patrick ethnic ☆ Profile picture
Mar 4, 2020 281 tweets >60 min read Read on X
---A THREAD---

-HARU MAHAMERU-

(True story) Image
Cerita akan dimulai di (3) 676 rt

676 retweet
Aku ambil (3) angka terakhir yaitu 676

Untuk menghormati gunung semeru yang menjulang gagah di ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut.
Ini cerita dari salah satu pendaki era-90'

Bernama purnomo, tapi bukan mas pur di STV tukang kojek engkolan ya

Jadi sudut pandang dari mas pur ya

--langsung saja--
Tepat pertengahan catur Wulan kedua di tahun 1999 adalah waktu aku duduk dikelas 2 SMA

Sabtu yang indah bagi kami selaku siswa putih abu-abu pada hari itu..
"Dino iki rapotan le, neg aku paling apik biji rapote koen kabeh kudu melu aku nang semeru" (hari ini ambil rapot bro, kalo aku paling bagus nilai rapot nya kalian semua harus ikut aku ke semeru)

Ajakku kepada suno dan hendro sahabat karipku
Ada rasa kurang enak dipiiaran mereka berdua, sebab kalo aku sudah memberi tanda, pasti tidak akan jauh dari hal gila atau mungkin mereka saja yang kecil hati dan menganggap semua ajakan ku pasti gila..
"Wah iki ga iso ngono le, yow pasti koen sing paling apik nilaine"(wah ini tidak bisa begini bro, ya pasti kamu yang paling bagus nilainya) jawab kedua temanku bersamaan...
Rasa ingin tau mereka apa yang harus mereka lakukan membuat aku tertawa

"Wes talahhh, melu ae ideku iki mesti seruuu"(udahlah, ikut aja ideku pasti seru) jawabku dengan agak sok-sok an
Seperti perkiraan ku,
Walaupun aku siswa songong, tapi alhamdulilah ALLAH menciptakan otak yang lumayan canggih pada kepalaku..

Aku dapat nilai bagus walaupun bukan rengking pertama pararel (hahaha)
Seperti kesepakan kami, suno dan hendro harus menuruti kemauanku untuk treking ke semeru dengan jalur agak khusus
"sakjane awak dewe iki ate mbok jak nang semeru kapan?" (sebenarnya kita ini mau kamu ajak ke semeru kapan?) tanya hendro dengan alis sedikit diangkat
"Awake dewe munggah semeru lewat via tawon songo jalur sepi, terlarang nggo pendaki/jalur illegal"(Kita naik semeru via tawon songo (jalur sepi bahkan terlarang bagi pendakian/ilegal)

Jawabku dengan sedikit tersenyum
"waduhhh mati neg melu koen le"
(waduhh mati kalo melu kamu bro)
gerutu si Hendro

Tapi dengan jurus rayuan bocah culun nakal akhirnya si hendro yang notabene si cengeng mau juga ikut
Suno si ganteng pun menyetujui ajakanku walau sedikit agak ragu
Sepulang sekolah aku pamit sama ibuk untuk liburan ke Bali besok pada hari Minggu, Padahal aku mau naik ke semeru
"Buk, aku njaluk sangu yaa, gawe liburan nang Bali karo suno karo hendro sesok"

(Buk, aku minta uang ya, untuk liburan ke bali sama suno dan hendro) pintaku pada ibuk
"Lha awakmu njaluk sangu kok dadak an ngene tho le, ibuk kan yow gak ga duwe duwit"

(lha kamu minta uang kok dadalan gini sih nak, ibuk kan ya tidak punya uang)

jawab ibukku dengan ciri khas seorang ibuk yang super irit hehehe
Dengan segenap jiwa raga, aku berusaha merengek bagaikan balita ysng menginginkan Air Susu Ibu nya..

Maklum, aku cowok tapi modelnya kayak cewek kalo minta uang sama ibuku waktu itu..
Uang saku sudah ditangan, tinggal bagaimana caranya membawa alat-alat campingku kerumah si hendro
Tepat bakda magrib, sewaktu ayah ibuku berjamaah dimushalah samping rumah aku bawa tas murah model kunoku beserta isinya ke rumah suno temankku
Kami janjian pukul 3 minggu dinihari kami akan berangkat menuju desa Tawon songo menggunakan jasa mobil pikep( transportasi pedesaan/pickup dengan tutup spanten dan kursi samping saling berhadapan)
Waktu yang ditunggu-tunggu sudah datang, kami menaiki mobil pikep bersamaan dengan para pedagang dari kota

Pikep ini jurusan Tempeh ke Pasrujambe
Perjalanan yang lumayan lama, sekitar 3 jam kami lalui dg saling ngobrol dengan sesama penumpang didalamnya..

Salah satunya lik slamet(bukan nama sebenarnya karena saya lupa nama beliau)
Lik slamet merupakan pencari ijuk aren dan kembang ijuk bahan baku sapu yg biasanya dipakai dirumah-rumah kita
"kate nang endi rek, kok mbrengsong tas gede-gede ngono iku?"(mau kemane dik, kok bawa tas gede-gede seperti itu?) tanya lik slamet

"Ajenge teng semeru paklik, lha sampean arep nangdi?"(mau ke semeru paklik, lha paklik mau kemana?) Tanya suno si tampan kepada lik slamet
"Aku pagaweane golek ijuk, nek arek-arek gelem mengko munggah bareng aku"
(Aku pekerjaanya mencari ijuk, kalo mau sekalian kalian nanti bareng saya naiknya) lik slamet mengajak
Ning nyapo koen ga wedi mung wong telu munggah kono rek? (Tapi apakah kalian ga takut kalo cuma bertiga naik kesana.. )tanya lik slamet
"Nek koen wis pernah teko bunda ratu dalane akeh cawang, opo koen wis pernah rono?" (Kalau kalian sudah nyampai bunda ratu jalanya banyak cabangnya lhoo, apakah sudah ada yg pernah ke sana) pertanyaan yang agak meragukan kemampuan kami dari lik slamet
"Nek kuwi awake dwe wis kulino paklik munggah semeru, mesti awake dewe tekan mesti selamet"

(Kalo itu kami sudah sering paklik naik kesemeru, pasti kami bisa kok sampai dengan selamat) jawabku berbohong lagi

Padahal kami belum pernah naik semeru via tawon songo
Setelah melewati beberapa desa, kami sampai pada pasar Pasrujambe yang merupakan terminal terakhir dari angkutan yang kami naiki
Waktu itu sinar mentari masih malu dan belum berani menyibak embun disekitaran pasar Pasrujambe
Dengan semangat yang menggebu kami bertiga mengikuti lik slamet yang kami anggap sebagai pemandu tour/ tour guide gratisan
Lik slamet mengajak kami jalan dari Pasrujambe ke tawon songo dengan jalan kaki

Jalan tanah liat berbatu itu kami lewati dengan mudah, karena masih tergolong jalan pedesaan yang cukup lebar, sembari saling berbagi cerita dengan lik slamet
"Koen nek ndungkur ojo nganti leren ndungkur lemah runggut, wedine ono celeg utowo mbahne"
(Kalian kalo diatas nanti jangan sampai beristirahat diatas tanah yang rimbun, takutnya ada celeng( babi hutan ) atau mbahhe ( macan jawa)-
-"soale raketok"(kan tidak terlihat) Kata lik slamet

"Usahakno nek kate leren golek panggon lemah resik karo runggut"
(Usahakan kalo beristirahat cari tanah lapang dan bersih dari rendetan( tumbuhan menjalar)

-
-"njih paklik, sante mawon awake dewe mesti setiti ati-ati"
(Iya paklik, tenang saja
Kami pasti akan berhati-hati)
Sekitar jam 10 siang kami sampai pada pinggiran hutan semeru di desa Tawon songo..

