Gui Ernald Profile picture
Dec 6, 2019 116 tweets 40 min read Read on X
TURUN SINTREN

Turun turun sintren, sintrene widadari
nemu kembang yun ayunan
nemu kembang yun ayunan
kembange Putri Mahendra
widadari temuruna manjing maring sing dadi

@bacahorror #ceritahorror Image
@bacahorror (Untuk kali ini saya tidak akan menggunakan inisial nama tempat daripada teman-teman menebak-nebak daerahnya, saya menyulih nama-nama orang dan tempat. Seluruh cerita saya rekonstruksi ulang dengan ijin para sumber. Pada bagian ke 3/4 menjelang akhir seluruh thread ini akan ada
@bacahorror bagian yang mungkin membuat tidak nyaman terkait dengan darah. Maka yang memiliki memori fotografis tinggi, gampang mengimajinasikan dengan kuat, bisa melewatkan thread ini)
@bacahorror “Mbak Denok krungu ra? (Mbak Denok dengar tidak?)” Sekar meringkuk di pelukan kakaknya.

Tikus-tikus berdecit di balik tembok kamar mereka. Namun yang menakutkan Sekar bukan tikus-tikus itu. Anak-anak kecil di sini senang menangkapi tikus lalu membakarnya hidup-hidup di dekat
@bacahorror kebun teh dan kebun singkong. Sekalipun penghasil teh, daerah ini bukan dataran tinggi. Letaknya yang lebih dekat dengan pesisir Laut Jawa, pesisir pantai utara pulau itu, membuat orang di desa itu akrab dengan udara panas. Tapi tidak sepanas ini biasanya.
@bacahorror Kemarau yang panjang dua tahun ini membuat udara menguar lebih gerah. Di samping itu, kekeringan ini juga menyebabkan hama tikus nguyab. Tikus-tikus semakin menjadi-jadi, di sawah, tegal, kebun, hingga di dapur.
@bacahorror Kebun-kebun teh tetap berusaha menanam teh dengan penghematan air mati-matian. Bahkan tidak jarang terjadi perkelahian antara para pengelola kebun teh satu dengan yang lain karena ada yang nakal mengairi kebunnya lebih lama daripada yang lain.
@bacahorror Sedangkan para petani sawah sudah dua musim tidak lagi menanam padi dan menggantinya dengan singkong dan beberapa jagung. Air di waduk besar di sebelah Timur desalah yang digunakan untuk pengairan sawah, kebun, kebutuhan mandi dan mencuci sementara sungai-sungai kecil
@bacahorror mulai mengering. Karena air waduk semakin kotor, untuk minum dan masak mereka mengambil di belik mata air di sebelah selatan desa. Belik itu pun mulai menyurut.

Nyai Suntini yang bertugas menjaga belik pun mulai lebih banyak di rumah. Paling-paling ketika sore hari
@bacahorror menjelang ba’da Ashar dia mulai kembali ke belik. Di sana biasanya sudah mulai berkumpul anak-anak dan ibu-ibu yang membawa jeriken untuk diisi air. Sekalipun belik itu berada cukup jauh dari desa, berada di pereng tanah terjal yang memisahkan desa itu dengan hutan
@bacahorror di belakang perkebunan, tapi setiap subuh dan sore orang akan berduyun-duyun ke sana. Yang kadang membuat keributan ketika di belik adalah orang yang mengambil air banyak-banyak untuk mandi. Sebenarnya sudah ada perjanjian air di belik khusus untuk minum dan masak,
@bacahorror tapi tetap ada saja warga yang melanggarnya. Menengahi rebutan air demikianlah tugas Nyai Suntini.

Orang-orang selalu bersikap hormat kepada Nyai Suntini. Perempuan itu bersama mendiang suaminya mengambil inisiatif untuk mengeduk satu-satunya mata air di desa itu.
@bacahorror Memberikan batas-batas dari susunan batu kapur dan batu kali. Dilepoh dengan campuran semen dan pasir kuarsa. Menjadi semacam belik yang tidak terlalu luas. Hanya seukuran dua kali dua meter. Setelah suaminya meninggal, Nyai Suntini menjaga belik itu, supaya tidak terjadi
@bacahorror rebutan air bersih. Warga menghargai sikap perempuan tua itu. Sekalipun dia tidak dibayar, tetapi warga kadang mengiriminya beberapa hasil panenan karena perempuan itu sudah tidak kuat lagi bekerja. Dari seluruh tanah desa, hanya belik itu yang bebas dari serangan tikus-tikus.
@bacahorror Suara burung dares itu terdengar lagi, seperti dari pepohonan di sebelah rumah mereka. Burung itulah yang menakuti Sekar. Beberapa hari ini mulai terdengar bunyi burung dares di bubungan-bubungan rumah setiap malam, lalu berpindah ke pohon-pohon menjelang tengah malam.
@bacahorror Orang percaya burung itu membawa tanda nasib buruk.

“Wis turu bae! Ora usah dipikir! (Sudah tidur saja! Tidak perlu dipikir!)” Denok memeluk adiknya. Dipannya sebenarnya hanya cukup untuk seorang, tapi sudah dari kemarin Sekar tidak berani tidur sendiri.
@bacahorror “Siapa ya Mbak yang akan mati?”

