Ada yang lulus 3,5 tahun dan banyak prestasi
Ada yang lulus 3,5 tahun dan sedikit prestasi
Ada yang lulus 3,5 tahun lebih dan banyak prestasi
Ada yang lulus 3,5 tahun lebih dan sedikit prestasi
Tidak perlu merasa rendah, setiap orang punya kecepatannya
Kamu berprestasi, magang, jadi enterpreneur, punya pengalaman internasional, IPK tinggi, itu baik
Tapi kalaupun kamu harus lulus lama, ga punya pengalaman, IPK standard, ketahuilah kamu ga lebih rendah dari temanmu yang lain
Tugas manusia itu bertumbuh, bukan menjadi sempurna
Saya pernah banget iri sama teman teman lain
Ngeliat yang jurusan lain udah dapet kerja, punya rumah, iri. Ngeliat temen dapet kesempatan scholarship diluar negeri, iri. Ngeliat temen jadi researcher, iri.
Iri membuat membuat saya ga mampu melihat value diri saya
"Jangan ubah diri dok Jim, tapi kembangkan apa yang kita punya. Kalo ngeliat rumput tetangga mah ga akan selesai"
Beberapa hari lalu saya dapat tawaran kerjaan membawakan sebuah kelas. Saya suka membawakan kelas itu sebenarnya, tapi saya sedang punya project lain untuk dikerjakan. Sehingga akan sangat sulit untuk mengerjakan kelas ini
Tapi ini teman baik saya, dan saya ga bisa menolak...
Saya tahu saya perlu menolak, tapi ada sebagian dari diri saya yang sangaaattt takut menolak. Sangat takutnya itu ga wajar sampai saya ga berani buka WhatsApp
Dalam titik ini saya tahu ada yang ga beres yang saya rasakan. Karena biasanya saya ga takut menolak
Saya sudah buat draft chat di aplikasi notes, tapi sekadar untuk copy paste ke whatsapp itu sampai gemeteran keringat dingin
Ini sensasi yang sudah sangat lama ga saya rasakan
Akhirnya saya memutar buat berkenalan sama sang takut. Sang takut ini terasa tinggal di perut...
Kalau kata orang-orang, ketika ada emosi yang ga menyenangkan maka kita harus cari hobi, atau cari hal yang menyenangkan.
Tanpa kita sadari, terus-menerus mencari hal menyenangkan itu bisa bikin masalah lho. Kamu ga percaya? Coba baca lanjut dulu deh
A 🧵
Misal yang ga nyaman adalah perasaan bosan, terus kita ingin menghilangkan bosan dengan hal yang menyenangkan. Misalnya lagi kita memilih aktivitas ngemil. Bosannya hilang, perasaan jadi enak.
Tapi kalau ngemilnya keterusan, kira-kira bagaimana?
Kalo tiap stres kita rebahan, atau tiap bete kita scrolling, atau tiap berantem pasangan kita cari lawan jenis lain buat cerita, bukankah ini perasaan menyenangkan? Dan bukankah ini semua akan menjadi masalah jika diteruskan?
Ada bagian saya setuju, tapi saya juga mau jelasin ga setujunya. Kenapa memang benar urusan cinta bisa membuat orang mengalami gangguan kejiwaan, tapi kenapa sebenarnya ini bukan cuma urusan cinta.
Jika seseorang tinggal di lingkungan penuh polusi, maka dia berisiko lebih besar mengalami masalah pernapasan. Ini faktor predisposisi (1)
Lalu setelah 5 tahun di lingkungan penuh polusi, suatu hari orang ini makan es cendol. Setelah makan es cendol, dia batuk batuk tidak berhenti selama 1 bulan. Es cendol ini adalah faktor presipitasi/ pencetus/ trigger
Batuk 1 bulan ini bukan sekedar urusan cendol saja
“Untuk apa anak-anak sering diajak jalan-jalan? Kan mereka tidak akan mengingatnya saat dewasa”
pertanyaan ini mungkin tercetus karna kita ga tau kalo ada dua jenis memori. Yuk kenalan sama dua jenis memori
A thread
Memori eksplisit adalah jenis memori yang dapat diakses secara sadar dan disengaja. Ini mencakup memori tentang fakta-fakta atau informasi yang telah dipelajari, seperti nama seseorang atau tanggal ulang tahun mereka,
Atau contoh memori eksplisit lain adalah pengalaman yang telah dialami, seperti peristiwa penting dalam hidup seseorang atau liburan yang diambil di masa lalu. Memori eksplisit memerlukan upaya yang disengaja untuk diingat dan dapat diakses melalui pemikiran dan perenungan.
Abis nonton the Glory lalu ngobrol sama temen, beberapa orang penasaran kenapa kok bisa ada orang sejahat tokoh Yeon-Jin? Kok bisa ada orang yang ga merasa bersalah padahal salahnya udah kriminal?
Paling tidak ada 3 alasan kenapa Yeon-Jin bisa sejahat itu
1. Alasan pertama karna pola asuh. Di awal-awal episode tampak Yeon Jin mengalami kekerasan fisik dan verbal dari ibunya.
Salah satu peran penting pengasuhan di awal kehidupan adalah: membangun hubungan yang sehat, sehingga seseorang bisa merasakan rasa nyaman dalam interaksi
Kalau seseorang gagal menumbuhkan nyaman yang terkait dengan interaksi manusia, maka risikonya bisa melakukan kekerasan.
Rasa nyamannya didapatkan dari kekuatan, dominansi, atau popularitas. Tapi bukan dari hubungan otentik antar manusia itu sendiri. Makanya ga ngerasa salah.
Beberapa saat lalu saya disuruh netizen baca buku (yang udah lama saya selesai baca) soal trauma, dan disuruh belajar konsep (yang saya pernah jadi editor proceeding) psikoneuroimunologi.
Saya merasa kesal dan ingin membuktikan diri, padahal ga kenal ini siapa. Ini adalah ego.
Ingin dianggap, diakui, jadi pusat atensi. Padahal ya untuk apa juga?
Ketika saya sadar ini dorongan ego, saya berhenti sejenak mengambil jeda dan tidak merespon apa-apa. Sambil pelan pelan menyadari nafas yang masuk dan keluar, pelan pelan dorongan inipun mengendur
Ingin menunjukkan bahwa saya lebih mengerti dari orang lain. Supaya apa? Ternyata saya ingin sensasi superior, sensasi punya power.
Padahal lebih tahu itu cuma sebatas lebih dulu belajar. Bukan berarti menjadi pemilik pengetahuan, karna pengetahuan tidak punya pemilik.