Seperti biasa, lik slamet rupanya mengadakan ritual kecil dengan membakar kemenyan, dan meminta ijin kepada "KYAI SEDEK" yang kami Masyarakat daerah sini menyakini yang mbau rekso gunung Semeru
Mbau rekso (penunggu/nenek moyang)

Rapalan doa diucapkan, serat menyebutkan nama-nama kami bergantian guna keselamatan kami bersama
Warna langit yang secerah senyuman anya geraldine sudah menyambut kami dengan ramah

Dan kami melanjutkan perjalan step by step dengan treck yang lumayan menantang menaiki hutan belantara
Yaa tentunya dengan obrolan receh antara lik slamet, kami, dan beberapa org lainya yang seprofesi dengan lik slamet

( Kami tidak ber empat ya, masih ada beberapa pencari ijuk lainya selain lik slamet)
Setelah bunda ratu kami berpisah dengan rombongan pencari ijuk
"Ojo ngumbar sing gak penting lho rek, kudu waspodo, iling Karo Gusti"
(jangan mengumbar/mengatakan yang tidak penting ya, tetap waspada, ingat sama tuhan) kata lik slamet
Kami teruskan perjalanan kami dengan mengandalkan kompas, peta buatan lik slamet, jaket, sedikit makanan minuman yang kami beli dipasar Tempeh waktu kami akan berangkat tadi pagi
Sepatu merk KODACi andalan suno sudah berubah warna dari putih ke coklat kemerahan akibat tanah becek disepanjang trek yang kami lewati

Bahkan jaket merk KONIKA ku juga agak basah karena udara yg lembab dihutan itu
Kami lalui jalan terjal yang tidak sedikit putus akibat banjir atau longsoran kecil itu

Sampai kita tepat pada titik batu besar yang sudah diprediksikan oleh peta lik slamet

Disinilah mulai terjadi hal yang agak ganjil
"koen opo gak kroso aneh le? Kok rasane aku koyok ono sing ngetutno"
(kamu apa tidak merasa bro? Kok rasaya ada yang mengikuti)
tanya suno yang agak takut

(Koen adalah bahasa panggilan/sapaan)

("Tawon songo" adalah lebah sembilan)
"koyok'e aku enak ae kok no, mosok awan ngene koen wes meden-medeni"(kayaknya aku enak aja kok no, masak siang bolong kamu udah nakut-nakutin) gerutuku pada suno
Dari tadi sebenarnya aku sudah merasa kurang enak, sebab si hendro yang biasanya banyak omong tiba-tiba diam seribu bahasa
Kicau sirpuh mengiringi jalan kami, burung totou juga terasa mengintai gerak langkah kami
Parang suno pun tidak pernah diam menebas ilalang demi mendapatkan sepetak lokasi guna tempat kami mendirikan tenda nantinya
"iki sakjane jam piro sihh, kok koyo wes dalu"(ini sebenarnyjam berapa sihh, kok kaya sudah malam) seru si suno kepada kami
Namun waktu menunjukkan masih sekitar pukul empat sore,
Setelah membersihkan tanah lapang itu, aku dan suno mendirikan tenda keramat kami yang bergambarkan Spiderman era 90'an, tenda yang kami beli dari hasil patungan kami bertiga
Seperti biasanya, aku mencari dan memilih kayu bakar ysng ada disekitar tenda guna mendapatkan kehangatan api unggun malam nanti
Kata mutiaraku keluar dari mulut..

"Jancok!!! koen lapo ae molai maeng meneng ae, wes gak nulungi ngedekno tendo, ga gelem golek kayu, saiki koen gak gelem nyandak gawe perapen/api karo gawe masak mie!"

(Jancok!!! Kamu dari tadi aku lihat kenapa cuma diam saja, sudah tidak-
-nolongin mendirikan tenda, tidak mau cari kayu, sekarang tidal mau bikin api, da masak mie!) gerutuku pada si Hendro yg hanya rebahan disamping pohon bendo
"Wes tha ojok muring-muring ae, paling arek iku kepayahen, molai maeng kok tak wasi mlakune koyok wong mabuk hehe"

(sudahlah jangan marah-marah terus, paling dia capek, kulihat dari tadi jalannya kaya orang mabuk hehe) kata suno seraya membuat perapian dan memasak air diatasnya
Suara burung-burung tadi mulai menghilang disusul suara cenggeret yang memekakkan telinga

Kemegahan semeru masih jauh dan belum nampak karena tertutup payung-payung hutan nan tinggi menjulang

Sinar senjapun sangat susah menembus dedaunan hutan belantara
"perapen wes murup, wedang wes iso mbok ombe, mie yow wes siap... Ayo mangan bareng kene"

(api unggun sudah menyala, air hangat sudah bisa diminum, mie juga sudah siap.. Ayo makan bareng sini) pintaku kepada Hendro

Namun sekali lagi hendro tidak menggubris omonganku
"arek iki kok ngalem temen sih, opo kesambet danyangan po, molai maeng meneng ae"

(anak ini kok aneh banget sih, kesambet setan ya, dari tadi diam saja)

kicau suno seraya mendekati hendro
"aduh mbokk...Delok'en hendro le.. matane ireng kabeh, kenek opo arek iki le"

(aduh bro...lihatlah hendro bro.. matanya hitam semua, kena apa anak ini bro"

seru suno sambil lari ke arahku..
Sontak aku melompat menghampiri mereka berdua..
Kupegang tangan suno untuk sama-sama melihat keadaan hendro, kuamati setiap bagian tubuh hendro yg biasa saja

Namun bola matanya berubah menghitam serta masih duduk bersender dikayu dan selalu menundukkan mukanya..
Mohon maaf sekali

Ada "sesuatu" yang menggangguku, "sesuatu" itu membuatku tak nyaman untuk menulis malam ini, berulang kali membuat badan ku tak nyaman seperti di tusuk jarum

Aku akan lanjutkan besok

Matursuwun 🙏
Bingung takut dibumbui rasa ingin lari yang ada dihatiku

Namun bagaimana juga aku yang mengajak mereka, aku harus bertanggung jawab bila ada sesuatu pada kami

Ku kuatkan mentalku untuk menggoyang-goyang tubuh hendro dan memanggil namanya lirih
Wangi bunga hutan terasa janggal,
Wangi itu disertai hembusan angin yg tiba-tiba kencang,
namun...
Tubuh temanku hendro tidak bergerak sedikitpun walau kami goncang lama dan agak keras
Goncangan agak keras dan semakin keras pada tubuh hendro membuat tiupan angin dan wangi bunga hutan semakin keras dan pekat juga..
Butiran air mata dari suno kulihat sudah membasahi pipinya, dia berusaha tegar tapi aku tau bahwa suno sanagat ketakutan dikala itu...
"herrrmmm *menggeram* koe kabeh sopo?? Nandang opo nang kene? Getihmu soko golongan opo?"

(kamu semua siapa?? Mau apa disini? Darah galian dari golongan apa??)

tiba-tiba suara serak dan berat itu keluar dari mulut hendro yang tetap menundukkan mukanya
Bulu halus disepanjang tanganku mulai berdiri, suara tangisan kecil mulai terdengar dari mulut suno, kami seperti kerikil kecil yang tak berdaya mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut hendro...
"kulo kalian rencang niki lanang deso g*****, ajenge melampah dateng gunung semeru, kulo mboten ngganggu, mbokbilih kulo tanglet, njenengan sinten?"
( saya dan teman saya ini pemuda desa g*****, saya tidak mengganggu, kalo boleh tau anda ini siapa?)
Jawabku penuh ketakutan
"dadi koe kabeh menungso.. la sakiki olah opo mlebu nang petaranganku"

(jadi kalian semua manusia.. terus selarang mau apa masuk di kawasanku?)
"Jenengku wong agung soko semeru, aku golongan menungso
mukso, koe kabeh iso metu kalawan alas peteng dedet iki ono syarat'e"

(namaku orang sakti dari semeru, aku golongan raja/ksatria/pertapa, kalian semua bisa keluar selamat dari hutan gelap ini ada syaratnya)-
-ucap mahluk yg ada didalam tubuh hendro

"syarate mung siji.. koe kabeh kudu nyawiji kalian alas iki sak windu, gawe rewangi aku cah bagus..hahaha"

(syaratnya cuma satu, kalian semua harus mengabdi/melatani dan tinggal di hutan ini sewindu,guna membantuku anak tampan.. hahaha)-
-tawa itu terdengar begitu kencang

Hancur hati kami, kami tidak menyangka kalau sudah masuk kedimensi lain.. dimensi antara nyata dan ghaib
Dengan sedikit berjalan mundur aku dan suno menahan rasa ingin lari..
Kami sadar, bila lari maka hendro dipastikan hilang entah mati atau moksa ditelan hutan belantara semeru ini
Kadang rasa percaya diri yang besar sangat berbanding terbalik bila dihadapkan pada hal yg tak masuk akal, aku tetap percaya bahwa semua adalah mahkluk Allah yang maha agung..
Aku berusaha membaca segala surat didalam kitab suciku yg kuhafal..
Aku berusaha berdoa meminta pertolongan Tuhan
Begitu juga suno pasti melakukan hal yang sama
Selama itu makhluk didalam tubuh hendro, tetap tertawa membahana, memenuhi kehampaan hutan yang gelap tanpa bintang, memenuhi suara alam tanpa suara binatang malam..
Aku dan suno tetap berdoa dan meminta pertolongan dari yang ESA..