“Hush! Jangan ngomong gitu! Yen mangsa ketiga biasane pancen ngene (Kalau kemarau panjang biasa begini). Tanda alam biasa.”

“Aku takut, Mbak!”

Denok mengelus rambut adik kecil di pelukannya. “Wedi ki ora nggo dituruti, Sekar
@bacahorror (Takut itu bukan untuk dituruti, Sekar!) Takut itu buat dihadapi.”

Ah andai saja ibunya masih hidup, dia akan menembangkan lagu-lagu tarling kiser gancang sepanjang malam. Namun perempuan itu meninggal bersama lahirnya Sekar. Sekar tidak merasakan sentuhan seorang ibu.
@bacahorror Satu-satunya sosok perempuan terdekat yang mungkin bisa menggantikan adalah kakak perempuannya itu. Mbah utinya (mbah putri) masih ada, tapi perempuan itu sudah tidak kuat seperti dulu. Berbeda dengan Mbah Kungnya yang masih kelihatan bergas.
@bacahorror Bapaknya sendiri cukup berjarak dengan anak-anaknya sejak kematian ibunya. Sekar bahkan kadang takut bapaknya sendiri.

Denok mungkin bisa menembangkan cengkok tarling seperti ibunya, tapi lagu-lagu tarling yang dikenalnya hanyalah lagu-lagu tarling dangdut yang biasanya
@bacahorror dilihatnya di acara-acara hajatan. Dia tak mengenal lagi bahasa tarling yang dinyanyikan ibunya kala itu. Nada kadang lebih kuat melekat daripada kata-kata. Memori jangka panjang manusia jarang berurusan dengan kata-kata, mereka lebih mengingat nuansa dan emosi.
@bacahorror “Apa tak nyanyikan nina bobo biar kamu tidur?”

Adiknya justru memilih bangun dari pelukan kakaknya. Terduduk dengan wajah kesal, “Mbak Denok tahu kan lagu itu serem.”

“Iya. Maaf! Maaf!”

“Mbak Denok tahu gak Nina itu siapa?” Denok tahu bahwa Sekar bisa menceritakan cerita
@bacahorror tentang nina bobok berpanjang-panjang. Sekar akan mengatakan Nina adalah seorang gadis kecil Belanda peranakan. Bapaknya seorang Belanda yang kawin dengan perempuan bumi putera. Helenina namanya. Dia sakit terus mati. Ibunya jadi stress, terus nyanyi Nina bobo setiap hari.
@bacahorror Sampai ibunya mati juga. Bapaknya lalu sering dihantui Nina yang nangis. Dia lalu gantung diri sambil nyanyi nina bobo juga. Cerita yang biasa diulang-ulang Sekar setiap kali Denok hendak menyanyikan Nina Bobo.

Denok mengulurukan tangannya kepada adiknya.
@bacahorror “Sekar, ceritanya nina bobo itu nggak seperti yang Sekar ceritakan biasanya. Mas Pandu lo ngasih tahu Mbak Denok. Kamu ini takut tapi malah senang ditakut-takuti.”

“Dikasih tahu gak percaya, Mbak ini.”

Gadis kecil itu kembali meringkuk dalam pelukan kakaknya.
@bacahorror Denok memilih untuk memeluk saja gadis itu sambil mengelus-elus rambutnya. Denok tidak ingin berdebat dengan adiknya. Pandu, teman kecilnya dulu yang sekarang kuliah di Jogja pernah bercerita asal mula lagu itu. Nina bukanlah nama seorang gadis.
@bacahorror Nina berasal dari kata menina yang dalam Bahasa Portugis, artinya anak perempuan. Tapi orang lebih senang dengan hal-hal yang menakutkan dan menyimpannya sebagai sebuah cerita fantastis. Tapi sudahlah lebih baik tidak usah bertengkar hanya karena sebuah lagu sepele.
@bacahorror Denok mendengar hembusan napas adiknya. Gadis itu sudah mulai tenang. Namun suara burung dares yang kembali lewat agaknya membuat gadis kecil itu kembali bersiaga. Denok bisa merasakan gerakan tubuh Sekar yang menegang.

“Akan ada orang mati, Mbak!”
@bacahorror Denok memilih untuk tidak menjawab. Dia mendekap semakin erat adik kecilnya itu. Menggumamkan nada-nada yang diingatnya dari tarling ibunya dulu. Sekar memeluk Denok di dadanya. Jika tidak ada Sekar, mungkin Denok juga akan kesepian.
@bacahorror Bapaknya tak punya biaya untuk menguliahkannya. Jika hanya uang kuliah saja bapaknya masih mampu. Tapi bagaimana dengan bulanannya. Sedangkan dia juga harus menanggung kedua orang tuanya di rumah itu. Dia masih berharap suatu saat nanti bisa kuliah.
@bacahorror Dia sering minta tolong Pandu mencarikan mungkin ada beasiswa. Pandu mengatakan sulit kalau beasiswa dari awal. Biasanya ada mulai semester tiga. Akhirnya selepas SMA Denok hanya bantu-bantu di rumah. Sesekali membantu di kebun teh atau mreman (buruh tani) di tegal tetangga.
@bacahorror Seiring gumaman tembangnya, pelukan Sekar melembut. Gadis kecil itu mulai mengantuk. Pelukannya semakin renggang dan terlepas.

