Dalam salah satu diskusi di tv, Indonesia dan Mesir disebut dua negara yang paling buruk dalam penanganan Covid19. Cuma gw lagi malas ngebahas Indonesia, gw mau bahas Mesir aja.
Jauh2 hari beberapa lembaga dunia sudah mengingatkan Mesir bahwa Covid19 sedang mengancam negara tersebut, cuma pemerintah kudeta Mesir via media selalu menutupi dan mengatakan bahwa negara mereka baik2 aja.
Tujuan pemerintah kudeta Mesir menutupi kasus Covid19 demi menjaga sektor pariwisata. Yah, pariwisata ibarat kaki kanan bagi ekonomi Mesir. Jadi ketika Covid19 datang, As-Sisi terus menggenjot pariwisata tanpa peduli nasehat internasional.
Ketika beberapa negara di Eropa menemukan kasus Covid19 pada warga mereka yang baru selesai liburan di Mesir, pemerintah Mesir justru mengatakan di negaranya 0 Covid19. Eropa bingung, Mesir bilang di sana ga ada Covid19 tapi warga gw yang baru dari sana positif.
Akhirnya Dubes Perancis di Cairo suruh warganya yang masih di Mesir agar balik kampung. Menurut pak Dubes, Mesir ga becus menangani Covid19.
Menurut gw, Mesir memang gak peduli akan ancaman Covid19 karena negara tsb berada di bawah kungkungan para mafia. Selain dari negara2 kontra revolusi seperti Saudi dan UEA, rezim kudeta As-Sisi hidup dari sumbangan para cukong hitam.
As-Sisi mengambil keputusan pembatasan jam keluar pada malam hari bukan untuk mencegah Covid19 tapi untuk menekan kasus kriminal dampak dari Covid19. As-Sisi menolak opsi lockdown menghindari tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya sesuai undang2.
Walaupun undang2 telah menentukan opsi yang harus diambil As-Sisi yaitu lockdown dg menanggung kebutuhan rakyt miskin, As-Sisi membiarkan rakyatnya dalam ancaman. Bahkan cukong hitam Mesir, Naguib Sawiris dg mudah mengatakan ekonomi negara jauh lebih berharga dari nyawa rakyat. 
Gilanya lagi, di tengah kacau balau dalam menghadapi Covid19, As-Sisi ngotot meneruskan pembangunan Ibukota administratif baru. Proyek ini menjadi proyek terbesar di Afrika dari tahun 2015. Di sana akan dibangun istana As-Sisi seperti istana Firaun katanya.
Di sana juga dibangun pusat kementerian pertahanan Mesir ala Pentagon di Amrik. Proyek yang bernilai lebih dari 40 miliar euro ini bekerja sama dengan China.
Sialnya nasib proyek tsb di ujung tanduk setelah banyak pekerjanya yang tewas akibat Covid19. Dari pengakuan para pekerja di sana, mereka dipaksa bekerja atau gaji mereka selama ini hangus. Padahal hampir tiap hari ada teman mereka yang tiwas.
Termasuk 4 pejabat tinggi militer Mesir yang memegang proyek ini tewas. Diyakini sebabnya adalah Covid19 walau sumber resmi dari militer Mesir membantah.
Kesalahan fatal As-Sisi adalah membuka kran TKA dari China pada awal Februari demi berlanjutnya ibukota baru ini. Dunia sudah mengingatkan Mesir, tapi TKA China malah diterima. Hasilnya petinggi militer, tentara dan pekerja sipil tertular Covid19 dan beberapa sudah tewas.
As-Sisi memang ga punya pilihan lain, China yang menentukan berlanjut atau tidaknya proyek ibukota baru ini. China juga yang berhak menentukan pekerjanya dari mana. As-Sisi hanya bisa terima walau harus kehilangan nyawa anak buahnya. Skrg, Ibukota baru ini jadi kandang Covid19.
Dari TKA China ini kemungkinan Covid19 menyenar ke seantero Mesir. Sekarang penjara2 Mesir sudah dimasuki virus ini. Tau sendiri gimana kondisi penjara Mesir. Beberapa tahanan sudah ada yang tewas tapi pemerintah Mesir terus menyembunyikan dari publik.
Saat ini penjara2 Mesir terancam menjadi kuburan massal. Rezim kudeta cuek, cuma sipir yang takut, itu juga karena mereka yang paling rentan tertular akibat kontak langsung dg para tahanan.
Hingga saat ini rezim kudeta di Mesir masih cuek. Kebijakan lockdown hampir mustahil karena pasti ditolak oleh para cukong. Tanpa mereka pemerintahan ga jalan. Proyek yang melibatkan asing terutama China terus berjalan. Rakyat Mesir mati itu sudah takdir. Tragis.
Itu kisah dari negara seberang. Bagaimana di negara kalian? Gw tidur dulu yah. Sehat2 semua.