Bahkan kopi kami sampai dingin, mie rebus kami sampai terpanggang diatas perapian, kami tetap belum bisa menghilangkan kengerian malam
"yai.. kulo nyuwun tolong nggih, ampun mbeto kulo kalian rencang, kulo tasik sekolah yai, kulo tasik gadah tiyang sepah, kulo kepingin nyenengno tiyang sepah yaiiii..."-
-(tuan.. saya minya tolong, jangan bawa saya dan teman saya, saya masih sekolah tuan, saya masih punya orang tua, saya ingin membahagiakan orang tua saya tuannn...) ratapanku agar makhluk itu mau keluar dari tubuh hendro dan melepaskan kami
Tanpa ada reaksi apa-apa selain tertawa... "Hahaha"

Permintaan ku dan ucapanku sama sekali tidak di hiraukan
Semalam penuh hendro kesambet penunggu hutan tertawa tanpa hentinya..

Suno yang sudah bosan menangis akhirnya membuka pembicaraan penting padaku...
"Pur..jarene neg kesambet nok njero alas kudu golek barang sing murup"

(pur katanya kalau kesambet di dalam hutan harus cari barang yang bisa menyala)

Kata suno yg sangat tidak aku mengerti
"barang murup opo nooo.. aku ga ngerti maksud mu"

(barang menyala apa nooo... aku ngga ngerti maksud mu)

ucapku sambil masih mengamati hendro yg terus terus tertawa...
"aku mau diwenehi penjalin nang salah sijine paklik sing golek ijuk, Neg tak tamatno, koyoke penjalin iki kok soyo murup"-
-(aku tadi diberikan rotan sama salah satu paklik yang mencari ijuk, kalo dilihat, kayaknya rotan ini semakin menyala)

kata suno seraya memperlihatkan rotan kering itu padaku
Rotan itu cuma rotan biasa sekitar setengah meter panjangnya, namun ujungnya diberi tali ijuk aren dan ada gantungan uang kuno yang dilubangi
Ketika rotan dikeluarkan oleh suno, seketika itu pula si hendro diam tidak tertawa lagi..
Namun tatapan hendro masih kebawah dan mematung seperti sore tadi.

Anehhh....
Kesunyian malam itu teramat lama bagiku...
Kami bertiga, namun terasa hanya aku dan suno saja yang ada di situ..

Aku berusaha mendekatkan hendro ke perapian agar terpantau terus oleh kami
Kubopong hendro sekuat tenaga, karena yg aku rasakan sangatlah berat....

Bahkan sunopun merasakan hal yang sama
Letupan-letupan kobaran api di perapian kami terasa semakin besar beriring mendekatnya hendro ke perapian, loncatan api seakan tidak terbendung tepat ketika hendro ada di depan perapian...
Perapian seakan ada yg menambahkan kayu dan minyak secara terus menerus tanpa henti..
Perapian itu meletup-letup dan berkobar-kobar, bahkan tidak jarang meledak dan melesat keangkasa seperti burung yang keluar dari sarangnya..
Getaran lembut dari tanah yg kami tempati seakan terasa menambah kengerian

Dan...........
Sayup-sayup kami mendengarkan gending yang diiringi kidung mocopat yang entah berasal dari mana..

Duh Gusti...
"aku wedi pur.. aku wedi"(aku takut pur..aku takut) rengek suno padaku yang gemetar dan mati akal...

Baru kali ini si suno memanggil namaku dengan sebutan "purnomo"... -
-Padahal tiap saat dan tiap waktu, teman-teman ku memanggil namaku le atau tole karena usiaku paling muda diantara mereka...
Kolo pati jagat angkoro durgo...
Buto yo buto, manungso yo manungso
Cilokone ingonan kalawan bejat lakon soko pituduh Gusti

Artinya

Wabah kematian didunia yang kejam...
Raksasa ya raksasa (jin), manusia ya manusia
Akan celakalah mereka bila keluar dari firman Tuhan...
Suara itu begitu mengagetkan kami, dan..
Itu sekali lagi keluar dari mulut mahkluk yang ada ditubuh sahabatku hendro
"sik no.. koen ojok nambahi masalah iki, awakdewe iki kudu kuat nampani cobaan koyo ngene"

(Bentar no.. kamu jangan nambah masalah ini, kita ini harus kuat menerima cobaaan ini)

aku kuatkan hati suno agar tidak ikut lemah..
Cekeekress kukuruyukkk...

Suara kluruk ayam hutan bersahutan menandakan pagi akan datang, walau sangatlah gelap dan gelap, hanya sinar perapian didepan kami yg menyinari yang lama-lama mengecil hingga meninggalkan bara yang memerah saja
Kami berdua bermunajat menghadap RABB maha agung, walau tanpa hendro, kami meninggalkan semua kewajiban kami untuk bersujid dan meminta pertolongan kepada SANG MAHA KUASA, tapi kami meninggalkan ke empat waktu shalat kami Dhuhur, Ashar, Magrib, dan Isa' dihari itu
Pada ciptaan Tuhan saja kami takut, apalagi pada murka Tuhan...

Kami bersimpuh kepada penguasa shubuh dengan dua Rakaat

Dingin sejuk terasa didada kami setelah melewati semua keanehan dan ketakutan yg mencekam semalam...
Sekitar pukul 5 pagi aku mengajak teman-temanku untuk melanjutkan perjalanan.

Bukan perjalan ke semeru, tapi perjalanan pulang, mengingat kondisi hendro yang tak kunjung sembuh
Kami susuri jalan-jalan yang kami lewati kemarin tanpa ada sedikitpun rasa was-was

setiap langkahku kuiringi dengan puja dan puji kehadirat Tuhan pencipta alam agar tidak terjadi apa-apa kepada kami bertiga
Namun...

Faktanya kami sudah siang hari belum juga sampai pada titik perpisahan kami dengan paklik slamet pencari ijuk kemarin

Kami tidak patah semangat, kami terus berjalan menyusuri jalan setapak itu dengan harapan bisa sampai diperkampungan terdekat
Lama waktu yg kami lalui namun belum juga sampai dipemukiman

Sampai.....