Denok bangkit dari tempat tidurnya. Menyelimuti adiknya dengan jarik sogan tipis yang sudah memudar. Dia hendak ke kamar mandi.
@bacahorror Namun, begitu sampai di dapur Mbah utinya sedang menyinggahkan piring-piring yang baru dicucinya ke rak piring. Ah padahal rencananya Denok mau mencucinya besok ketika mau memasak sarapan. Bebunyi piring yang beradu rak berdenting keras di malam sepi itu. Bersambungan dengan
@bacahorror bunyi decit tikus cecurut yang cukup ramai malam itu.

“Tidak bisa tidur. Nduk?” Mbah uti seolah tahu bahwa Denok sedang masuk ke dapur. Tanpa memandang si gadis, mbah uti meneruskan pekerjaannya.

“Sudah, Mbah uti. Biar saya yang teruskan.”
@bacahorror “Sudah kok, tinggal panci sama wajan di situ itu.”

“Saya ke kamar mandi sebentar.”

Denok masuk ke kamar mandi. Denok bisa mendengar bunyi tikus-tikus itu menyepi. Kemarau ini yang terpanjang dari sebelum-sebelumnya. Bukan hanya manusia, alam pun merasakan dampaknya.
@bacahorror Sesudah menuntaskan urusannya di kamar mandi, dia keluar menuju dapur. Di tempat cuci piring mbah uti sudah tidak ada di sana. Mungkin kembali ke kamarnya beristirahat.

Denok terkejut. Karena piring-piring kotor masih berserak tergelatak di bak cuci piring.
@bacahorror Belum ada sebuah piring pun yang dicuci. Dia melihat kembali ke rak piring. Tak ada sebuah piring pun yang seperti bekas dicuci. Piring-piring di sana adalah piring-piring yang memang tidak dipakai makan malam tadi. Tetiba bulu kuduknya merinding.

Dia berlari ke kamar neneknya.
@bacahorror Mbah uti tertidur di sana. Dia mendekat. Perempuan itu sedang benar-benar lelap. Lalu siapa yang tadi dilihatnya dan bercakap dengannya beberapa menit yang lalu? Denok kembali berlari ke dapur. Mengumpulkan segenap keberaniannya. Ya ketakukan bukan untuk dituruti.
@bacahorror Ketakutan ada untuk dihadapi.

Dapur benar-benar sepi. Bahkan tikus-tikus ikut berhening. Keheningan yang ganjil. Ada yang meremang di lengan dan lehernya. Bukan keheningan syahdu, tapi keheningan yang tak nyaman. Seperti keheningan sesaat setelah burung dares lewat.
@bacahorror Keheningan yang hanya berjalan beberapa detik sebelum ada yang membuka lagi pembicaraan. Bukankah selalu ada keheningan-keheningan serupa itu sebelum sebuah masalah besar datang?

Denok kembali ke tempat cuci piring. Dia terlonjak ketika dua ekor tikus berlari di sesela kakinya.
@bacahorror Tikus-tikus itu berlarian dari kolong di bawah bak cuci piring. Denok segera memeriksa kolong itu. Tiba-tiba suara tikus-tikus yang ramai segera meruap. Ya, itu suara tetikus beberapa saat yang lalu. Berapa tikus yang menghuni dapurnya?

Denok memeriksa kolong itu.
@bacahorror Di bagian depan kolong cuci piring itu tergolek panci, dandang, dan wajan kotor. Dia masih ingat persis suara mbah uti yang tadi mengatakan tinggal panci dan wajan. Kardus-kardus air minum ditumpukkan di mulut kolong itu.
@bacahorror Namun ada ruang kosong kolong di belakang alat masak kotor itu. Ruang itu cukup jauh untuk dijangkau dengan tangan. Gelap tak terkena sinar lampu dapur.

Benar sudah! Denok mendengar suara tikus-tikus itu seperti berasal dari ruang kolong di belakang kardus-kardus air minum itu.
@bacahorror Dia menyinggahkan panci, dandang, dan wajan itu ke samping. Setelahnya dia menarik kardus-kardus itu. Dan tikus-tikus berlarian di tangannya. Mungkin tujuh atau delapan. Denok bergidik. Geli dan takut oleh serbuan tikus-tikus yang terbebas karena kardus-kardus air minum
@bacahorror yang menghalangi jalan mereka itu.

Namun sebuah bau anyir menyerang hidungnya. Seperti ada tikus yang baru mati di ujung kolong itu. Jika sudah lama mati, bau bangkainya pasti busuk, tak lagi anyir serupa ini.

Dia berlari ke kamar mengambil handphonenya di kamar.
@bacahorror Sekar masih tertidur pulas. Syukurlah. Dia melihat lagi ke kamar mbah utinya, neneknya juga masih tertidur dalam posisinya yang tadi. Sial mengapa dalam situasi seperti ini bapak sedang meronda dan Mbah Kung entah pergi ke mana.

