dari balik selambu, anak perempuan itu masih mengintip. Ia melihat kedua orang tuanya masih berdebad hebat. berdebad tentang hal yg sama, tentang adiknya Vina. ia masih mengamati, sebelum suara itu terdengar di telinganya.
suara seseorang baru saja mengeram di dalam kegelapan. gadis kecil itu menelan ludah sebelum melangkah hati-hati ia mulai mendekati sumber suara. arahnya dari kamar, lebih tepatnya kamar milik mereka.
Vini nama gadis ini, ia mulai merasakan keanehan pada saudarinya. Vina.
sudah berbulan-bulan lebih Vini menyimpan kecurigaan ini terlebih apa yg di lakukan saudarinya yg beberapa kali mau menghilangkan nyawa ibunya sendiri, setiap kali Vini mengingatkan hal itu, saudarinya Vina akan tertawa mengatakan bahwa ia akan berterimakasih bila ibu mereka mati
Vini melihat ke pintu kayu, menoleh ke lorong gelap tak adakah kedua orang tuanya mendengar hal yg sama seperti apa yg ia dengar, dengan perasaan takut Vini membuka perlahan pintu tersebut manakala di baliknya terlihat saudarinya tengah duduk membelakanginya, ia melakukan sesuatu
"dek" panggil Vini, "koen lapo?" (kamu ngapain?)
Vina tak menggubris saudarinya, ia tetap membelakangi, melakukan sesuatu yg tidak dapat di lihat oleh Vini.
penasaran, ia mendekatinya perlahan-lahan, melihat dengan seksama saudarinya tengah menikmati daging tikus di tangannya
Vina menoleh pada saudarinya, sebelum bertanya dengan wajah menyeringai. "mbak purun?" (mbak mau?)
Vini terduduk diam, ia menunduk meyakinkan dirinya semenjak kejadian itu, adiknya tak lagi sama, benar kata ibuk, ada yg lain yg merasuki dirinya.
kalau kalian pernah membaca cerita saya tentang Tiang kembar pastilah tahu apa maksud judul tersebut, namun sebelumnya saya harus memberitahu bahwa judul ini tak memiliki jejak hubungan dengan cerita sebelumnya, karena ini tak hanya tentang Tiang Kembar melainkan kembang lawang
"Kembang Lawang" itu yang di katakan oleh pardi, tukang kebun pak Badar setelah melihat dengan mata kepala sendiri salah satu dari anak pak Badar tengah menatap sengit ke arah mereka dengan terus mengunyah jeroan tikus dan menelannya bulat-bulat.
semua orang terlihat bingung.
wajah Badar merah padam, berkali-kali ia membentak Vina agar menghentikan sikap anehnya, sementara isteri pak Badar pucat pasi, sudah sebulan lebih semenjak kejadian itu satu dari dua anaknya bersikap aneh dan malam ini adalah puncak di mana ia sudah tak bisa menahan getir lagi
"ini salahmu mas, kau yang bawa dia kesini" kata Minten isteri Badar namun wajah Badar masih terlihat keras ia merasa ini tak ada hubungannya dengan kejadian tersebut, ia menyuruh Pardi memegang Vina sementara Badar pergi masuk ke dalam kamar pribadi miliknya.
di bantu Minten, Pardi mengurung Vina, menahan agar ia tak kabur lagi seperti kemarin, Vina mengangah menatap semua orang dengan gigi geligi kemerahan, bau busuk bangkai tikus yang sudah ia habisi tercium, Vini hanya bisa menatap saudari kembarnya bersikap semakin sinting.
terdengar suara langkah kaki cepat, Vini menoleh melihat Badar ayahnya tengah berjalan mendekat dengan sebilah keris di tangan, wajahnya masih merah padam seperti menahan amarah yg bergejolak dan Vini tahu apa yang akan di lakukan Badar bapaknya kepada Vina.
alih-alih bicara terlebih dulu, Badar menjambak rambut Vina sementara Minten mencoba menghentikan apa yang akan di lakukan suaminya terhadap puterinya "MAS OJOK GENDENG KOWE" (MAS JANGAN GILA KAU YA!!)
Badar menjambak rambut Vina sementara satu tangan menghunuskan keris di leher
"OJOK GANGGU KELUARGAKU, OJOK SAMPE AKU NGASARI RUMANGSAMU AKU WEDI AMBEK DAPURANMU" (JANGAN PERNAH MENGANGGU KELUARGAKU, JANGAN SAMPAI AKU BERMAIN KASAR KAU PIKIR AKU TAKUT DENGAN BENTUKAN SEPERTI DIRIMU)
di ujung keris, darah mengalir dari sobekan daging di sekitar leher.
Vina menatap ayahnya Badar, wajahnya memelas membuat Minten dan Pardi tak mengedipkan mata menyaksikan bagaimana jin terkadang penuh dengan tipu daya.