Hal yang kami takutkan terjadi,
yaitu waktu malam hari bertemu lagi dengan kami
----rehat----

Mari sholat dulu
Aku berinisiatif mendirikan tenda lagi di tanah yang lumayan datar dan berbatu

Tidak lupa suno mendudukkan hendro yang sedari tadi digandengnya
Setelah tenda aku pasang, seperti biasa aku membuat perapian yang agak kebawah tenda, soalnya tanah yang miring
Anehh....

ketika rotan diangkat hendro bisa bergerak, tapi ketika tongkat rotan dimasukkan ke jaket si hendro akan diam dan berat sekali
Kami yang sedari kemarin belum makan akhirnya bisa makan minum bahkan ngopi,meski tanpa hendro karena dia masih terduduk diam masih kesambet
Lintingan tembakau bades yang terkenal gurih aku buat sebats serta menghisapnya dalam sembari memikirkan hal yang aku juga tak mengerti akan mikir apa
Aku terbawa dalam lamunanku

"Le..koen ojok ngelamun ae.. iki ngopi ae yow" (le.. kamu jangan melamun saja.. ini ngopi dulu ya) suno sembari meletakkan teko kopi disampingku..
Aku sudah muak dan habis semua ketakutanku

"No.. opo awakmu wedi?? Neg aku wes ga ngurus no, aku ga wedi blas wes saiki"

(no.. apa kamu takut?? Kalo aku sudah tidak peduli, aku sudah tidak takut sama sekali) kataku
"Neg wayae mati yow mesti mati le.. tapi ojok mati saiki, aku dorong rabi lee"

(kalau sudah waktunya mati pasti juga mati le.. tapi jangan sekarang, aku belum menikah lee)

jawab suno si ganteng temanku itu sambil tertawa
Obrolan receh kami berdua sangat mengasyikkan, walau kami berdua sama-sama mengerti akan keadaan yang kami hadapi malam nanti.. aku dan suno sudah siap apapun itu
Kami larut dalam keheningan sore menjelang malam dengan lintingan rokok tembakau bades ya g kami hisap dan kopi pahit tanpa gula
Malam kian mencekam Kudengar Sayup-sayup terdengar gending jawa disertai tembang macapat yg kami dengar dimalam pertama

Tiba keganjilan mulai terasa.
Hendro yg sedari tadi hanya diam duduk membisu mulai berdiri
Hendro lantas melakukan gerakan tari layaknya seorang penari tari topeng kaliwungu an..

Kami lihat dia seakan memerankannya dengan sangat luwesnya...
Semakin lama gerakannya semakin menjadi-jadi,
Kami hanya bisa melihatnya dengan pasrah tanpa bisa berbuat apapun juga..

Sangat lama kami melihat tarian dari Hendro, dan lama kelamaan kami seakan berada di tengah keramaian pagelaran wayang orang...
Anehnya yang kami lihat merupakan pagelaran tanpa pentas

Pagelaran wayang orang tersebut dilakonkan diatas tanah oleh hendro dan entah siapa lainnya..
Banyak sekali penonton yg menikmati tarian demi tarian dari setiap lakon wayang tersebut..

Bentuk wajah dan perawakan bermacam-macam sungguh sangat mengerikan
"cah bagus, koe teko golongan ngendi ngger?? Opo teko ningsor kono?"

(anak ganteng, kamu datang dari mana nak?? Apa datang dari bawah sana?)

tanya seorang nenek yang hanya memakai jarik sepinggang dengan tubuh bungkuk dan kulit kering keriputnya
Kami bingung akan menjawab apa kepada nenek itu, bahkan suno memalingkan wajahnya karena wajah nenek tersenyum, dengan senyuman yang sangat menakutkan
"anu.. anu mbah, kulo sangking kampung ningsor, kulo mboten ngertos sakniki teng pundi"

(anu.. anu nek, saya dari kampung yang ada dibawah, saya tidak tahu, sekarang ini dimana??)

Jawabku sekalian menanyakan keberadaan kami sekarang
"koe kabeh saiki ono neg alas bong, penak neg kene le cah bagus.. ga usa bali wes, koe karo koncomu iso dadi putuku"

(kalian semua sekarang ada di hutan bong, enak disini anak ganteng, kamu dan temanmu bisa jadi cucuku

sekali lagi nenek itu tersenyum menakutkan pada kami...
Tidak masuk akal bagi kami, kalo sudah masuk ke area alas bong yang secara letak ada di tenggara alas semeru

Padahal kami selama ini menuju barat laut, beberapa ratus kilometer yg kami tempuh hanya dalam waktu sehari, ini tidak mungkin...
Bahkan kalaupun itu terjadi, kenapa kami tidak pernah bertemu satu pencari ijuk pun sedari tadi

Harusnya paling tidak kami bertemu dengan mereka walau cuma seorang
Tiba-tiba,

Aku dan suno dikagetkan oleh hendro atau makhluk yg didalamnya dengan secepat kilat menendang nenek tersebut

Terjadilah pertarungan diantara mereka..
"wong agung soko semeru ora sudi!!!, ojo sampek koe ngoyak lan nyilakakno cah cah kui!!!"

(orang sakti dari semeru tak sudi!!!, jangan sampai kau mengejar dan mencelakai anak-anak itu!!!)

teriak hendro seraya menginjak kepala nenek itu ketanah
Muntahan darah keluar dari mulut nenek itu, rintihan kesakitan pun terdengar dari mulutnya
"Ngapunten ndoro, kulo mboten ngertos neg bocah-bocah kui ingon-ingonane ndoro, ampun ... ampun ndoro"

(Maaf tuan, saya tidal tau kalau anak-anak itu peliharaan tuan, ampun... ampun tuan)

jeritan kesakitan keluar dari mulut nenek itu
Akhirnya hendro melepaskan si nenek tersebut, dan lari meninggalkan kami dikerumunan penonton pagelaran wayang orang ghaib itu..
Semua mata dari penonton pagelaran wayang sontak mengarah kepada kami, seakan ingin menguliti dan memakan tubuh kami...
Rasa takut sudah tidak aku hiraukan, yang ada cuma berdoa agar kami bertiga bisa keluar dengan selamat
Gelap gelap gelap aku rasakan, dan mulai terlihat Perapian kami didepan kami bertiga..

Suno menggigil entah karena takut, dingin, atau lapar, yang aku tahu sunopun ikut merasakan masuk ke alam ghoib alas bong tersebut..
"awak dewe iki sakjane yokpo sih lee, aku wes ga kuat iki, aku pingin moleh leee...huhuhu"

(Kita ini sebernarnya kenapa sih lee, aku sudah tidal kuat ini, aku ingim pulang leee...huhuhu) tangis suno padaku
"opo awakmu mau melu mlebu no? Opo awakmu yow ndelok wayang uwong pisan"

(apa kamu tadi ikut masuk no? Apa kamu juga melihat wayang orang juga) tanyaku yang dibalas anggukan "iya" dari suno
"Koe kabeh wis aman cah bagus.. aku mung njogo awakmu teko bongso demit alas bong, koe ora usa kuatir koncomu iki mung tak gawe wadahku supoyo bongso demit ora ngambus lan ora ngerti neg aku njogo koe kabeh"

(Kamu semua sudah aman anak ganteng.. aku cuma menjaga dirimu dari-
-setan hutan bong, kamu tidak usah khawatir, temanmu iji cuma aku jadikan mediaku agar bangsa setan lelembut tidak mengendus dan tidak tau kalau aku yang menjaga kalian semua)

ucapan hendro yang disertai suara hergg hergg seperti buto/raksasa
Kenapa? dan mengapa? itu yang aku inginkan jawaban, tapi aku tidak berani menanyakannya..

Bahkan menatap mata hendro pun aku terlalu takut
Malam kedua pun kami lalui dengan banyak kengerian, kembali riuh kicau burung mulai kami dengar, kluruk ayam hutan pun saling bersahutan.. pagi datang kamipun senang...
Perjalan ini sudah sangat melelahkan bagi tubuh maupun psikis kami...
Hanya keinginan pulang dan bertemu keluargalah yang membuat kami terus dan terus mencari jalan keluar ke perkampungan

Setelah membongkar tenda dan mematikan Perapian kami melanjutkan pulang yang entah benar apa salah jalan yang kami ambil itu
-----☆-----

Biarkan saya ngopi dan sebats bentar

Habis ini lanjut :)
"jancok! koen apakno ae iki awakku.. kok mbok taleni tampar"

(jancuk! Kamu apakah ini aku.. kok kamu ikat tali tambang)

kalimat itu keluar dari mulut hendro yang seperti biasanya, kamipun langsung memandangi dia, apakah masih kesambet apa sudah normal
"Laopo koen mentelengi aku?, opo aku maling cukkk!" (Lha kenapa kamu melototi aku?, apa aku maling cukk!) marah si hendro.
Seketika aku memeluknya, aku yakin hendro temanku sadar sekarang, bola matanya yang hitam sudah tampak normal dan nada bicaranya memang ciri khas nya sudah kembali normal walau itu tidak normal bagi orang normal,-
-sebab hendro suka sekali misoh atau keluarkan kata kotor kalau sedang marah atau jengkel
Suno pun memeluk hendro sembari menangis tersedu-sedu

Hendro sangat kebingungan, dia tidak mengerti kenapa aku dan suno memeluknya seraya menangis merengek seperti balita baru ketemu ibunya...
Kami ceritakan bahwa sudah dua malam ini dia kesambet dan kami bertiga masuk ke dunia ghoib kepada hendro...