Denok mengambil sapu di belakang pintu dapur.
@bacahorror Dia menunduk di kolong gelap itu. Dengan kepala sapunya dia menarik sebuah benda yang mengonggok. Denok terjengkang ke belakang menemukan bahwa benda itu bukanlah bangkai tikus. Sebuah bangkai yang lebih besar. Entah bagaimana bisa masuk ke situ.
@bacahorror Bangkai kucing dengan kepala yang terlepas dari tubuhnya. Perut Denok mual tak tanggung-tanggung. Tapi meminggirkan badan kucing itu. Kepalanya pasti masih ada di dalam sana.

Denok menyalakan senter di handphonenya. Namun ada yang benar-benar tak beres.
@bacahorror Denok bisa mendengar dengan jelas sekarang. Ada suara gemeretak seperti orang yang memecah tulang dengan giginya dari dalam kolong itu. Disambung dengan suara berkecap-kecap seperti mengunyah makanan. Lalu suara gemeletak gigi yang mengeremus tulang lagi.
@bacahorror Senter di tangannya bergetar seiring gemetar sekujur tubuhnya. Rasanya sekujur dirinya menggigil.

Denok mengarahkan senter itu ke kolong.

Jika tak benar-benar menjaga kesadarannya dia bisa pingsan melihat sosok kurus kering di kolong bak cucinya itu.
@bacahorror Sosok itu serupa perempuan tua dengan tubuh yang yang luar biasa kerempeng. Tak berpakaian dari atas hingga ke bawah. Tulang-tulangnya bertonjolan di sepanjang lekuk tubuhnya. Sekalipun sosok itu memunggunginya Denok bisa melihat
@bacahorror dari antara lengan tangannya gelambir daging di dadanya. Serupa payudara yang sudah kering terjatuh hingga ke lantai. Rambutnya tipis hanya tersisa di beberapa sudut kepalanya.

Terang senter Denok agaknya mengusik makhluk itu. Tubuh sosok itu bergelinjang di ruang sempit itu.
@bacahorror Tanpa menggeser posisinya, kepala sosok itu menoleh ke belakang. Lalu perlahan-lahan tubuhnya bergerak. Denok bisa melihat di tangan perempuan itu kepala kucing yang sudah pecah berkeping-keping. Sosok itu menatap lurus ke arah cahaya senter.
@bacahorror Di tempat yang seharusnya ada mata hanya terdapat cekungan kosong gelap. Tidak ada bola mata apa pun di sana. Hidungnya rata dengan pipinya. Semuanya kulit yang mengerut berkeriput-keriput. Hanya mulutnya yang membuka lebar dari ujung telinga ke ujung telinga yang lain.
@bacahorror Mulut yang masih bersimbah darah kucing yang dikunyahnya. Dari mulutnya menghambur bau anyir luar biasa, bukan serupa bau kotoran bukan pula dari bangkai kucing itu, lebih menyerupai bau bangkai yang terendam air berhari-hari.

Sosok itu menggigit kepala kucing itu di mulutnya.
@bacahorror Lalu merangkak menyeret payudaranya yang kering di lantai. Sosok itu bergerak dengan tangan dan kakinya. Terseret-seret tetapi tetapi cerakannya sangat cekatan. Denok sendiri berusaha bergerak tetapi tak bisa. Otot tubuhnya kaku, kejang.
@bacahorror Dan ketika jarak mereka sedemikian dekat, sosok itu membuka mulutnya. Menyemburkan kemarahannya, “Aarrggghhh!”.

Namun, dalam waktu yang sama, ada sosok lain yang baru disadarinya dari tadi menangkring di atas rak piring. Sosok itu mengamati Denok sejak tadi.
@bacahorror Denok tak benar-benar bisa melihat wujudnya. Sosok lain itu begitu tebal menggunuk hitam. Jatuh persis menimpa Denok. Tubuh Denok yang ditimpa sosok hitam itu terjengkang ke belakang. Senternya terlepas dari tangan. Sosok itu berlari ke sudut dapurnya yang lain.
@bacahorror Sudut yang lebih gelap. Lalu tiba-tiba saja menghilang seperti menembus tembok. Ketika dia mengarahkan matanya ke kolong rak cuci piringnya. Sosok serupa perempuan itu pun sudah tak ada lagi di sana. Yang lebih mengejutkan adalah kepala kucing yang remuk itu
@bacahorror tiba-tiba ada di genggaman tangannya. Denok melepaskan dan membuangnya. Sepanjang tubuhnya terasa dingin. Tapi dia seperti merasakan kepala kucing remuk itu masih berdenyut-denyut di tangannya.

Denok menyapukan pandangannya ke sekitar. Sudah tak ada apa-apa lagi.
@bacahorror Dapur benar-benar sepi, bahkan suara tikus-tikus pun sudah menghilang sama sekali.

Apa yang baru saja dilihatnya? Bagaimana sosok tua itu bisa berada di kolong rak cucinya, bagaimana dia bisa membawa bangkai kucing ke sana dan tiba-tiba saja berpindah ke tangannya?
@bacahorror Bagaimana mungkin sosok itu bisa masuk, sedangkan tikus-tikus saja tak bisa lewat terhalang kardus-kardus air minum. Lalu sosok apa juga yang menggunuk besar dan bisa seolah-olah sedemikian ringan nangkring di atas rak cuci piringnya?
@bacahorror Kesadarannya belum bisa mencerna semuanya, ketika tiba-tiba terdengar suara kentongan titir di luar. Dititir tiga tiga. Denok tahu artinya, sebagaimana para penghuni desa lain. Kebakaran. Denok berusaha bangun mencuci tangannya di ember yang berisi air bersih.
@bacahorror Kran air tak menyala beberapa bulan ini. Tubuhnya masih geli mengingat tangannya yang basah oleh merah darah yang mengucur. Dia mengelap ke bajunya dan mengambil HPnya. Senter HP itu masih menyala. Dia mematikannya seketika.

