genre, tema yang selalu gagal di pasaran. Logikanya begitu. 🙂
Nah sekarang coba kita lihat pemasukan uang ke perusahaan film untuk film yang tayang di platform streaming.
Sebuah film bisa tayang di platform streaming (OTT) lewat beberapa cara:
A. Sebagai ‘ORIGINAL’.
Ini adalah film yang dibuat dengan uang dari OTT. Biasanya perusahaan film mengajukan project (dimulai dari ide sampai siapa kru-krunya). Lalu setelah dikasih ‘green light’ maju ke tahap FASE DEVELOPMENT (pembuatan skenario). Lalu setelah di-approved, baru masuk ke FASE PRODUKSI. Pemasukan ke perusahaan film adalah sebagai ‘PH (production house) Fee’ yang besarnya 10 persen dari bujet produksi (lihat twit sebelumnya).
B. Sebagai ‘second window release’.
Ini artinya, setelah suatu film tayang di bioskop (biasanya setelah 120 hari), OTT tertentu akan memiliki hak eksklusif menayangkannya di platform mereka untuk jangka waktu tertentu. Nilai rupiahnya di bawah original.
C. Dibeli OTT setelah diproduksi dan belum tayang di bioskop. Biasanya perusahaan film bikin film untuk bioskop, tapi mereka ganti rencana dengan dijual langsung ke OTT. Nilainya juga beragam. Bisa untung, bisa rugi.
D. Dibeli OTT setelah tayang di OTT lain. Nilainya kecil.
D. Lewat agregator film. Film-film lama (atau kecil) bisa dijual ke distributor agregator film dan mereka akan jual ke banyak OTT non-ekslusif. Nilainya kecil banget lah ke perusahaan film hehe.
Berapa persen film yang dirilis dan nggak balik modal? Coba tebak.
Saya mau share tentang industri film Indonesia ya, teman-teman. Mudah-mudahan bisa nambah wawasan. Gimana film Indonesia bisa dibuat? Siapa yang mendanai, gimana kru dapat gaji, kenapa nonton film secara ilegal bikin perfilman nyungsep, dan sebagainya. Yuk!
A thread.
Saya mau mulai thread ini dengan bilang bahwa, sekitar 70 persen film merugi setiap tahunnya. Artinya, kalau dalam setahun ada 140 judul film Indonesia yang rilis, 94 film di antaranya nggak balik modal. Gimana proses film dari mulai pendanaan sampai bisa dinikmati penonton?
Di Indonesia, pendanaan film didapat umumnya dari private investor. Artinya orang punya duit terus invest di film. Sebagian kecil ada yg dari venture capital yaitu beberapa orang ngumpulin duit lalu dikelola buat invest di film. Para investor di film namanya 'Executive Producers'
Lagi heboh ngomongin situs film bajakan yang tutup. Banyak yang nanya komentar saya gimana. Bingung juga jawabnya karena ini bisa sesensitif isu agama hehe. Tapi mungkin begini penjelasan saya. Yang mau nambahin monggo, ya.
Kita bahasnya dari sisi konsumen aja ya, nggak usah dari sisi provider.
Penulis skenario itu profesi keren. Hasil kerja kita akan jadi tulang punggung dari sebuah film dan mungkin bisa menginspirasi orang banyak dan mengubah hidup mereka. Bayarannya pun lumayan sampai fantastis.
Sejak film dibuat pertama kali, para cendekiawan film meneliti film-film yang berhasil diminati banyak penonton. Hasilnya adalah beberapa teori penulisan skenario. Sama dengan profesi lain, ilmu ini harus dipelajari dulu sebelum mulai menulis.
Jadi inget, saya dulu pernah jadi kritikus film professional untuk harian cetak The Jakarta Post dan dikasih kolom khusus. Saya jadi kritikus film tahun 2000-2005. Seru jadi kritikus. Dulu para kritikus diundang nonton film-film baru hari Rabu pagi.
(A thread)
It was a really good job buat saya. Saya suka nonton film di bioskop, jadi bisa nonton film gratis (sering dapat official merchandise juga) dan tulisan saya selalu dibayar secara profesional. Jadi lumayan bisa nutup biaya kos, naik bus, dan keperluan lain.
Kritikan saya awalnya disukai orang karena kata mereka fun. Mungkin karena saya nggak mengerti teknis film (karena saya nggak pernah belajar teknis film) jadi saya coba menjelaskan apa yang saya maksud dengan bahasa yang sederhana.