Hendro yang awalnya marah-marah risih karena dipeluk kami, akhirnya malah memeluk kami karena ketakutan mendengar cerita kami...
"Jancuk! untung aku ga digowo cuk, lha aku ga kroso opo-opo iku, sing aku ilingi yow pas mlaku sakwise pisah karo lik slamet, terus aku disopo wong tuo neg dalan kali mati, lha saiki aku kok yow ono kene, ditaleni tampar pisan.. -
-Untung aku ga sadar yow, neg sadar opo yow aku kuat nglakoni opo sing mbok lakoni iku rekk.."

(Jancuk! Untung aku tidak dibawa cuk, lha aku tidak merasaka apa-apa itu, yang aku ingat ya pas setelah pisah sama lik slamet,-
-terus aku disapa orang tua di jalan mau ke kali mati, lha sekarang aku kok ya disini, diikat tali tambang lagi.. untung akuntidak sadar ya, kalo sadarapa aku ya kuat menghadapi apa yang kalian alami itu rekk..)
ucap hendro pada kami
Kesedihan bercampur rasa bahagia karena hendro sudah normal kami rasakan, lantas kami bersujud syukur kepada Tuhan pencipta alam semesta...
Tapi....

Kebahagiaan itu hanyalah sementara..
Keluar dari ketakutan alam ghaib menuju ketakutan selanjutnya,

yaitu...
Rengekan hendro dan suno karena kelaparan.. persediaan makan kami sudah habis, air minum bahkan kopi kamipun tidak ada,, entah habis atau raib entah kemana..
Botol air mineral merk AQURAQUAT pun tinggal seteguk saja isinya..
kami naik turun jalan terjal mencari makan dan air namun belum mendapatkanya..

Karena pengalamanku di sispala lumayan, aku akhirnya mendapatkan makanan dari memakan tunas rotan muda, dan meminum air embun yg ada dipermukaan daun-daun talas
Kubakar tunas rotan itu, kami makan bersama-sama, ku kumpulkan butiran-butiran air di daun talas ke dalam botol agar kami bisa hidup dan tetap hidup

Karena di belantara rimba hanya ada kata "survive or die" (bertahan hidup atau mati)
Apakah dimalam ketiga kami akan mendapatkan surprise lagi dari alam ghaib alas semeru...

Ahhh tidaklah penting lagi bagi kami..
Dari keterbatasan akan makan minum ternyata membawa keasyikan tersendiri...

Kami saling bahu membahu bahkan di hari itu kami banyak sekali candaan-candaan yang kami lakukan

Sampai ketika kami menemukan batu besar tempat kami membangun tenda dimalam pertama
Aku meyakininya karena kayu bekas Perapian kami masih ada, bahkan bekas makanan kami yang gosong pun masih ditempatnya
Sebenarnya kurang elok meninggalkan lahan bekas camp dengan keadaan yang masih kotor seperti itu

karena sebaik-baik pendaki/petualang adalah membawa sampahnya turun kembali

namun ketakutanlah yang membuat kami buru-buru meninggalkan tempat itu
Aku berusaha bahagia walaupun itu menyesakkan dada...

"Horeee.... Awak dewe mbalik maneh nang panggon winginane iku cok, koen jik ileng tha?"

(Horeee.... kita kembali lagi ketempat kemarin itu cok, kalian masih ingat kan?) Tanyaku ke suno
"Haha.. iyow, dadi koyok pertemuan yg dinantikan jare"

(Haha.. iya, jadi seperti pertemuan yang dinantikan katanya)

jawab suno tertawa tapi kecut mukanya..
"Yowes ayo ndang ngedekno tendo saiki.."

(yaudah ayo cepet mendirikan tenda sekarang..)

ucap Hendro sembari mengeluarkan peralatan camp miliknya...
"cok ojo neng kene.. mending terus mlaku ae, dino jek awan ngene ate ngedekno tendo"

(cok jangan disini.. mending terus jalan aja, hari masih siang gini mau mendirikan tenda)

hardik si suno kepada Hendro sembari memainkan mata kode kepadaku..
"iyo hen, mending terus munggah ae, awak dewe iki ngetutno jalur sing ono neng petae paklik slamet iki ae.."

(Iya hen, mending terus naik aja, kita mengikuti jalur yang ada di peta paklik slamet ini aja..)

jawabku memantapkan hati kami bertiga...
Perjalanan kami lanjutkan.. jalur diatas rata-rata kami lalui..

Sudut kemiringan jalur lebih dari 45°

tapi tidak lupa kami lalui dengan perasaan bahagia yang membungkus kesedihan dan ketakutan..
Tidak jarang kami bermain dengan siput-siput di sepanjang trek kami, kami kumpulkan dan kami buang begitu saja..

Sampai ketika...
Burungpun masih banyak yang bernyayi merdu.. tapi aku menemukan jalan buntu...

Hanya tebing yang menjulang tinggi di depan kami disertai lumut yang menghiasi permukaannya dan tetesan air dari atas yang sudah menjadi embun..
Sejenak aku mengeluarkan kompas hitam andalanku dengan tutup dan berlogo "TUT WURI HANDAYANI"
"Ampunnn Gusti.. delok'en rek, iki kompasku kok muter terus.. lha iki endi lor endi kidul, opo maneh wetan kulon.. yok'opo iki rekk"

(Ya tuhan.. lihatlah ini, ini kompasku kok muter terus.. lha ini mana utara selatan, apalagi timur barat.. kenapa ini bro)-
-kataku sembari menunjukkan kompas itu pada teman-teman ku..

Mataku terbelalak tidak habis pikir juga dengan semua keganjilan yang aku rasakan disini...

Kenapa kompas pun yang dikatakan alat dewa pencari mata angin bisa tidak tahu arah...
Apakah ini ada di alam ghaib..
Atau ini memang keagungan Tuhan yang diciptakan untuk mengingatkan kita akan kebesarannya
Suno hanya bilang...

"Meski mbingungi, tetep ayo podo ndungo, ojok lali rek kudu bahagia...hahaha"

(meski membingungkan, tetap ayo pada berdoa, jangan lupa untuk bahagia...hahaha)

ucapnya sembari tertawa menyaksikan keanehan alas semeru
Lucu.. memang terkesan lucu bila kami tersesat di hutan belantara dan tidak tau arah juga.. bagaikan jatuh dari pohon tertimpa ariel tatum.. hahaha

Sakitt tapi empuk dan bahagia juga perasaan kami...
Sayup-sayup terdengar seekor ayam betina yg sedang menggiring anak-anaknya mencari makan disekitar kami...

"Rek..ayo dicekel, trus dibakar pasti enak iku rek" (rek.. ayo ditangkap terus dibakar pasti enak itu rek)

ide hendro dan di iyakan sama suno..
Tapi aku berfikir an lain, masak ayam hutan tidak takut sama manusia...
Pasti disekitar sini ada perkampungan.

Aku langsung meminta teman-temanku bersama mengikuti ayam babon tersebut kemanapun dia melangkah...
Masih lama kami mengikuti ayam tersebut sembari tertawa dan kadang menangis...
Kondisi kami yang semakin lemah tidak kami hiraukan, yang terpenting saat ini hanya menguatkan mental kami.. tubuh boleh lemah, tapi asalkan hati dan pikiran kami kuat, aku yakin semua bisa kami lalui..
Kudapan kecil diberikan suno kepada aku dan hendro, snack hutan yang terbaik kami kunyah dan rasakan kenikmatannya.. hanya ares atau bongkol pohon pisang itu yang kami kunyah..

