Kalau gw boleh meneropong isi kepla Erdogan, gw lihat di sana ada Libya-Suriah-Sudan-Saudi dan Mesir. Episode demi episode kejatuha rezim di 5 negara ini yang sedang ditayangkan Erdogan.
Kejatuhan Haftar di Libya sedikit lagi menjadi kenyatan dan gw yakin itu terjadi dalam waktu dekat. Satu hal yang mungkin memperpanjang napas Haftar adalah rivalitas Turkey vs Perancis. Jika Perancis kalah Libya maka Perancis akan hengkang untuk selamanya dari Afrika.
Dari “peperangan” di Tunis, Aljazair dan Libya maka Libya adalah pengharapan terbesar Perancis untuk menutupi kerugian Covid19. Cuma kekuatan turkey di Libya benar2 susah dibendung. Cuma gw rasa Perancis dibantu Saudi dan UEA gak akan membiarkan Erdogan menang dg mudah.
Walau Rusia sudah memperingatkan Perancis cs agar mundur dari medan tempur Libya karena Turkey hampir mustahil dikalahkan, tapi Perancis cs terus maju. Gw hampir bisa pastikan hasil akhirnya adalah kejatuhan Haftar.
Saudi dan UEA menyewa tentara bayaran dari Sudan untuk berperang bersama Haftarvsetelah tentara bayaran Mesir banyk terbunuh. Ini ada kaitannya dg tiga negara pertama yang akan dihajar Turkey yaitu Sudan setelah Libya dan Suriah. Periode setelahnya baru Saudi dan terakhir Mesir.
Perang di Suriah yang akan dilakoni Turkey ke depan tentu lebih berat dibanding perang di Libya. Itu sebabnya Turkey gak bisa berlama-lama dalam menumbangkan Haftar guna menghindari pulihnya Iran-Rusia dan Eropa.
Jelas Turkey gak akan mampu sendirian dalam misinya. Jadi, menyalakan rwvolusi di negara2 yang akan dilalui Turkey dalam misinya harus dilakukan. Ingat, yang dihadapi Turkey adalah kekuatan dunia terutama dua kekuatan besar kontra revolusi, blok Rusia-Iran dan Amerika-Saudi.
Rusia-Iran sbg kekuatan kontra revolusi dibantu oleh Irak dg biaya dari Teluk dan Syiah Arab. Irak dikuras habis2an oleh Iran untuk membiayai proyek kontra revolusi sehingga hari ini Irak menjadi jauh lebih miskin dari Somalia.
Amerika dan Israel menjadi kekuatan kontra revolusi kedua yang dibiayai oleh Teluk khususnya Saudi Saudi dan UEA. Walau dalam beberapa issue Abu Dhabi juga main mata dg Iran spt konflik Yaman.
Pola yang dipakai Turkey di Libya sudah benar. Gak hanya Tripoli yang “dibakar” Turkey dan kaum revolusi tapi semua kota yang mereka lalui. Pola ini juga harus dipakai di Suriah agar kekuatan revolusi yang sempat tertidur segera bangun. Dukungan dari mereka sumber kekuatan Turkey
Tumbangnya Hizbullah adalah awal tumbangnya proyek kontra revolusi Iran-Rusia di Kawasan. Artinya ini juga menjadi awal kembalinya revolusi Libanon dan Irak yang terhenti akibat banyak hal termasuk Covid19.
Rusia yang sedang pusing gak akan fokus membantu Iran apalagi Asad di Suriah. Jika tanda2 ini muncul maka itu waktunya Erdogan menyerang Saudi yang menjadi kekuatan kontra revolusi kedua. Kenapa harus menunggu Iran lemah?
Karena jika Erdogan menyerang Saudi di saat Iran kuat maka Iran dg mudah melakukan provokasi terhadap kekuatan Syiah Teluk untuk kemudian merebut Alharamain. Jika ini terjadi maka semua Jazirah Arab akan menjadi Yaman.
Di saat yang sama Amrik akan sangat sibuk dg persaingan tatanan dunia baru pasca Covid19 nanti. Saudi gak akan menjadi prioritas bahkan Israel. Aplagi jika Saudi berhasil dimiskinkan ulah kebodohan MBS.
Cara Turkey menghajar Saudi tentu bukan dg operasi militer spt di Libya atau di Suriah. Via issue spt Yaman dll lebih memungkinkan. Gw tau Erdogan sakit hati krn MBS telah menginjak kedaulatan Turkey dg membunuh @JKhashoggi di tanah Turkey. Belum lagi usaha membantu kudeta dll.
Nasib Israel gak akan beda jauh dg Iran. Politik Israel akan sangat berbeda nanti. Israel cuma punya dua pilihan: tunduk pada aturan baru atau kembali pada kondisi sebelum negara Israel berdiri. Gw pribadi lebih condong pada nomor 2.
Setelah Saudi baru giliran Mesir. Ingat, kendala revolusi di Mesir bukan karena militer di sana kuat atau kecerdasan As-Sisi, ini tentang mental dan tsaqofah rakyat Mesir.
Gw yang pernah hidup di Mesir selama 5 tahun lebih melihat banyak masyrakat Mesir memiliki mental yang memang gak layak menjadi manusia mulia sesuai dg kacamata Islam dan kristen. Penyimpangan begitu akut.
Sebagian yang lainnya hidup dalam tsaqofah perbudakan akibat kemiskinan menahun yang diciptakan oleh rezim militer. Petani di Mesir kalau kita lihat mereka asal bisa makan secukupnya selesai. Ga mau neko2.
Kalau ada yang ingin sedikit lebih mapan maka mereka lebih memilih jadi budak kapitalis, atau kaum agamawan yang ingin lebih makmur akan memilih bersembunyi di ketiak rezim. Di sisi lain ada kelompok Salafy dan Koptik yang menjadi kekuatan utama eksisnya rezim militer di Mesir.
Itu sebabnya gw melihat Mesir akan menjadi medan tempur Turkey yang terakhir karena memang kondisi Mesir sangat rumit. Bahkan jika revolusi hari ini meletus dan As-Sisi tumbang maka kontra revolusi akan kembali menang karena rakyat Mesir masih butuh perbaikan yg radikal.
Turkey butuh jalan panjang dan modal lebih untuk masuk ke Mesir. Menggali kembali sejarah Mesir-Ottoman akan sangat efektif untuk menentukan langkah ke depan. Walau akhirnya revolusi akan menang tapi akan menjadi medan yang paling sulit bagi Erdogan.
Erdogan akan memulai proyek pemebebasan negara2 muslim dari yang termudah. Itu sebabnya gw membagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama Libya, Suriah dan Sudan. Gelombang kedua Saudi dan Mesir. Ini semua akan berhasil dg syarat gak ada perang dunia pasca Covid19.
Jadi, nanti pembagiannya antara Barat dg kekuatan baru spt Turkey. Bukan spt perampokan Syikes Picot antara Barat dg Barat. apa yang dibagi? Yah negara2 gagal atau semi gagal ini.
Kira2 skenarionya begitu kalau gw membaca cara Erdogan beberapa waktu ini. Sisanya wallahu a’alam. Gw ikut memantau aja dari pojokan Lille😁😁
