Padahal orang-orang tahu,Mbah Dullah adalah kiai yang alim dan bahkan dianggap sebagai 'wali'.
Mbah Dullah penuh dengan ketawadhuan.
Yakni dia malu apabila orang ramai-ramai menshalatinya sementara dirinya belum tentu termasuk dari golongan orang-orang baik.
Saya malu terhadap perlakuan semacam itu krn belum tentu saya termasuk golongan orang2 baik”
kata Mbah Dullah kepada putranya
Merujuk buku Keteladanan KH Abdullah Zain Salam (Jamal Ma’mur Asmani,2018),suatu hari Mbah Dullah dan KH Muslim Rifai Imampuro (Mbah Lim) Klaten berziarah ke makam Syekh Ahmad Mutamakkin di Kajen.
Terjadi ‘perdebatan kecil’ diantara keduanya terkait siapa yang menjadi imam tahlil. Mbah Dullah merasa Mbah Lim lah yang seharusnya memimpin tahlil. Sementara Mbah Lim berpikir sebaliknya.
mengingat suaranya yang lantang.
Begitu pun Mbah Lim. Dia mengira kalau pimpinan tahlil masih Mbah Dullah.
Setelah berjalan selama satu jam,akhirnya Mbah Lim mengakhiri tahlil.
Ketika itu,Mbah Lim meminta doa kepada Mbah Dullah sebelum dirinya pulang ke Klaten.
Lagi-lagi Mbah Dullah menolak permintaan Mbah Lim.
Dia meminta Mbah Lim saja yang memimpin doa.
Mbah Lim lah yang memimpin doa.
Belum ada tanda-tanda doa akan diakhiri karena memang masing-masing menganggap kalau dirinya bukan lah pemimpin doa. Lima menit kemudian,Mbah Lim menutup doa dengan bacaan al-Fatihah
Masing-masing merasa dirinya ‘tidak layak’ memimpin karena menganggap ada orang lain yang lebih layak
Padahal semua tahu kalau kealiman dan keshalihan keduanya tidak perlu diragukan lagi.
Summa ila hadhrati Nabiyil Mustafa wa ila ruhi kususon Mbah Dullah wa ila ruhi Mbah Lim alfatehah 🤲🏿
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