Air yg ada didalamnya mampu menghapus dahaga dan lapar kami...
Jalan ku percepat agar diriku tidak kehilangan jejak dari ayam babon itu.. sembari tangan kanan kami tetap memasukkan snack hutan kemulut masing-masing..

Dikejauhan tampak.......
"cok... Ono cewek cok"

(cok... ada cewek cok)

seru hendro seraya mengarahkan jari telunjuknya
Kami bertiga bagaikan menemukan apa yang kami harapkan selama dua malam ini..

Keberadaan kedua wanita itu menandakan adanya perkampungan di dekat kami...
"Mbakk... Tolong mbak, tolong, tolong"

teriakan kami bagaikan lolongan serigala disore itu...

Sambil menangis dan berlari kami mendekati wanita-wanita tersebut...
Sungguh tidak kami rasakan luka lecet akibat goresan-goresan batu dan ranting disekujur tubuh kami...

Yang kami inginkan agar kami dapat diselamatkan dari sana..
Terus kami lari dan lari

Namun....

Semakin lama kami kejar semakin menjauh juga kedua wanita itu, kami tidak bisa membedakan ini nyata apakah tidak..

Apakah kedua wanita tersebut fatamorgana saja di penglihatan kami..
"Ahhh...." suno jatuh terjerembab pada lubang kubangan yang entah kubangan babi atau apa, temanku suno jatuh tersungkur dengan kepala terlebih dahulu...
Kami tidak menghiraukanya, yang pasti kami harus mengejar wanita itu....

Berapa waktu aku baru ingat, kalau aku meninngalkan suno, aku takut kehilangan temanku itu
aku hentikan lariku dan meneriaki hendro

"hen.. mandeg.. mandeg.. ojok digundang, suno iki kecemplung ledok'an kono maeng, ayo ditolong disek"

(Hen.. berhenti..berhenti.. jangan dikejar, suno ini kecebur kubangan, ayo di tolong dulu)
Aku dan hendro kembali mencari dimana suno jatuh tadi

Sangat lucu kejadian itu, bahkan kami yang baru menangis pun langsung tertawa terbahak bahak..
Kepala suno ada dibawah dengan posisi tertutup lumpur separohnya..

tubuhnya melengkung dengan kaki tertekuk diatas..
"Koen iku ate akrobat tha no.. opo ate lompat indah hahaha.."

(Bro kamu itu mau akrobat ya no.. apa mau lompat indah hahaha..)

ucap hendro sembari memegangi perutnya sambil tertawa...

Duh.. kami tidak tahu kalo suno ternyata pingsan, lama kami menertawai nya..
"Sik hend.. arek iku kok meneng ae, ndang ndang semaput"

(Bentar hen.. ini anak kok diam saja, jangan-jangan pingsan)

ucapku sembari berusaha menarik suno ke atas
Benar saja, suno sudah tidak sadarkan diri, karena mungkin terlalu capek kelelahan atau memang benturan dikepalanya
Kukumpulkan seluruh kekuatanku yang tersisa, kubopong suno keluar kubangan yang hanya sedalam semeter itu..

kubersihkan wajah dan rambutnya dari lumpur yang mencekik tenggorokan baunya
Sembari menggoyang tubuhnya aku panggil-panggil namanya agar siuman dari pingsannya..
Petang berganti malam
Kicauan burung kadarsi sudah hilang..
Jangkrik mengerikkan sayapnya saling bersaut sautan..
Gelap menyelimuti kami diluasnya hutan belantara semeru itu..

Lagi dan lagi......

Bertemu malam yang sangat kami khawatirkan...
Kami bergegas membuat perapian dari ranting-rabting yang kami kumpulkan, ranting yang berserakan disamping kiri kanan kami

Api mulai menyala dan menghangatkan tubuh kami..
Tenda mau tidak mau kudirikan dengan rasa malasku
Suno masih belum sadar juga dari tidurnya..

Kucoba membakar tunas rotan muda disebelah kami agar kami bisa merasa kenyang..
"suno wes tangi iku cok, ndang keono ngombe"
(suno sudah bangun itu cok, cepet beri dia minum)

kata hendro padaku...
"No..suno, koen gak popo tha? Ngelu gak ndasmu?"

(no..suno kamu tidak apa-apa kan? Pusing tidak kepalamu?)

Tanyaku sambil menyodorkan botol AQURAQUAT sumber air minum kami, yang airnya aku ambil dari tetesan daun talas
"wes gak popo le, cuman sik rodok ngelu sitik.."

(Sudah tidak apa-apa le, cuma yang sakit/pegel/terkilir sedikit)

kata suno sembari minum dan sesekali memegang tengkuk kepalanya
Kurrbahkan tubuh lelahku dengan berbantal tas dan beralaskan tanah..

Lelah tubuh ini membujukku hingga terlelap mataku.. nikmat ternyata tidur dimanapun bila badan sudah lelah..
Hangat Perapian kami menyelimuti sebagian kecil rimba yang ESA

Tak terasa lama juga aku tidur waktu itu sampai terasa ada yang menggoyangkan tubuhku dan membuatku terbangun
"sssssttt... Ojo rame le, iku ono mbahhe melu ngangetno awak'e neng sebelah kono"

(ssssssttt... jangan rame le, itu ada mbahhe ikut menghangatkan badannya di sebelah sana) kata suno padaku..

Ternyata suno dan hendro sudah terjaga dari tidurnya dari tadi...
Diseberang Perapian kulihat ada harimau jawa memunggungi perapian kami, harimau yang katanya sudah punah itu ada tepat disamping perapian kami..

Apakah benar harimau itu punah??

Ahhh.. Nyatanya kami dikala itu masih nampak terlihat dimata kami dengkuran keras tapi lambat..
Sesekali kepala dan ekornya dikibaskan.. sesekali harimau itu memandang kami...

"Wes to.. neg durung wancine dipangan macan ga kiro dipangan awak dewe.. mbahe kulo nyuwun pamit ijin tilem teng ngriki"

(Sudahlah, kalo belum waktunya dimakan macan tidak mungkin kita dimakan-
-kita ini... mbahe saya minta ijin tidur disini)

ucapku sambil mengucapkan kata permisi kepada si raja rimba..
Entah dimengerti atau tidak, yang pasti waktu itu kami tidur bersama didekat perapian yang hanya berjarak kurang dari sepuluh meteran...

Sempat takut, tapi apalah daya bagi kami, berlaripun pasti kami dapat ditangkapnya..
Sejatine menungso iku mung balung daging getih kang isi nyowo..

Mulo dene manungso sejatine tumandang becik lan ngadohi doso

Sejatinya manusia itu cuma tulang daging darah yang di isi nyawa

Maka seharusnya manusia sejatinya
Berbuat baik dan menjauhi dosa
Sungguh malam yg menakutkan, tapi anehnya tidak ada sedikitpun gangguan dari makhluk ghoib/jin/lelembut

Kami bagai mendapatkan perlindungan dari Tuhan dengan mengirimkan Guardian Angel berupa Harimau loreng jawa
------
Aku lanjut besok nggih

Matursuwun
Wujud harimau jawa yang konon dinyatakan telah punah

Cr: wikipedia Image
Mata semakin berat, tubuh semakin lemah, dan kamipun terlelap dalam rengkuhan malam yang cerah tanpa bintang
Embun pagi membasahi pipi kami

Fajar pagi menyapa dg ramah walau sedikit resah

Jeritan sekelompok mantenan merah menambah cantiknya hutan ini

Kami matikan bekas Perapian itu, kami juga bersihkan alat camping kami agar tidak ada yang tertinggal
Disebelah agak keatas ada aliran sungai kecil yang jernih, kami bersihkan tubuh ini sekalian memenuhi botol-botol minum kami

Ku cari tumbuhan pakis hutan, kumakannya pupus yang terasa bagai mentimun itu..
Tanpa kami sadari ada dua bola mata yang selalu dan terus mengamati kami..

Sampai suara itu terdengar

Ada sedikit rasa was-was yang mengintai
Tetap saja kompas kami tidak berfungsi..

Jam warisan dari kakak-kakak gembel elitpun yang dihadiahkan kepadaku juga hilang manfaat entah mengapa..
Pagi itu kulangkahkan kaki yang sudah lemah itu menuju hilangnya kedua wanita kemarin....