Sosok anak kecil berdiri di pintu dapur.
@bacahorror Sekar. Adiknya ikut terbangun.

“Ada apa, Mbak?”

Denok menyambar adiknya lalu berlari ke depan. Dia sempat menengok kamar mbah uti. Syukurlah mbah uti masih terlelap. Dia membuka pintu depan. Napasnya masih memburu, entah mana yang menyebabkan. Mungkin karena apa baru saja
@bacahorror dilihatnya atau karena dia menggendong sekar sambil bersusah payah berlari ke depan.

Beberapa orang sudah berada di luar rumah mereka, nampak terjaga dari tidur mereka. Para perempuan masih mengenakan daster atau pakaian sekenanya. Yang laki-laki pun tak berbeda.
@bacahorror Suara titir itu menandai warna merah kuning yang menandak-nandak beberapa ratus meter di sebelah timur desa mereka. Hutan di dekat mata air terbakar. Bunga-bunga apik memercik ke angkasa. Terang itu merambang dalam sulut-sulut di ujung-ujung pepohonan tinggi.
@bacahorror Namun, beberapa warga berteriak-teriak lebih kencang. Mereka melihat sesuatu yang melayang. Bola api yang bergulung-gulung. Banaspati terbang dari kobaran api itu. Mengarah ke arahnya.

“Nok! Minggir! Nok! Awas!”

Suara tetangganya mengagetkannya.
@bacahorror Banaspati itu terjun ke bubungan atap rumahnya. Tidak ada yang terbakar. Api dari bola api itu seperti hilang setelah sebuah percikan ke segala arah.

Denok menurunkan Sekar dan menariknya ke dalam. Memeriksa banaspati yang seperti jatuh di rumahnya.
@bacahorror Dia melihat mbak putri sudah terjaga berdiri di antara ruang tengah dan dapur.

“Ada banaspati jatuh di dapur, Nduk!”

Entah harus senang karena neneknya baik-baik saja, sedih, atau bingung. Entahlah perasaannya bercampur aduk. Tidak ada yang celaka.
@bacahorror Sekar masih digenggamnya erat-erat. Denok tidak rela melepasnya. Neneknya agaknya tidak apa-apa. Namun, apakah benar itu neneknya. Denok memeriksa kamar neneknya. Dipan neneknya kosong. Dia memegang neneknya. Benar! Itu neneknya.

“Ada apa, Nduk?” Neneknya kelihatan bingung
@bacahorror dengan sikap cucunya.

Dalam napas yang tersengal-sengal, “Mbah uti nggak apa-apa, to? Alas wetan (Hutan Timur) terbakar!”

“Ada banaspati tadi di dapur.” Neneknya mengulangi.

Denok melepaskan tangan Sekar. Untunglah gadis kecil itu tak menangis.
@bacahorror Mereka bertiga berjalan ke dapur bersama-sama. Tidak ada bekas banaspati, bola api itu. Lenyap sama sekali.

“Sudah, Mbah, tidak usah dipikirkan. Kita keluar!” Denok berusaha memegang situasi. Sudahlah urusan banaspati bisa diselesaikan nanti. Yang penting semua tidak apa-apa.
@bacahorror Dia sadar yang segera perlu dipikirkan adalah kebakaran di hutan itu. Jika tak segera padam, bisa meringsek ke rumah-rumah warga.

Ketika Denok, Sekar, dan mbah uti keluar, orang-orang sudah berlarian membawa ember. Perempuan, laki-laki, anak-anak, hingga yang sepuh.
@bacahorror Mereka berlari ke arah hutan yang terbakar. Bapaknya datang dengan berkalung sarung, tampak raut khawatir tergambar jelas di wajahnya.

“Bantu orang-orang memadamkan api, Nok!”

“Mbah Kung ke mana, Pak?”

“Nggak tahu. Tadi sore boncengan motor dengan Radiyan. Mungkin ke kota.
@bacahorror Belum balik to?”

Denok menggeleng. Mbah uti nampak melengos, “Panggah bae ora berubah. Wis tuwa kelakuane kayak bocah (Tetap saja tidak berubah, sudah tua masih seperti anak-anak!)” Dari suaranya terdengar perempuan itu kesal kepada sang suami.
@bacahorror Denok dan bapaknya jelas mengerti yang dimaksudkan oleh perempuan sepuh itu. Sedemikian jelas sampai mereka tak menanggapi. Mereka memilih untuk melaju ke belakang mengambil ember.

---
@bacahorror Nyai Suntini mati-matian melarang orang-orang mengambil air belik untuk memadamkan api. Walaupun belik lebih dekat dengan hutan. Alasannya masuk akal, jika air belik diambil maka mereka tidak akan bisa minum dan memasak besok pagi.
@bacahorror Namun, hal tersebut juga menjadikan para penduduk harus mengambil beberapa kali lipat lebih jauh ke bendungan.

