My Authors
Read all threads
Malam ini #Araberkisah tentang pengalaman aku & aa @falenzaman sedikit masa kecil kita yg pernah 'dibikin linglung' di sebuah rumah sakit swasta dekat rumahku dulu.

Siapa yg mo baca ketik #Araberkisah yaa! ✨
Sekitar 11 tahun yang lalu, aku dan aa @falenzaman mendapati kabar bahwa kakek darurat masuk rumah sakit karna ia mengalami 'Lambung bocor & di vonis kanker hati stadium 4' aku yang masih duduk di bangku smp kala itu-
Aku dipanggil oleh pihak sekolah untuk segera pulang. Aa masih duduk di bangku SMA. Aa dan aku 1 sekolah, aku smp dan aa sma. Kami bergegas untuk segera kerumah sakit pada siang itu.
Mendapati kabar yang semengagetkan itu, aku hanya bisa menangis di jalan. Dan aa hanya bisa menundukan kepalanya, kami berdua sibuk dengan fikiran kami masing-masing.
Entah, kemungkinan terburuk apa yang nanti akan kami dengar soal kakek.
Sesampainya di rumah sakit, sebut saja rumah sakit Z. Kami berlari dari parkiran mobil agar cepat sampai ke kamar kakek dirawat, sebelumnya kami sudah di beri tahu kamar yg kakek kami tempati.
Di tempat informasi, kudapati om ku sedang mengurus segala administrasi kakek. Disampingnya, ada sepupu-sepupuku. Yang sama-sama 'panik dan sedih' kami takut, kakek akan segera pulang ke Rahmatullah.
'mut! Sini' ucap sepupuku yang bernama dion. Aku bergegas berlari dan menanyakan bagaimana kabar kakek? Ia menjawab 'masih belum tahu muut. Masih di ugd. Kamar uda disiapin tapinya mut.' aku yang masih berseragam putih biru, memandang sekeliling. Aku merasakan 'hawa' yang berbeda
Entah apa, namun perasaanku seperti mengatakan 'hal lain'. Aku yang sudah ditutup mata batinnya oleh kakek, tidak bisa melihat sejelas sekarang. Hanya bisa merasakan dan melihat sedikit saja. 'muut, jangan ngalamun. Uda makan mut?' tanya sepupuku lagi.
Diantara sepupu yang lain, aku dan dion sangat dekat. Selain bersama Aa, Kami berdua menghabiskan waktu ke rental ps mas rudi, cabut saat mengaji, petualangan ala ala anak kecil dulu. Semua kulalui bersama sepupu ku ini.
'ayo mut naik. Katanya aji uda boleh masuk kamar' ucap ayahnya Dion, yang bernama om Jenal.
Aku menaiki Lift rumah sakit bersama Aa, sepupu-sepupuku dan om jenal. Aku mencoba mengetuk ngetukan sepatu sekolahku ke lantai lift, mencoba mengusir rasa ketakutanku saat itu. 'Ting' suara Lift dan pintu terbuka, kulangkahkan kaki untuk keluar Lift.
Aku berjalan menuju kamar yang sudah di tempati oleh kakek. Kulihat sekeliling, sepi. Tidak ada orang selain satpam yang berjaga. 'silahkan masuk pak' ucapnya. Kulirik sekeliling. Di dinding pintu masuk bertuliskan 'VVIIP'.
'kenapa aji gak di vip aja om?' tanyaku kepada ayahnya dion. 'aji mau tenang. Gak berisik katanya. Karna kata suster yg vvip gada orang sama sekali. Jd cuma aji aja yg nempatin' jawab nya dengan nada yg parau.
Selangkah demi langkah aku berjalan di bangsal rumah sakit. Aku menghentikan kakiku di sebuah kamar. 'muut, ngapain? Kamar aja disini' ucap sepupuku, Dion.
'ah... Iya ion, kok muti bablas kesini ya?' ucapku heran. 'makanya jangan banyak bengong mut' ucap sepupuku.