Sambil berharap ada manusia selain kami bertiga di sana
Dunia ternyata tidak sebangsat yang kami bayangkan..

Langkah kecil tiga pemuda tanggung meski tak setegar langkah pejuang kemerdekaan...

Bayangan akan kehidupan, kami cari dan terus mencari...
Kami dikejutkan sebuah suara

Dengan sorotan mata.

Mata itu mata yang entah dari mana

"Njenengan sedoyo sinten lan ajenge nglampahi nopo??"

(Kalian semua ini siapa dan mau mencari apa?)

Pertanyaan seorang lelaki tua dengan mata tegasnya menatap kami..
Lelaki dengan ikat kepala hitam dikepalanya..

Lelaki dengan jarik sewek dipinggangnya...

Lelaki dengan membawa tombak panjang ditangan kanannya...

Serta lelaki yang tanpa alas kaki dihutan belantara ini...
Raut wajah tuanya tidak menutupi sangar darinya..

Tubuh ringkihnya tetap saja membuat badan kami bergetaran tak berdaya...
Aku takut sejadi-jadinya,
Setan demit bahkan banaspati pun tidak ku hiraukan

Tapi......
Kedatangan lelaki tua itu membuat qolbu ini merengek dalam ketakutan...

Kali ini aku pasti mati.....
Perasaan itu yang aku rasakan,

Apakah ini akhir dari hidupku....
Apakah aku harus mati ditangan penduduk semeru???
-----☆-----

Jum'atan dulu ya

Lanjut nanti lagi
"kulo sangking ngandap mbah, kulo tiyang sangking ********" (saya daek bawah mbah, saya orang dari ********

ucap suno tak kalah terkejutnya ketikan melihat kedatangan lelaki itu..
Dengan langkah pasti namun waspada, lelaki itu mendekati kami dan mengelilingi kami bertiga..

lelaki itu mengelilingi kami sekian lama

Dan.......
Beliau tersenyum kepada kami
Senyum yang indah,
Senyum yang mengisyaratkan kesejukan,
Senyum yang menawarkan kebahagian pada kami...
"Bingung"
Satu kata itu yang terpatri dikepalaku..

Kenapa lelaki tua itu tersenyum pada kami, padahal kami sangat ketakutan akan kehadirannya..

Apakah aku harus diam, atau aku harus lari?
Lelaki tua itu berkata

"kulo tiyang mriki,monggo pinarak teng gubuk kulo"

(saya orang sini, mari mampir digubuk saya)
Rasa resah kami serasa hilang bagaikan tetesan air dipadang safana..

Kebahagiaan nan haru memenuhi rongga qolbu kami..

Rasa bahagia yang tiada tara serasa menerangi kami..
"enggih mbah monggo mbah, kulo keluwen niki mbah, kepingin mangan"

(Iya mbah ayo mbah, saya kelaparan ini mbah, ingin makan)

kata hendro sembari memegangi perutnya
"husssh...! Cangkemmu, ga duwe isin blas hen.." (husss...! Mulutmu, tidak punya malu sama sekali..)

sahut suno sedikit merendahkan nada bicaranya..
Aku hanya bisa bersimpuh lemah, rasa bahagia bertemu dengan penduduk setempat membuat semua uratku yang tegang langsung melemas..

Tidak kurasakan tetesan air mataku tiba-tiba membasahi pipi....

Aku menangis bahagia
"ayo podo melu aku, selak sorop iki, ojok sampek digondol mbahe/macan"

(ayo pada ikut aku, keburu gelap, jangan sampai di terkam mbahe/macan)

tutur lelaki tua penduduk semeru itu
Kami ikuti lelaki itu dengan penuh semangat

Jalan yang berliku-liku kami lewati, kali selebar jalan pedesaan kami sebrangi
Tidak jarang kami melewati celah-celah batu besar, sampai kami sampailah pada perkampungan...
Bingung juga kami bertiga, kenapa kampungnya serasa kembali ke masa lampau...

Semua bangunan rumah sederhana mereka hanya seperti gubuk bertingkat..

Hanya pepunden atau bangunan tengahlah yang terbuat dari batu kali..
Unik memang, sangat unik bahkan

Perkampungan itu terdiri dari beberapa gubuk yang berjajar sisi kiri dan kanan saling berhadap-hadapan

Ditengah ujung, ada bangunan pepunden atau tempat sembahyang yang sedikit besar..
Kami berjalan mengikuti lelaki itu sambil berbincang-bincang..
"jenengku buyut le, aku iki sesepuhe kampung alas bi*****g koe kabeh ra usah wedi karo aku lan sakduluranku"

(namaku buyut le, aku ini sesepuh alas bi*****g kamu semua tidak usah takut sama aku dan saudaraku)

ucap mbah buyut serasa tau ketakutan kami..
Setiap mata penduduk desa menatap aneh pada kami, walapun terkadang senyuman mereka berikan sambil menundukkan kepala..
Sesampai dirumah mbah buyut, kami dipersilahkan untuk istirahat

Rumah itu terbuat dari kayu yang ditali dengan rotan setiap penyangganya, atapnya dari welit yang disusun rapi nan tebal dan sedikit ijuk aren
Rumah mbah buyut bertingkat, antara alas lantai dan tanah berjarak tidak lebih dari semeteran

Lantai dan dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang sudah menghitam karena termakan usia

Hanya bagian yg tertentu dialasi dengan kloso penjalin( anyaman rotan )
"Mayang, sinta, reneo (kamari) ndhok/ gendhok sebutan gadis jawa"

"opo cah-cah iki sing mbok temoni ning ngisor wingi??" (Apa anak-anak ini yang kalian jumpai dibawah sana??)

Panggil mbah buyut kepada orang dibagian dalam rumah itu..
Dua gadis cantik keluar dari dalam rumah mereka sambil membawa kendi air minum
Mereka keluar dan menjawab

"Njih mbah, tiyang tigo niku sing pasasan ten alas ngandap, kulo temu kalian tiyang niku pas golek kayu kalih suwek"

(Iya mbah, ketiga pemuda ini yang kami temui dihutan bawah sana.. kami bertemu ketika mencari kayu dan suwek/ ubi)
Mbah buyut tersenyum

"Wong loro iki putune mbah, jenenge mayang karo sinta, wong loro iki sing nyeritakno ono wong kalangan neng alas suwung"
(Mereka berdua adalah cucu mbah, namanya mayang dan sinta, mereka yang menceritakan kalau ada beberapa orang tersesat di alas blank)
"Biasane aku mung ngarahno nek ono wong kalangan neng alas suwung, ning aku mesakne weruh sampeyan wong telu, mulo aku gowo neng kene"-
(Biasanya saya hanya mengarahkan saja kalau ada orang luar yang tersesat di alas suwung, tapi aku kasihan melihat kondisi kalian bertiga, makanya aku membawa kalian kemari)

kata mbah buyut kepada kami
Aku pun mengangguk seraya mengambil kendi yang terbuat dari tanah liat/ gerabah, serta gelas berbahan bambu itu..
Aku dan kedua temanku melangkah menuju sungai untuk mandi...

Dingin menyegarkan air itu membasuh tubuh kami, ada juga beberapa penduduk juga melakukan aktivitas di sungai itu..
"rek, iki paling sing jenenge surga diatas awan yow"
(Bro, ini paling yang dinamakan surga diatas awan ya)

kata hendro sambil menggosok lengannya dengan batu..
Setelah selesai mandi dan bebersih badan, kamipun kembali ke gubuk mbah buyut..
Sangat indah memang waktu itu penataan dari rumah-rumah penduduk disana

Dari satu rumah kerumah satunya berjajar rapi, tampak serupa, tidak ada sedikitpun rumput dijalan kampung itu, bersih asri dan indah dimata..
Sinar merah senja menambah kemewahan dari perkampungan diatas awan ini
"Kulo nuwun mbah, sampun adus sedanten niki.. kapan mangane mbah"

(permisi mbah, sudah mandi semua ini.. kapan makannya mbah)

lagi- lagi hendro membuat aku dan suno malu...