Deretan orang-orang berbanjar menerima air dan menyerahkan ke dalam. Anak-anak diminta untuk duduk daripada nanti kelelahan, sekaligus supaya tidak mengganggu.
@bacahorror Beberapa anak jelas kelihatan kesal dengan itu, karena mereka pun ingin membantu. Sekar salah satunya. Dia bergerombol bersama teman-temannya di dekat pos kamling menyaksikan estafet ember air itu. Namun demikian, anak-anak selalu punya cara untuk mengubah suasana
@bacahorror menjadi menyenangkan. Mereka saling bercerita dengan versi masing-masing tentang kebakaran yang terjadi itu. Mereka akhirnya menjadi seru sendiri dengan kelompok mereka.

Wak Ruslan, kepala desa sepuh itu mondar-mandir ke sana sini mengatur jalannya air.
@bacahorror Pak Bari, carik desa yang selalu terlihat kikuk, jelas tidak mampu mengimbangi laju kaki petingginya, sekalipun dia jelas lebih muda daripada Wak Ruslan.

Para pengimbal air bergantian jika kelelahan. Namun mereka melanjutkan lagi ketika tenaga mereka sudah pulih.
@bacahorror Mereka baru bisa lebih tenang ketika tiga mobil pemadam kebakaran datang hampir satu jam kemudian. Baru menjelang subuh api padam.

Warga bersyukur karena kobaran api tidak sampai merambat hingga ke perkampungan. Karena rumah-rumah di tepi hutan rata-rata adalah rumah-rumah
@bacahorror para penduduk yang kurang mampu, beberapa bahkan masih gedhek, anyaman bambu, dan kayu. Namun karena kebakaran cukup besar, jelaga dari sisa kebakaran itu terbang hingga ke desa. Abu berwarna hitam tipis melapisi jalan dan halaman-halaman rumah.
@bacahorror Jatuh juga ke wajah dan tubuh penduduk desa yang saling mengimbal air. Menjadikan wajah mereka hitam-hitam oleh angus. Anak-anak kecil justru yang senang, bermain dengan jelaga itu dan saling memulaskan ke wajah kawan-kawan mereka. Meskipun mereka tak ikut mengimbal air,
@bacahorror wajah mereka lebih coreng-moreng seperti orang-orang kalah main dadu.

Namun yang paling terdampak adalah mata air di belik. Sekalipun mata air itu tak jadi diambil, jelaga dari kebakaran itu memenuhi air di belik. Menjadikannya hitam berkampul-kampul.
@bacahorror Wak Ruslan berunding dengan Pak Bari supaya besok diadakan kerja bakti di belik.

Denok bisa mendengar percakapan kedua orang itu dari jauh. Pak Bari mengatakan kebakaran itu mungkin terjadi karena gesekan kayu-kayu yang kering dan panas oleh musim kemarau yang panjang.
@bacahorror Namun, Wak Ruslan menduga bahwa ada yang membakar hutan. Dia ingat peristiwa pembakaran Pasar Pahing. Begitu pasar itu habis terbakar, hanya lewat dua tahun sudah berdiri hotel di sana. Pak Bari mati-matian menolak, tidak mungkin ada yang biadab melakukan hal seperti itu.
@bacahorror Namun sekeras itu juga Wak Ruslan mati-matian membela pendapatnya. Namun, paling tidak mereka bersepakat, sementara air di belik belum bersih, mereka harus membeli air dari mobil-mobil tangki air. Pak Bari bertugas untuk mencarikan dan mengatus jalannya mobil tangki air.
@bacahorror Sedangkan Wak Ruslan akan memimpin kerja bakti dan berbicara dengan Mbah Sudiyoso, tetua desa mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk menangani kelanjutannya. Bahkan jika perlu termasuk diadakan bersih desa.

---
@bacahorror Denok tidak bisa tidur hingga pagi. Agaknya seisi desa pun sama. Denok baru saja membereskan cucian piring di dapur. Sekar selalu diminta untuk sarapan sebelum berangkat sekolah, walaupun seadanya. Apalagi sementara tidak bisa mengangsu,
@bacahorror Denok hanya memasakkan mie instan dan telur goreng untuk adiknya itu.

Selepas itu dia mengambil sapu lidi. Beberapa orang tetangga menyapu bekas jelaga kebakaran hutan di halaman-halaman mereka. Pikiran Denok terbayang pada hal-hal yang bertubi-tubi dialaminya semalam.
@bacahorror Suara burung dares, dua mahkluk yang dilihatnya di dapur, banaspati, hingga kebakaran itu.

Bapaknya diajak Pak Bari pagi-pagi tadi mencari mobil tangki air menggunakan mobil cetul Pak Bari. Denok tahu bapaknya sebenarnya tak terlalu suka dengan Pak Bari, kerjanya lelet,
@bacahorror tapi kalau urusan uang paling tanggap. Selama ini banyak pekerjaan carik yang justru dilimpahkan kepada bapaknya. Tapi karena bapaknya seorang ketua RT dia tak bisa menolak perintah Pak Bari.

Neneknya duduk di amben beralas tikar pandan di depan rumah.
@bacahorror Perempuan sepuh iutu nampak kesal, mungkin karena mbah kung belum pulang juga sampai pagi ini.

