Menurut sejarah, kota Demak merupakan bandar dagang di jalur sutra bagian utara. Lokasi ini menjadi strategis bagi seorang tokoh macam Raden Patah untuk mendirikan kerajaan. 
Di lokasi tersebut Raden Patah mendirikan Kasultanan Demak Bintara dengan dibantu oleh tokoh-tokoh syiar Islam di Jawa, tentunya Walisongo. Sejak saat itulah Kerajaan Islam pertama berdiri di tanah Jawa.
Raden Patah merupakan keturunan dari Raja Majapahit ke-11 yang bergelar Brawijaya V dengan istri selir berdarah Tionghoa bernama Siu Ban Ci.
Raden Patah lahir dari rahim seorang ibu muslim walaupun memang berdarah Tionghoa, Siu Ban Ci inilah yang mendidik sang raja dengan ajaran Islam sedari kecil.
Menurut sejarah yang tercatat, Siu Ban Ci merupakan keturunan dari seorang ulama ternama dari negeri Champa. Ayahnya bernama Syekh Bentong dengan nama tionghoa Tan Go Hwat.
Sedang Syekh Bentong sendiri merupakan anak dari Syekh Quro, ulama termahsyur dari negeri Champa. Mereka datang ke Nusantara bersama rombongan besar armada milik Laksamana Cheng Ho, salah satu pendakwah yang menyiarkan Islam di tanah Pasundan.
Pada masa-masa inilah penyebaran agama Islam di tanah Jawa hampir merata, Walisongo sebagai para pendakwah mendapat dukungan penuh dari Kasultanan Demak Bintara.
Karena mereka pulalah salah satu penggagas Kerajaan Islam di tanah Jawa waktu itu. Dengan memanfaatkan momentum perpacahan di internal kerajaan Majapahit, setelah Brawijaya VI naik takhta, penyebaran agama Islam seperti mendapatkan angin segar.
Raden Patah turun tangan sendiri dalam melakukan perannya, bukan hanya sebagai pemimpin di kerajaannya. Dengan dibantu Walisongo ia juga melakukan syiar Islam ke penjuru negeri. Ia mendirikan pondok pesantren dan mengisi dakwahnya, juga mendirikan Masjid sebagai tempat ibadah.
Masjid yang paling terkenal dan mahsyur namanya yaitu Masjid Agung Demak. Dalam bidang dakwah Islam dan penegembangannya, ia mencoba untuk menerapkan hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Dalam masa pemerintahannya Kasultanan Demak Bintara berhasil dalam berbagai bidang meliputi perluasan wilayah dan pertahanan kerajaan. Ia akhirnya berhasil menaklukkan Girindra Wardhana atau Brawijaya VI hingga dapat mengambil alih kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Selain itu, ia juga melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang sudah menduduki Malaka, karena ada upaya menggangu Kasultanannya.
Raden Patah akhirnya wafat dan digantikan oleh anaknya Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor pada tahun 1518M. Kemudian ketika sepeninggal Pati Unus raja kedua Kasultanan Demak Bintara, mulailah terjadi intrik dan pertikaian di kalangan pewaris takhta dinasti Kerajaan.
Sultan Trenggono sebagai pewaris takhta tidak sepenuhnya mendapatkan dukungan dari kalangan internal kerajaan, sehingga terus terjadi gejolak kala itu.
Puncak perseteruan terjadi pada masa akhir Kasultanan Demak Bintara, ketika Hadiwijaya menantu Trenggono menyatakan diri sebagai Sultan dan memindahkan pusat pemerintahan ke daerah Pajang.
Perlawanan datang dari Aryo Penangsang yang merasa lebih berhak atas takhta tersebut. Arya Penangsang merupakan anak dari Raden Surowiyoto yang dibunuh oleh konspirasi Sultan Trenggono.
Pada masa politik yang begitu sengit, Sunan Kudus yang memiliki kedudukan dan posisi disegani, ia menjadi salah satu tempat untuk berebut pengaruh dan dukungan bagi para bangsawan Demak yang ingin berkuasa.
Sunan Kudus tidak memihak kedua belah pihak dan menghendaki permasalahan dikembalikan sedari awal, atau menanggalkan jabatan dan posisi politik agar konflik tidak terus melebar.
Karena itulah Sunan Kudus memasang Rajah Kalacakra untuk menihilkan kekuatan dan kekuasaan kedua belah pihak yang berseteru.
Rajah tersebut dipasang disalah satu pintu masuk Masjid Menara Kudus, sehingga siapapun yang masuk dan melewatinya maka tanggallah pengaruh kuasa dan kedigdayaan yang melekat di dirinya.
Kontributor: Banisrael
Ilustrator: Kakak Day
Kontributor: Banisrael
Ilustrator: Kakak Day