"Cangkemmu hen!"
(Mulutmu hen!)
umpatku dan suno hampir bersamaan..
"wes wes.. gak popo, kene podo mangan karo mbah" (sudan sudah.. tidak apa-apa, sini makan bareng mbah)

sahut mbah buyut sambil tersenyum padaku..
Makanan yang sederhana tapi sangat lezat, ada ubi suwek, sayur daging, dan sambal di cobek tanah..
Setelah makan dengan lahabnya.. kamipun selesai dan bercengkrama di teras/ruang depan bersama mbah buyut...
"sakjane koen kabeh iki kate nyang endi, kok iso kesasar nang alas suwung, trus pirang dino ono jero alas?"
(Sebenarnya kalian ini mau kemana, kok bisa kesasar di alas suwung, terus berapa hari didalam alas?)

Tanya mbah kepada kami...
"Kulo tiang tigo niki ajenge teng semeru mbah, tapi kesasar, mboten ngerti dalan.. pun tigo dinten kulo teng alas mbah"

(kita bertiga ini mau ke semeru mbah, tapi kesasar, tidak tau jalan.. sudah tiga hari kita di alas mbah) jawabku
"aku wes ngerti le.. ning olah opo koen kabeh nang alas?"

(Saya tau nak.. tapi mau apa kalian semua di hutan?)

kata mbah sambil berwajah agak bingung
"kulo rekreasi mbah" (saya rekreasi mbah) jawab Hendro

"Rekreasi iku opo?? opo podo karo semedi ngono le"
(rekreasi itu ap? Apa sama seperti bertapa begitu le)
tanya mbah semakin bingung
"rekreasi niku lelono mbah, kepingin ngertos ciptaane Gusti..."

(rekreasi itu berpetualang mbah, ingin tahu ciptaan Tuhan..)Jawabku berusaha memberikan pemahaman
"kulo kalian rencang niki mlampah sangking deso tawon songo ajenge nempuh puncak semeru"

(saya dan teman ini berjalan dari desa tawon songo ingin menuju puncak semeru) tambahku...

Tertawalah mbah buyut...
"hahaha.. koen kabeh iki kurang penggawean, neg nang semeru duduk liwat kene sing tak weruhi... Neg koen kabeh liwat kene, mung nemu pager watu alase semeru"-
- (hahaha.. kalian ini kurang kerjaan, kalo ke semeru bukan lewat sini yang saya tahu, ketemunya cuma pagar batu hutannya semeru kalau lewat sini) kata mbah buyut
---REHAT---

sholat dulu

Cerita masih lumayan panjang
Biar ngga gabut nungguin aku sedian lapak kepo faedah/unfaedah

secreto.site/id/12280724
"koen iso nang kawah semeru, liwat ranu kuning le... Iku pancere ono sebelah lor kulon semeru"

(kamu bisa ke kawah semeru, lewat ranu kuning le.. itu tepatnya disebelah antara utara barat semeru)

Mbah buyut menjelaskan
"Koen kabeh mengko tak kandani arah lan jalure"

(Kalian semua nanti aku kasih tau arahnya dan jalurnya)

tambah mbah suyut
Perjalanan masih panjang-melintang bagi kami, kami putuskan untuk sementara di desa ini yang kami sebut desa atas awan.

-END-
Terimakasih sudah membaca sampai sejauh ini.

Ceritanya masih sangat amat panjang nyatanya

Aku pun cukup kewalahan dalam penerjemahan dalam setiap dialog karena tidak ingin ada yang terlewat

Sampai jumpa di

"HARU SEMERU PART 2"

yang entah kapan akan aku tulis lagi
Banyak pesan dan kesan dalam perjalanan ini, tangisan candaan dan ketakutan yang bercampur menjadi satu

Dan Siapakah mbah buyut? Dan kejutan apa yang akan di alami purnomo dan 2 temannya?

Kita akan sambung dilain cerita.

Matursuwun
Jangan lupa follow @balakarsa untuk lanjutan part 2 dan thread yang akan datang

Aku berterimakasih pada editor ku @alwais_kitty yang selalu membantu dalam cover thread ku

Terimakasih juga untuk pembaca yang setia menunggu dan membaca threadku, kalian luar biasa

Matursuwun 🙏
Unroll @threadreaderapp

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with patrick ethnic ☆

patrick ethnic ☆ Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @balakarsa

Oct 5
GENJER –GENJER

"sebuah cerita tentang warisan yang mengerikan"

#bacahoror #bacahorror Image
Saya punya sekelumit cerita di sekitar saya, sebuah cerita yang membuat saya merinding ketika masih duduk dibangku menengah pertama. Yang paling saya ingat adalah ketika hendak pulang dari kegiatan ektrakulikuler pramuka tepat jam 06.00 wib, menjelang mau maghrib.
Saya melihat teman sekelas saya duduk sambil nulis di black board. Sebuah kata “genjer-genjer” tidak hanya itu.
Read 54 tweets
Nov 9, 2023
A. Thread

-LARE BAJANG DESO GANDARWO-

"ini secuil kisah saya tentang desa genderuwo"

#bacahorror #bacahoror Image
Malam yang dingin di desa wanamaja, seorang anak laki-laki nampak terduduk lesu dibawah pohon randu. Ia menangis tersedu-sedu karena baru saja ia mendapatkan beberapa pukulan dari bapaknya.
Anak itu benar-benar nampak sedih dan berpikir apakah orang tua dan keluarganya menyayanginya. Ataukah ia hanya sebatas anak pungut yang dirawat kelurganya. Begitu banyak pikiran aneh berterbangan di benak kepala anak usia 7 tahun itu.
Read 28 tweets
Nov 4, 2023
A. Thread

Pesugihan Tanpa Tumbal

"mereka yang ingin kaya tanpa menumbalkan apapaun selalu datang ke rumah ini"

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht
#bacahorror #bacahoror #ceritahorror Image
Dimanapun manusia berada ia akan selalu mencari cara instan dalam memperolah kekayaan.

manusia tidak pernah dilahairkan jahat, namun sifat jahat selalu mengikuti kemanapun manusia berada.
kali ini ijinkan saya bercerita tentang pengalaman narsumber saya yang bernama eko, dimana eko pernah melakukan sebuah ritual pesugihan dengan cara yang sangat mudah. tapi kini semua yang ia lakukan membuatnya dalam kata putus asa.
Read 57 tweets
Oct 16, 2023
-KELUARGA TANPA RUPA-

(Diambil dari kisahnyata dari DM)

#bacahorror #bacahoror

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor Image
Assalamualaikum, kali ini ijinkan saya untuk bercerita tentang sekelumit kisah dari DM yang sudah dibagikan kepada saya.

DM yang membuat saya bertanya-tanya akan sebuah pengalaman hidup yang sama sekali tak mampu dinalar karena kengeriannya.
Ini adalah pengalaman hidup seseorang bernama Aryo yang sampai saat ini masih menjadi misteri yang tak pernah bisa terpecahkan.

Selamat membaca 🙏
Read 60 tweets
Oct 3, 2023
KAWANKU SI PEMUJA POHON BELIMBING

-INDEKS-
(SEMUA KISAHNYA ADA DI SINI)

"Ini adalah cerita yang tak nalar yang pernah saya alami, sebelum membaca ceritanya tertawalah dulu sebelum terlambat" Image
Sebelum membaca semua cerita ini, alanglah baiknya baca doa dulu njih. Matur Nuwun
Read 9 tweets
Sep 16, 2023
-URBAN LEGEND & SEJARAH-

Dari julukan bus tercepat menjadi bus pencabut nyawa. Siapa sangka bus ini pernah berjaya pada masanya. Image
Bus Sugeng Rahayu kembali terlibat kecelakaan maut.

Kali ini salah satu armada bus tersebut bertabrakan dengan Eka Cepat di kawasan Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, pada Kamis Subuh, 31 Agustus 2023.
Laporan sementara, 15 korban dilaporkan luka-luka, tiga orang tewas. Dua di antaranya kedua supir bus Sugeng Rahayu dan Eka.
Read 23 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(