Aku perlahan masuk ke kamar kakek. Aku melihat banyaknya selang di tubuhnya. Perasaanku seperti terhoyak. Aku ingin menangis. Namun aku tahan sebisa mungkin
Aku dan kakek cukup dekat. Karna semenjak nenek meninggal, aku menempati rumah nenek. Kakek sering mengajaku jalan jalan, mengajariku agar aku tidak cengeng. Dan bila salah satu cucunya 'nakal' ia tidak segan segan untuk 'nyelepet' si cucu dengan sajadah-Nya
Suasana kamarnya hening, sepi dan tenang. Cukup lebar menurutku. Ku hempaskan tubuhku ke sofa ruangan ini. 'cukup nyaman' ucapku dalam hati. Saat aku bersandar ke dinding kamar ini. Tiba tiba ada yang berdesis 'sssssssssssh' dan meniup kupingku.
Aku yang sedang bersandar seketika refleks bangun. 'A, denger gak? Ada yg berdesis gitu!' ucapku dengan terburu buru. Aa yang sedang makan puding yang penuh di mulutnya menjawab 'hah.. suuuaraa apaaa?!'
'Ada yang berdesis! Terus kuping gue ada yg niup gitu!'
'Ssssst! Jangan berisik!' ucap kakek dengan nada tinggi. Aku dan aa terdiam. Merasa tidak enak karna suara kami terlalu bising untuknya. 'iya ji, maafin muti' ucapku meminta maaf.
Aku berjalan ke toilet. Saat aku membuka pintu toilet, entah mengapa. Aku melihat sosok berambut panjang, lidah menjulur keluar dan tubuhnya basah. Dengan refleks aku menutup bibirku dengan telapak tangan.
Ia melihatku dengan tatapan yang nanar. Aku bingung saat itu, 'lah, kok gue liat lagi sih.....' dalam hati. 'Dek, kenapa lu?' tanya Aa dengan nada yang pelan. 'enggak, enggak apa apa. Gue gak jd kekamar mandi deh!'
'lah kenapa?' tanya Aa dengan bingung. 'enggak enggak enggak apa apa.' ucapku seraya menelan ludah. Fikiranku mulai berputar putar. 'kok gue liat lagi ya?'
Setelah kepergian teman kecilku, Anna dan Aprile 5 tahun lalu.
Aku berteman dengan hantu belanda yang bernama Anna. Dan hantu kecil anak pribumi bernama Aprile. Kami berkenalan di sebuah taman bermain didekat rumahku. Aku dulu cenderung pendiam, namun menemukan 'sosok teman baru' saat bertemu mereka.
Kakek tidak setuju. Kakek marah saat mengetahui bahwa aku berteman dengan 'mereka' maka dari itu, kakek langsung menutup 'mata batinku' agar aku tidak dapat bertemu Anna dan Aprile lagi. Kakek sukses menjauhkan kami, hingga saat ini.
Lanjut enggak ini teeeh?🤟🤟✨
Maaf td abis beres beres sebentar😂
Aku ingin sekali bertanya kepada kakek. 'mengapa' aku bisa melihat 'Mereka' lagi?
Kulirik kakek ku yang sedang terbaring lemah. Ia menggenggam sebuah tasbih seraya ia berdzikir.
Aku mengurungkan niat untuk bertanya. Aku sangat sayang kakek.
Ia orang kedua setelah bapak, yang aku sayangi kala itu. Kakeku melihat ke arahku, ia memanggilku dengan meng-isyaratkan tangannya ke arahku. Aku bangun dari sofa ruangan itu dan berjalan ke arah kakek. Kemudian Kakek mengelus rambutku perlahan..
'Mu..ti.. jangan takut ya.. Ada Allah' ucapnya dengan nada bergetar. Alisku naik perlahan. Aku mengerti isyarat itu. Aku mengangguk tanda setuju. 'Gi..maa..na.. se..kolaah.. muti?' tanya kakekku.
'baik ji' ucapku dengan tersenyum.
'mu..ti, jan..gan lupa te..rapi ya' ucap kakek dengan terbata bata.
Saat itu aku di vonis dokter; Kista, Kista yang hampir mengelilingi rahimku. Disaat kakek sakit pun, ia masih sangat perhatian dengan kondisi kesehatanku.