Vini masih diam ia tak tahu harus melakukan apa
"WES MAS IKU NGUNU JEK ANAKMU!!" (SUDAH MAS BAGAIMANAPUN JUGA DIA MASIH ANAKMU)
Badar menatap wajah Vina puterinya dan perlahan ia melepas cengkraman rambut hitam panjang itu saat Vina kemudian tertawa dengan suara melengking di mana semua orang tahu, suara itu bukan suara puterinya.
ia tertawa begitu kencang sembari meminta Bahar mendekatkan telinga,
dengan nafas berat Vina memanggil-manggil Badar ia ingin membisikkan sesuatu, Pardi berkata "ojok pak, ojok di rungokno" (jangan pak jangan di dengarkan)
namun Badar tak mendengarkan Pardi, ia mendekatkan telinganya membiarkan siapapun yg ada di tubuh puterinya saat ini berbisik
Vini menatap ayahnya yang membungkuk tengah di bisiki entah kenapa sedari tadi ia merasa di perhatikan, sadar atau tidak beberapa kali Vina menyeringai mencuri pandang sembari menatap dirinya, hal itu membuatnya merasa bahwa ia memiliki rencana buruk terhadap dirinya.
hening. Minten, Pardi dan Vini mematung dalam sunyi senyap ruangan, tak ada yang bisa mendengar dengan jelas apa yang Vina bisikkan kepada ayahnya saat secara tiba-tiba Badar menolah memandang Vini dengan tatapan curiga yang benar-benar aneh.
Vina memiliki rencana pada dirinya
"koen ngapusi?" (kau bohong) kata Badar,
"ora, aku janji nek awakmu nurut omonganku anakmu sing iki selamet" (tidak, aku janji kalau kamu menuruti omonganku anakmu yang ini akan selamat)
Badar masih diam, ia berdiri menatap Vini yang kini ketakutan,
Minten mengingatkan "ojok"
"iku ngunu anakmu pisan" (itu juga anakmu)
Vina kembali mengingatkan Badar, "koen luweh milih sing iki sih, ilingo Dar, aku mek butuh siji mari ngunu koen oleh luweh akeh" (kamu lebih milih yang ini kan, ingat Dar, aku hanya butuh satu setelah itu kau mendapatkan lebih banyak)
Badar menatap Vini, ia tengah menghitung sesuatu di dalam kepalanya. godaan. Minten dan Pardi mencoba untuk menahan saat Badar tiba2 menghunus keris di wajah mereka, "ojok melok-melok" (jangan ikut-ikut)
Vini ingin lari tapi kakinya mati rasa, pertama kali ia merasakan hal ini
saat semua orang mulai berpikir bahwa Badar lebih sinting bila mendengar jin yang ada di dalam tubuh puterinya dalam waktu sekejap Badar melakukannya.
dengan cepat Badar menjambak rambut Vina lalu memotong rambutnya dengan keris yang ia bawa
ia mendorong puterinya hingga jatuh terjerambab ke lantai dengan suara marah ia meminta Pardi menyalakan korek, di depan semua orang Badar membakar rambut dan saat itu terjdi Vina menjerit
seperti kesetanan Vina menjambak rambutnya sendiri di depan Badar, sementara Minten mencoba mendekati puterinya tapi Badar menghentikannya, ia membiarkan Vina menghantamkan kepalanya ke lantai berkali-kali hingga percikan darah itu terus menerus keluar dan Vini menyaksikan semua
kuku jari Vina patah dan ia masih menjerit-jerit sementara Mintan sudah tak sanggup melihat semua itu, ia membelakangi menangis sambil berteriak pada suaminya "SAMPE KAPAN MAS, SAMPE KAPAN NGENE IKI?" (SAMPAI KAPAN MAS, SAMPAI KAPAN BEGINI)
Badar menatap Pardi, "ambilkan tali"
Malam itu juga, Badar meninggalkan rumah setelah mengikat tubuh Vina puterinya ia begegas menjalankan mobil berkata, bila Jin yang ada di dalam puterinya harus di kembalikan ke tempat di mana ia harus berada.
gunung "K---"
Minten yang mendengar Badar mengatakan itu tiba-tiba menatap suaminya, ia tahu Badar mau kembali ke orang-orang itu.
orang yang sudah membuat semua menjadi seperti ini. "Gendeng kowe, wes ngerti perkumpulan iku gak bakal ngelepasno" (gila kau mas, sudah tau mereka gak akan-
-melepaskan kita)
"cuma ini yang bisa di lakukan, jangan-jangan jin ini kiriman mereka sebenarnya!!" teriak Badar, "mereka wes nantang aku dek, ben tak tanggap karepe" (mereka sudah menantang aku biar ku turuti maunya apa)
Minten hanya menggeleng, ia tahu ini lebih buruk.
di bantu Pardi, mereka menggotong tubuh Vina dengan kepala berlumuran darah ia di ikat di kursi belakang, sementara Badar sudah siap pergi Minten tiba-tiba memanggil. "melok aku mas" (ikut aku mas)
Minten sudah megenakan pakaian putih, mereka tertuju pada Vini, yang kini melihat
-mereka.