“Lah ya! Wong nang desane kobongan kok malah mblakrak ora karuan! (Wong di desanya kebakaran kok malah main tidak jelas ke mana!)” Mbah uti memotongi kacang panjang.
@bacahorror Tapi nampak dari petikan-petikan kacangnya kekesalan terpancar jelas. Denok terus menyapu. Merasa tidak pantas menganggapi perkataan neneknya itu.

“Ndhuk! Aku krungu wong-wong rasan-rasan di mlija mau (Aku dengar orang-orang berbiicara di tukang sayur tadi).
@bacahorror Katanya semalam itu banyak yang aneh-aneh.”

Denok mengumpulkan sampah di pojok, “Aneh-aneh bagaimana, Mbah?” Pikirannya sebenarnya terbayang pada apa yang terjadi semalam.

“Ya macam-macam, Nok. Wangi katanya mendengar orang tarling sepanjang sore.
@bacahorror Tapi ternyata bukan cuma Wangi, perempuan-perempuan lain juga sama. Linggar yang pertama memukul kentongan katanya sebelumnya melihat ada pocong kembar di dekat belik. Lah terus banaspati yang turun di dapur kemarin itu.”

Denok mengumpulkan sampah di cikrak lalu membuangnya ke
@bacahorror pauwan (tempat sampah besar, biasa rumah-rumah memiliki tanah yang dikeduk untuk tempat sampah demikian). Dia duduk di sebelah neneknya mengambil beberapa bawang merah dan mengupasnya. Mereka memutuskan untuk membuat sega lengko dan olos hari itu.
@bacahorror Makanan yang tidak membutuhkan banyak air.

“Iki dina apa, Ndhuk? (Ini hari apa, Nak?)” Tanya neneknya.

“Selasa, mbah uti.”

Perempuan itu segera menghentikan pekerjaannya. Matanya menatap persis ke depan. Denok ikut menghentikan pekerjaannya,
@bacahorror “Wonten napa, Mbah uti? (ada apa, Mbah uti?)”

“Selasa Kliwon.”

Denok tidak mengerti maksud perkataan mbah uti. Tapi Mbah Uti jelas bukan sedang memikirakan mbah kungnya lagi. Raut perempuan sepuh itu berubah tegas, memandang kepada cucunya,
@bacahorror “Kamu tahu malam apa yang lebih menakutkan daripada malam Jumat Kliwon?”

Denok agaknya menangkap maksud neneknya.

Perempuan tua itu mengatakan kata-katanya dalam deru suara yang lebih dalam, “Kowe ngerti Nduk? Wong yen mati malem Selasa Kliwon,
@bacahorror mayite gawe rebutan wong golek jimat. (Kamu tahu, Nak? Orang yang mati pada malam menjelang Selasa Kliwon, jenasahnya akan menjadi rebutan orang mencari jimat.”

Bulu kuduk Denok meremang. Apakah ada hubungannya antara yang terjadi semalam dengan Selasa Kliwon?
@bacahorror “Iki mesthi ana sing golek gara-gara (Ini pasti ada yang mencari gara-gara).” Seru neneknya. Denok tahu neneknya bukan orang punya ilmu kanuragan atau sejenisnya. Namun seperti orang-orang tua lain di desanya. Neneknya masih memegang hitungan Jawa.
@bacahorror Setiap hari dan pasaran memiliki angka yang jika dijumlahkan akan menghasilkan makna tertentu. Denok dan para sebayanya sudah tidak lagi mengenal hitungan-gitungan Jawa secam itu.

“Nok, kowe ngerti ibumu biyen kerjane apa sakdurunge rabi karo bapakmu?
@bacahorror (Nok, kamu tahu ibumu dulu bekerja apa sebelum menikah dengan bapakmu?”

Denok merasa betapa payahnya dia. Dia bahkan tidak mengetahui bagaimana ibunya ketika muda. Dia hanya tahu ibunya sebagai seorang ibu rumah tangga. Perempuan desa yang sejauh dia ingat, perempuan yang ayu.
@bacahorror Berjalan pun teratur. Menjaga sopan-santun sekali. Bahkan Denok sering merasa tidak bebas ketika bersama ibunya, karena banyak sekali larangan-larangan dari ibunya tentang bagaimana anak perempuan bersikap. Aturan-aturan tata krama yang terlalu membebani.
@bacahorror “Ibumu biyen penari sintren (Ibumu dulu penari sintren), saben arep tanggapan, mesthi pasa mutih telung dina, dipungkasi ben Selasa Kliwon (setiap akan pentas, pasti puasa mutih tiga hari, berakhir setiap Selasa Kliwon).”
@bacahorror Sekalipun Denok cukup terkejut, tapi dia merasa hal tersebut tidak memiliki arti apa pun baginya. Dia tak melihat hubungan antara profesi ibunya dengan hal-hal yang terjadi semalam.

Deru suara mobil cetul. Mobil itu dipacu lebih bergegas. Berhenti persis di depan rumah mereka.
@bacahorror Bapaknya keluar dengan air mata di pipinya. Namun wajahnya juga nampak memerah. Marah.

“Mak!” Bapaknya merangkul neneknya. Neneknya segera tahu apa yang sedang terjadi.