Pada hari Rabu dan Jumat. Aku menjalani terapi di Dokter W1jaya. Karna pola makan dan faktor setres yang membuat aku mengidap Kista diumur yang sangat belia.
'De, ayo pulang. Besok kesini lagi!' ucap Aa. 'Iya, A.' aku dan aa berkemas untuk pulang kerumah. Aku dan aa berjalan melewati bangsal rumah sakit ini lagi. Aku menunduk takut. Karna aku takut melihat 'Mereka' lagi.
'Lo kenapa si De?' tanya aa kebingungan. Aku refleks melihat ke arah Aa, dimana aku dan aa berjalan melewati bangsal rumah sakit ini. Aku melihat di belakang aa ada sebuah kepala yang terbang melayang tanpa badan.
Iya, tepat di belakang Aa.
Aku menelan ludah. Sosok kepala tanpa badan itu seperti ingin menjilat kuping aa. Aku refleks memukul kepala Aa dengan sangat kencang
'PLAK!' dengan entengnya telapak tangan ini memukul. Aa pun naik pitam! 'Apa apaan sih lu De?! Sakit anjir!!' aku tidak mendengarkan Aa, fokusku masih dengan kepala tanpa badan itu.
Ia melototi aku dengan tatapan nya yang seakan marah. Aa masih sibuk marah marah sambil memencet lift. 'Ting' suara pintu lift terbuka.
Tidak!!!!
Aku melihat badan yang tanpa kepala di dalam Lift.
Apakah... Ini adalah tubuhnya?
Kaki ku refleks mundur ke belakang.
'ngapain lo? Buru masuk!' ucap aa dengan nada tinggi. Mungkin Aa kesal karna aku memukulnya tanpa sebab. Aku masih terdiam mematung. 'yeee buru De, lo kenapa si dr tadi aneh. Capek nih gue mencet tombol Lift!'
Aku menelan ludah seraya melangkahkan kakiku masuk ke dalam Lift.
Tanganku gemetaran ketakutan. Aku menundukan kepalaku agar tidak melihat sosok kepala itu.
'Kenapa sih De? Cerita aja kalo ada apa apa, gue kan abang lo! Kebiasaan lo mah apa jg dipendem' ucap Aa.
Aku melirik ke arah belakang Aa berdiri. Aku menelan ludah kembali. 'Ng... Itu..' ucapku terbata bata. 'kenapa?! Bilang! Kesel gue jdnya kalo lo kaga jelas, maen nabok gue aja!'
'Ng.. itu, ada kepala buntung di belakang lo A.....'
Dengan persekian detik, Mata Aa terbelalak melihat ke arahku 'Yang boneng lo De?!' 'Suruh dia geser kek ke belakang lo aja dek!! Ya Allah dek kenapa lo segala bilang sih?! Ini lift lama banget kaga kebuka buka ya Allah tolooooong!!!' ucap aa seraya ia memukul2 pintu Lift saat itu
'Kok lu diem aja sih? Bilang buru ke si pala buntung itu buruuu suruh geser jgn ke gueeee dek yaAllah!!'
'Ya gue harus bilang gimana?'
'bilang jangan deket gueee!!' dengan isyarat tangan aa mengayuh2 ke arahku.
Aku melirik kepala tanpa badan itu. Badannya berdiri di belakangku, dan kepalanya berdiri tepat di belakang Aa. 'Lo mau geser posisi?' tanyaku datar. 'Iya buru buruuu!!' ucap aa dengan ia menggeserkan badannya ke samping tubuhku.
'tapi A... Belakang gue itu badannya dia. Jd lo mau deket palanya apa badanya?' ucapku kepada Aa.
'Hah? Ya gak dua dua nya Dek yaAllah dek! Ini lift kenapa sih lama bangetttttt?!'
Saat itu kami merasa seperti sudah 50 tahun berada di lift, waktu terasa lama sekali untuk turun ke Lobby.
Bersyukur, pintu Lift terbuka. Kami sudah sampai di Lobby. Aku dan Aa bergegas keluar Lift. Rasanya ingin kabur sekencang mungkin :') aku menengok kekembali ke arah Lift itu. Sosok kepala itu keluar Lift, namun badannya tetap berada didalam Lift.