"kita semua pergi" kata Minten,
malam itu juga mereka berangkat, berangkat ke tempat semua ini di mulai. Pondok *****H P**** di atas gunung K***
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
dari kemarin saya mendapat banyak sekali DM mengenai siapa saja sih sosok-sosok yang ada di film PABRIK GULA.
Guna merayakan 1 JUTA penonton, Malam ini, saya akan menulis rincian dari sosok-sosok yang ada di film pabrik gula?
seperti apa yang pernah saya tulis di thread saya bertahun-tahun yang lalu,sosok-sosok itu merupakan entitas yang menjaga titik-titik tertentu di bawah komando langsung sosok yang kami kenal dengan nama “MAHARATU”, mereka dikenal dengan nama dan julukan berbeda-beda namun familiar ditelinga kami, bisa dibilang mereka merupakan penghuni tua, para panglima nya yang menjaga titik-titik tertentu yang ada di Pabrik Gula tempat desa saya berada dulu.
Sosok pertama dan merupakan sosok paling mencolok, wujudnya besar, tinggi dan saat berdiri, orang-orang biasanya dapat melihat pusar makhluk ini, suaranya besar dan berat dengan manifesti wujud menyerupai seorang pria jangkung dengan mata sak lepek (alas piring) sosok ini biasa menunggu di sebelah lapangan sepak bola pabrik gula dengan sebutan Dalboh. Dalboh muncul paling sering untuk menakut-nakuti anak-anak yang belum pulang ketika malam menjelang, konon kegemarannya melahap batang sapi (jasad sapi busuk). dan saat malam sosok ini seringkali berjalan menyusuri gudang barat.
Ada yang punya pengalaman atau pernah denger cerita horror tentang Pabrik gula?
Malam ini, setelah lama sekali saya tidak bersua di akun saya ini. Untuk menyambut film Pabrik gula yang nanti akan tayang kurang lebih 2 bulan lagi, saya mau flashback awal-awal bagaimana mulanya saya menceritakan kisah perihal pabrik gula ini di akun twitter saya, sebuah cerita yang terdiri dari beberapa bagian sebelumnya.
Untuk malam ini, kita akan kupas tuntas perihal salah satu tragedi kebakaran yang pernah dan seirngkali terjadi dibeberapa titik-titik tertentu di pabrik gula sebelah rumah saya yang meninggalkan kisah pilu dan menyedihkan.
kata orang jaman dulu. kalau ada perempuan yg tengah mengandung, banyak yg harus dijaga dari segala tutur prilakunya. lisan, sifat, semuanya untuk menghindari hal buruk pada si ibu dan jabang mayit, karena setiap perbuatan selalu memiliki sebab akibat.
cerita ini dimulai dari seorang perempuan. sebut beliau dengan nama Tina.
mbak Tina baru 2 tahun menikah. ia mendapat seorang laki-laki dari luar pulau jawa. awal pernikahan mereka tinggal di salah satu kota S, hidup damai, hidup rukun, sebelum si suami, mas Agung, undur diri.
“ini rumahnya ma?”
“iya pak. Teman yg saranin, halamannya luas, pohonnya rindang dan tanahnya itu loh, gak gersang, kayanya ibuk bisa produktif kalau tinggal di sini”
“harus di sini ya?”
“iya. Dari pertama mama lihat, mama ngerasa kalau berjodoh sama rumah ini”
Pak Prasto terdiam melihat rumah itu. Tidak ada yg salah dengan rumah yg saat ini ada dihadapannya, karena seperti apa yg dikatakan oleh Dona, isterinya, dari luar rumah itu, kelihatan sejuk, damai, serta tenang seperti yg diinginkan oleh seluruh keluarga,
Rumah bekas pembunuhan itu rumah paling aman, karena sekalipun penghuninya nampakkan diri cuma sebatas maen petak umpet, tapi. kalau rumah itu bekas sekte atau perkumpulan yg gak bener, apalagi kalau pelakunya udah bukan sebatas nyari harta, mending lupain rumah itu!!
karena yg begini gak cuma ngebahayain 1 orang. satu keluarga pun bakal dijabanin. Gak cuma nyiksa secara mental psikis tapi bisa berujung sampe maut. serius!!
Cerita ini diambil dari cerita tentang tetangga saya yg menempati rumah baru bekas menir belanda, siapa yg menduga kalau rumah ini ternyata menyimpan sesuatu yg mengerikan lintas generasi.
Cerita ini ditulis berdasarkan kisah saya sendiri yg teledor ketika saya masih kecil. saya tidak pernah menduga saat itu kalau binatang kecil yg saya tunjuk justru membuat saya nyaris celaka.