Haul Gus Dur bersama Mbak @AlissaWahid di auditorium kampus Universitas Semarang (USM) sudah dimulai. Yuk bagi yang masih di jalan segera merapat... #HaulGusDur#SatuDekadeGusDur
Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Ada tiga sambutan, dari ketua panitia (Mas Rahul), Rektor USM, dan Walikota Semarang.
Pak Sapto mewakili Pak Hendardi membacakan sambutan Walikota. Ia menyebut bahwa sebagai seorang Sukarnois, ia juga kagum dengan Gus Dur. Karena pemikiran keduanya hampir sama, terutama sikap terhadap kaum tertindas.
"Tidak penting apapun agama dan sukumu, selama kamu bisa melakukan kebaikan untuk semua orang, orang tidak akan tanya apa agamamu." Begitu quote Gus Dur yang dikutip Walikota.
Pak Anshom, ketua PCNU Semarang menyanyikan tembang tradisional Jawa. Sebuah kebudayaan yang mulai punah di tengah masyarakat. Ada banyak makna yang bisa diambil dari tembang tersebut, salah satunya hikmah untuk hidup rukun dalam keberagaman. Semua bersaudara.
Pembacaan puisi dari Lukni Maulana, sastrawan muda, sangat menggugah. Berbicara tentang lingkungan dan sosial. Keren... keren...
Selanjutnya, Gusdurian Semarang meluncurkan @gusdurianpeduli. Peluncuran secara simbolis dengan memukul gong sebanyak sepuluh kali oleh Mbak Alissa Wahid.
Acara selanjutnya orasi kebudayaan dari Mbak Alissa Wahid. Mbak Alissa menegaskan bahwa momen Haul Gus Dur adalah hadiah terbesar bagi keluarga Gus Dur. Lebih dari gelar kehormatan apapun. Termasuk gelar pahlawan yang disebut banyak orang.
Momen ini bukan untuk mengeluk2an Gus Dur, apalagi mengultuskan. Tetapi untuk meneladani nilai dan perjuangan yang dilakukan oleh Gus Dur.
Mbak Alissa bercerita bagaimana Gus Dur merupakan sosok yang adil gender. Di antaranya Gus Dur memberi dukungan kepada istrinya untuk tampil di ruang publik. Sementara Gus Dur juga tidak anti jika mengambil peran domestik.
Mbak Alissa juga menyinggung, jangan berkecil hati jika sedang dalam kondisi kismin. Gus Dur pernah satu waktu datang ke rumah Mbak Alissa di Jogja. Gus Dur mengatakan ingin meminjam uang untuk jaga2. "Seorang mantan presiden tidak punya uang lima juta," ujar Mbak Alissa.
Hal tsb membuat Alissa sedih. Lalu ia menelfon adik-adiknya. Mbak Yenny kemudian bilang soal kebiasaan Gus Dur memberi uang kepada siapapun yang meminta. "Bahkan saya iri sama anak2 IAIN Jogja yg sering dapat uang saku dari Gus Dur, sementara saya sebagai anaknya sangat jarang."
Budaya bagi Gus Dur bukan soal simbol belaka. Budaya adalah pesan di balik simbol yang ditunjukkan. Itulah yang membuat Gus Dur sangat menikmati seni pertunjukkan kebudayaan, seperti wayang kulit. "Kalau ke Jogja, saya selalu diminta untuk mencari kaset lakon tertentu."
Humor menjadi salah satu ciri khas Gus Dur. Ketika ada sebuah acara di Kuba, Gus Dur tinggal di sebuah hotel. Tiba2 Paspampres melapor bahwa Fidel Castro, presiden Kuba akan datang. Hal ini membuat semua yg di ruangan kaget. Apalagi kondisi kamar sedang berantakan.
Ada banyak kulit kacang berserakan.
Sebelum sempat membersihkan ruangan, Castro sudah masuk ke kamar. Sepatu sangarnya menginjak kulit kacang di depan Gus Dur. Gus Dur pun menyambut dengan santai dan akrab.
Ada satu joke yang membuat Castro tertawa terpingkal-pingkal.
Presiden di Indonesia itu bermacam2.
Presiden pertama negarawan
Presiden kedua hartawan
Presiden ketiga ilmuwan.
Sementara presiden keempat: WISATAWAN wkwk
Alhamdulillah. Acara telah usai. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam menyukseskan acara ini. 😘😘😘
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Pernyataan Sikap Jaringan GUSDURian: Menolak Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan
Peraturan Pemerintah untuk memberi izin tambang kepada ormas keagamaan ini BERTENTANGAN dengan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (cont.)
yang di dalamnya mengatur tentang pemberian izin usaha tambang, di mana penerima izin usaha tambang adalah badan usaha, koperasi, atau perusahaan perseorangan dengan cara lelang.