'De, kepala buntung itu gak ngikutin kita kan?!' tanya aa dengan panik, kami setengah berlari menuju parkiran. 'Enggak enggak. Ucapku kepada Aa. Di parkiran, ada mang Aki, supir pribadi kakeku yang selalu siaga mengantar keluarga kami.
Temen2 sampai disini dulu ya! Besok aku akan berkisah lagi! Seperti biasa, habis berbuka aku akan berkisah. Karna sudah terlaru larut malam, aku harus memasak untuk sahur muehehe. Besok lagi ya✨
Setelah aku dan Aa sampai parkiran. Kami bergegas masuk ke mobil dengan nada ter-engah engah.
'eeeh.. kenapa muti sama akup lari lari?' tanya mang Aki dengan keheranan. 'Gapapa mang Aki. Ayo pulang mang!' ucap Aa kepada mang Aki.
Btw Aa dulu dipanggil Akup sama mang aki, karna nama Aa; (Jacob)
Kami di jalan masih mengalami ketakutan. Takut-takut sosok kepala tanpa tubuh itu ikut kami pulang kerumah😭
'Gimana keadaan Aji?' tanya mang aki memecah keheningan, 'Kondisinya masih bisa dikatakan belum aman sih mang' jawab Aa dengan nada yang lesu.
'Berdoa aja kalian teh! Semoga Aji bisa sehat lagi terus bs ajak muti sm akup jalan jalan lagi ya!' tandas Mang aki.
'Amin mang' ucapku seraya menghela nafas. Tidak terasa, kami sudah sampai dirumah.
'Muut, nanti mang Aki jemput lagi gak? Soalnya nanti malem ada Teh Nur turun dari Jambi!' ucap mang aki kepada kami.
Nur adalah tante kami, keluarga yang jauh tinggalnya, menyempatkan diri untuk melihat kondisi kakek.
'Oh tante Nur dateng mang Aki? Kalo gitu... Muti sm Aa dateng lagi deh mang' ucapku kepada mang Aki.
'yaudah atuh mut. Nanti abis magrib mang Aki kesini lagi ya,
Mang Aki ke pangkalan dulu' ucapnya. Aa dan aku mengangguk tanda setuju.
Aku bergegas membuka pintu dan berjalan menuju kamar. Aku ingin sekali merebahkan diri, karna merasa lelah seharian ini beraktivitas dan masih takut sekaligus 'shock' mengetahui aku melihat 'Mereka' lagi.
Aku mulai mengganti seragam sekolah dengan baju yg biasa aku pakai dirumah. Kemudian aku tidur siang.
Magrib pun tiba, Aa memanggilku untuk segera bergegas ke Rumah Sakit 'De.. buru, mang aki uda dateng nih! Ucapnya kala itu.
Aku dan aa bergegas menaiki mobil dan jalan ke arah rumah sakit. Ada sedikit senang namun aku takut bila aku harus bertemu sosok kepala tanpa badan itu lagi. Namun aku mencoba untuk menghiraukan ketakutanku saat itu.
Aku dan Aa sibuk melihat ke arah jendela mobil. Melihat jalanan yang pengendaranya semakin padat.
Sesampainya kami di Rumah sakit, kami turun dari mobil, berjalan menjju Lobby. Saat pandangan mataku menuju ke Arah lobby...
'Deg'
Jantungku seperti ingin loncat...
Aku melihat sosok kepala tanpa badan itu lagi. Ia sedang berdiri tepat di pintu masuk.
Aku ingin bilang sm Aa, namun aku takut Aa malah jadi parno dan tidak mau untuk naik ke atas
Teman2, sebentar ya! Ada Lasmi main kerumah 😂
Aku berjalan menuju kamar kakek, berjalan perlahan untuk menaiki Lift. Sepanjang jalan, aku menunduk saja.
'Dek, kepala buntung itu ada lg?' tanya Aa memecah keheningan
Aku melirik ke arah Aa.
Kemudian menggelengkan kepala dan menjawab 'Gatau'.