“Goblok! Goblok!” Suara perempuan itu yang tiba-tiba menangis mengikuti air mata anak lelakinya itu.
@bacahorror Wajah Pak Bari di belakang setir kelihatan bingung, dia seperti menahan sesuatu yang mau dikatakannya. Denok berlari ke mobil itu. Melihat ke kursi tengah.

Kursi tengah mobil itu sudah dilepas dan dipinggirkan ke kanan kiri. Sebagai gantinya, di tengah mobil itu sebujur jenazah
@bacahorror yang telah kaku tertutup selimut garis-garis. Tubuh Denok lemas, pikirannya bercampur aduk. Apakah ini artinya burung dares semalam. Apakah ini juga arti banaspati yang terbang dan jatuh di dapurnya semalam.

Sebuah motor mendekat. Mas Radiyan yang ngojeki kakeknya kemarin.
@bacahorror Dia menunduk nampak bersalah. Dia jelas tidak dari arah yang sama dengan mobil itu. Dia mungkin dari belik atau entah dari mana. Sebelum bapaknya mencari mobil tangki air, bapaknya mencari Mas Radiyan, bertanya ke mana Mbah Kung kemarin malam diantar.
@bacahorror Pak Bari membuka mulutnya, “Mbahmu ditemukna nang losmen, Nok (Mbahmu ditemukan di losmen, Nok). Sudah mati dari semalam katanya pemilik losmen. Tapi tidak tahu harus menghubungi siapa. Mau telpon polisi tidak berani. Begitu juga perempuan yang diajak main.
@bacahorror Minum obat kuat, tapi jantungnya yang nggat kuat. Langsung mati seketika.”

Mbah uti berlari ke mobil itu dalam tangisannya. Pak Bari menunduk malu. Tapi melihat tubuh yang tertutup selimut itu, wajah neneknya berubah marah,
@bacahorror “Wong tuwek goblok! (Orang tua goblok!) Genderane sik nyekengkeng kaya ngunu kuwi! Ngisin-isini! (Tiang benderanya masih tegak berdiri seperti itu! Memalukan!).” Lalu tangisnya pecah lagi semakin keras.

---

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Gui Ernald

Gui Ernald Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @guiernald

Mar 13, 2020
SETANGKUP DAUN

-thread horror-

#bacahorror @bacahorror

“Mau ke mana, Win?”
“Mau cari daun buat Ninda.” Yang ditanya terus melaju tanpa menoleh.
“Kambuh lagi?” Sang pria kembali bertanya.
“Iya.” Sang gadis melintasinya pergi. Image
Eko duduk di salah satu pematang sawah. Sawah itu kering karena baru dipanen beberapa hari yang lalu. Enam kerbaunya kambingnya sedang merumput tak jauh dari pandangan mata.
Sebuah arit tergeletak di atas tumpukan rumput sebesar dua dekap yang diikat pepat hingga tak menyisakan ruang beroyog. Bukan hal yang istimewa untuk untuk orang-orang di T yang akrab dengan sawah dan ternak. Anak laki-laki sudah dibiasakan mengarit hingga mencangkul sejak ...
Read 340 tweets
Nov 19, 2019
DI SUDUT

“Harus gelap sama sekali! Dalam beberapa saat matamu akan menyesuaikan. Terlentanglah di lantai. Tepukkan telapak tanganmu tiga kali ke bawah. Ke lantai. Tunggu sejenak, lalu berjongkoklah dan bungkukkan badanmu. Lihat di antara sesela kakimu.”

@bacahorror #bacahorror
@bacahorror Sebuah cangkir berisikan teh lemon diletakkan di meja. Berikutnya tabung V60 Aceh Gayo dan sebuah gelas kaca bening. Disusul sebuah gelas besar berisi air putih. Sebuah kertas tipis diletakkan di atas gelas air putih itu, supaya airnya tidak terkena debu.
@bacahorror “Ada lagi. Mbak?” Pria berseragam hitam berlogo kedai 5th coffe itu tersenyum tidak terpaksa. Gadis itu menggeleng dan mengucapkan terima kasih.

(OK sampai di sini aku lagi-lagi kudu bilang, bahwa semua tokoh dan tempat disamarkan. Yang bercerita kepadaku adalah gadis ini dan
Read 398 tweets
Nov 14, 2019
KAMPUNG KAKEK

Kisah ini bukan aku yang mengalami. Ini cerita seorang kawan yang kebetulan aku tahu lokasinya. Cerita ini aku rekonstruksi, supaya alurnya lebih runut.

#bacahorror @bacahorror
@bacahorror Sebut kawanku Bayu. Bayu lahir dan besar di kota S. Perjumpaannya dengan desa terbilang sangat jarang. Paling sering ketika dia diajak ayahnya mengunjungi desa kelahiran ayahnya di daerah K setiap lebaran. Tapi tentu acara seperti itu paling-paling hanya sehari dua hari.
@bacahorror Tapi ketika pergantian semester 1 ke 2 ketika dia kuliah, dia sempat mengalami sakit cukup parah terkait pernapasan. Mamanya tahu bahwa sakit itu diakibatkan karena Bayu yang sebenarnya diam-diam sudah merokok. Mama sering mencium bau rokok dan menemukan tembakau di baju-bajunya.
Read 748 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(