Berbagai liputan media massa juga menengarai adanya proses pengambilan keputusan penyelenggara negara yang berpotensi penyalahgunaan kewenangan. Industri pertambangan di Indonesia penuh dengan tantangan lingkungan dan etika, termasuk degradasi lahan, penggundulan hutan,
Ada alasan mengapa Gus Dur menghapus dwifungsi ABRI. Saat itu tentara bisa menempati jabatan sipil tanpa pemilu. Sistem negara jadi tdk transparan.
Pencabutan dwifungsi artinya mengembalikan tentara pd tugas pertahanan. Kalau mau tugas sipil, bisa mundur dari tentara & jadi PNS.
Ada apa sih di dwifungsi? Apa yang disebut multifungsi (bantuin petani, kesehatan, dll) bukanlah dwifungsi yg dihapus Gus Dur. Itu lebih gotong royong. Yang dihapus Gus Dur adalah kewenangan tentara masuk urusan sipil. Dulu bupati, gubernur, jaksa, dll isinya kebanyakan tentara.
Di lapangan, konflik yg melibatkan ABRI seringkali terjadi kekerasan dan pelanggaran HAM yang tidak mungkin diusut karena supremasi sipil lemah. Padahal di negara demokrasi, supremasi sipil adalah bagian yang sangat penting. Jika ini hilang, maka tidak ada demokrasi.
Membicarakan Imlek di Indonesia tak bisa dilepaskan dari sosok Gus Dur. Lho, kok bisa? Begini...
Mulai 1967 hingga tahun 1999, kita tidak bisa menikmati pertunjukan Liong dan Barongsai. Tak ada lampion di mal dan tempat umum.
Kita juga tidak bisa berbicara dalam bahasa Mandarin. Nama 'berbau’ Cina pun dilarang. Warga Tionghoa bahkan dipaksa untuk memilih satu dari lima agama resmi di Indonesia.
Ya, di masa itu, kita tak lagi bisa menjumpai nama-nama seperti Soe Hok Gie, Ong Tjong Bing, Lie Eng Hok,
Liem Swie King, dan sejenisnya. Sebab, mereka harus mengubahnya menjadi nama-nama ‘pribumi’ seperti Hartono, Wijaya, Kusuma, dan lainnya. Kita juga tak bisa menjumpai sekolah-sekolah Tionghoa, surat kabar berbahasa Mandarin, dan apa pun yang berhubungan dg Cina.
Setiap malam Natal, Gusmin selalu ingat dengan sosok Riyanto, seorang anggota Banser yang wafat ketika menyelamatkan ratusan manusia yang sedang beribadah di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, tahun 2000 silam.
Utas
Muslim, kok, jaga gereja? Mungkin itu yang banyak dipertanyakan orang. Bahkan beberapa tokoh menyebut tindakan menjaga gereja adalah tindakan yang berlebihan. Mengapa harus jaga gereja jika kita punya aparat keamanan?
Orang yang pertama kali menginstruksikan agar Banser menjaga gereja adalah Gus Dur. Perintah Gus Dur ini merupakan respons dari pembakaran gereja di Situbondo, Jawa Timur, pada 1996. Pasca kejatuhan Soeharto, stabilitas keamanan semakin menjadi pekerjaan rumah bangsa Indonesia.
Siapa yang tidak mengenal kalimat Tuhan Tak Perlu Dibela”? Kalimat itu terkenal sekali, hingga menjadi judul buku dan sampai sekarang masih dikutip, jadi kaus, jadi meme, jadi status Facebook, bahkan jadi “dalil”.
Ya, kalimat Gus Dur itu mungkin yang paling terkenal, setelah “gitu aja kok repot”. Dari manakah kalimat itu berasal?
Ternyata, Gus Dur memarnya dari kalimah seorang sufi agung, al-Hujwiri. Berikut ini kalimat lengkapnya:
“Bila engkau menganggap Allah itu ada hanya karena engkau yang merumuskan, hakikatnya engkau sudah kafir. Allah tidak perlu disesali kalau Dia mnyulitkan kita. Juga tidak perlu dibela jika orang menyerang hakikat-Nya.”
Lima Rekomendasi Jaringan GUSDURian untuk Indonesia
A thread
Pada Jumat hingga Minggu 14-16 Oktober 2022, Jaringan GUSDURian menyelenggarakan Temu Nasional GUSDURian (TUNAS) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
TUNAS merupakan agenda pertemuan rutin tiga tahunan yang diadakan untuk mengonsolidasikan komunitas dan jejaring GUSDURian.
Acara tersebut dihadiri oleh keluarga, sahabat, murid, pengikut, serta pengagu, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari berbagai kalangan.
Beberapa tokoh yang hadir di antaranya istri Gus Dur Sinta Nuriyah, Alissa Wahid, Inaya Wahid, budayawan Zawawi Imron, Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.