My Authors
Read all threads
Makna yang terkandung dalam setiap peristiwa memiliki kaitan historis yang mendalam, seperti hari raya Idul Fitri yang akan kita jelang sepekan nanti. Hari kemenangan bagi umat muslim yang paling dinanti, walau kini kita harus berjabat tangan dengan pandemi.
Wabah virus corona yang melanda seantero bumi memang menyesakkan kehidupan ini, tapi tidak mengurangi semaraknya hari raya nanti. Setiap umat akan selalu menantikannya dengan penuh suka cita.
Bagi warga muslim di Indonesia khususnya di pulau Jawa, berkaitan erat dengan tradisi yang selalu diacarakan sepekan setelah bulan syawal. Lebaran ketupat tentunya. Rentetan sejarah menghiasi tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad ini.
Tradisi ini sudah turun temurun semenjak salah satu tokoh Walisongo memperkenalkannya. Beliau Sunan Kalijaga pendakwah yang terkenal dengan metodenya yang sangat luwes meleburkan nilai-nilai Islam ke dalam budaya Jawa. Salah satunya melalui lebaran ketupat ini.
Diambil dari tradisi yang sudah ada jauh sebelum Islam masuk ke Nusantara, ketupat merupakan simbol penghormatan terhadap Dewi Sri. Diyakini Dewi Sri merupakan Dewi yang terpenting bagi masyarakat agraris, Dewi Sri merupakan Dewi kesuburan, kemakmuran dan kehidupan.
Unsur budaya lama yang dijadikan cara sebagai metode untuk mendekatkan diri pada rakyat ini cukup ampuh membawa pengaruh Islam ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga masyarakat menjadi tidak kaku dan mudah diintegrasi.
Konsep akulturasi ini menjadi mudah dipahami masyarakat, sebagai sarana pengenalan nilai-nilai Islam yang ramah terhadap pemeluknya. Bukan dengan cara yang represif atau pun manipulatif.
Ketupat sudah menjadi makanan khas bagi masyarakat pesisir, sebagai simbol dari daerah yang subur ditumbuhi pohon kelapa. Janur yang dipakai sebagai pembungkus ketupat memiliki makna yang melekat di masyarakat.
Masyarakat jawa mengartikan janur sebagai kependekan kata dari “jatining nur” atau hati nurani, bahwa simbol janur dimaknai sebagai diri yang berhati nurani.
Bentuknya yang persegi pun memiliki filosofi yang berati empat arah penjuru mata angin. Masyarakat Jawa menyebutnya dengan “papat limo pancer”.
“Papat limo pancer” bisa diartikan bahwa empat (papat) arah penjuru mata angin ini, agar manusia tidak lupa kepada kiblat (pancer) disetiap arah perjalanan mereka pergi.
Kata ketupat sendiri berasal dari istilah bahasa jawa “kupat” yang merupakan kependekan dari “ngaku lepat” (mengaku bersalah) juga “laku papat” (empat tindakan).
Tradisi “ngaku lepat” biasanya dilakukan seusai salat ied, yaitu saling memaafkan (sungkeman) antar keluarga dan sanak famili, bahkan umat muslim dan non-muslim lainnya.
Sedang “laku papat” diartikan sebagai istilah empat tindakan yaitu, lebaran, luberan, leburan dan laburan.
Lebaran berarti akhir atau usai. Menandakan bahwa berakhirnya waktu berpuasa puasa pada bulan suci Ramadhan dan bersiap menyambut hari kemenangan, Idul Fitri. Luberan berarti tumpah.
Bermakna hari kemenangan adalah waktunya rezeki yang melimpah tiba dan saat yang tepat pula untuk bersedekah, berbagi dengan fakir miskin.
Leburan berati melebur. Bermakna sebagai momen untuk saling memaafkan, melebur untuk mengakui kesalahan. Serta Laburan berarti menjernihkan. Laburan merupakan simbol kejernihan jati diri muslim yang memiliki kesucian hati.
Kerajaan Demak Bintara sebagai pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa, memiliki peran penting dalam berkembangnya arus budaya dan tradisi di masyarakat Jawa.
Dengan dukungan penuh dari Walisongo untuk membangun kekuatan politik dan penyebaran agama Islam, juga melalui pendekatan budaya jadi cara paling halus untuk meleburkan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan masyarakat Jawa kala itu.
Sunan Kalijaga salah satu anggota Walisongo yang memang sudah kesohor namanya, adalah tokoh yang memperkenalkan lebaran ketupat yang sebelumnya sudah dikenal masyarakat.
Peleburan diantara dua budaya, dimana budaya yang sudah dulu ada menjadi lebih relevan dengan nilai-nilai Islami yang hingga kini menjadi rutinitas tradisi yang selalu dinanti oleh setiap masyarakat.
Lebaran ketupat sebagai sebagai pengingat eratnya tali persahabatan Islam dari tanah Jawa.

Kontributor: Banisrael
Ilustrator: Kakak Day
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with The Lost Book

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!