Padahal, sosok kepala tanpa badan itu sedang mengikuti kami berjalan menuju Lift.
'Gimana sih lu Dek, pala buntungnya gak nongol gitu?'
'Hmm'hhh' jawabku dengan malas.
'TING' suara Lift terbuka.
Benar saja, sosok kepala tanpa badan itu mengikuti kami di Lift.
Aku menghela nafas dan mencoba untuk tenang.
'sepi banget cuma kita berdua lg yg naek' ucap Aa dengan parau.
Aku melirik ke arah Aa. Ternyata, Aa sedang memerhatikan mimik wajahku.
'Gue tau, lu nyembunyiin sesuatu kan dari gue?'
'Nyembunyiin apa?' tanyaku lagi.
'Hati gue berkata ssst... Sini gue bisikin dek' ucapnya dengan nada yang semakin rendah
'si pala buntung itu ada dideket kita ya?' ucap aa dengan nada berbisik.
'Apaan si segala bisik bisik lu. Takut lu ya?' jawabku dengan nada meledek
'Enggak sih, cuman males aja apa. Gue sih gak takut. Ngapain takut sama setan..'
'Ooh.. Sebenernya, kepala buntungnya ada di tengah tengah kita A' ucapku berbisik pelan.
'HAH! YAALLAH ALLAHUAKBAR!!! Ini kenapa liftnya lama banget sih?! Ya Allah spot jantung gue lama2!!!!' Aa penuh kepanikan dan ia memencet2 tombol lift. 'TING' pintu lift pun terbuka...
Dengan refleks kakiku mundur selangkah. 'Lo kenapa dek? Kok mundur? Kita naek tangga aja buru!!' ucap Aa.
'A... A..' aku melihat ke pintu Lift yang terbuka, bibir dan mataku seakan terbelalak kaget
'kenapa Dek?' ucap Aa, aku menahan tangan Aa yang ingin keluar Lift.
Aku melihat sosok ibu yang memakai baju oprasi berwarna hijau, namun perutnya bolong dan terbuka. Wajahnya pucat pasi, bibirnya berwarna biru, matanya tidak memiliki bola mata dan sekitar matanya berwarna merah. Ia berdiri tepat di depan pintu Lift
'Ayo dek! Buru keluar!' ucap aa seraya ia menarik bajuku agar aku tersadar dan keluar dari Lift. Aku dan Aa pun berhasil keluar dari Lift. Dan kami berada di ruang bermain Anak.
Sekeliling kami menatap kami heran.
Ya, ada dua adik kakak yang ingin keluar Lift lari dengan tergesa-gesa. Pengunjung menatap kami dengan heran. Kami berjalan meleos, berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa.
Kami harus menaiki anak tangga untuk ke lantai 5, sedangkan kami masih di lantai dua. Menurut kami lebih aman jalan melalui tangga, dari pada harus menaiki Lift setan itu lagi.
Kami berjalan menaiki tangga perlahan lahan. Sambil menaiki tangga, kami hanya diam saja. Larut dalam fikiran kami masing-masing.
Sesampainya kami di lantai 5, suasana sangat sepi, hanya 1 orang satpam dan dua orang suster yg berjaga.
Kami berjalan melewati bangsal lagi. Ada sekitar 10 kamar tidak ada penghuni. Hanya kakek kami saja yang mengisi. Di sekeliling kami semua kamar gelap, hanya lampu bangsal yang menerangi kami berjalan.
Sesampainya kami di kamar kakek, Ada tanteku dari jambi. Ia menyambut kami dengan ramah. Karna kami jarang bertemu.
Aku melihat kakekku sudah tidur dengan lelapnya. Aku tak ingin mengganggu beliau.
Ada sepupuku yang lain datang dari Jambi. Kami bersapa dan menanyakan kabar masing-masing.
Setelah itu, aku mendapatkan kabar dari sepupuku bahwa satpam td mengeluh.
Mengeluh karna harus jaga di lantai 5. Dimana lantai ini dikenal dengan horornya. Aku tak heran mengapa ia mengeluh. Karna memang sangat sepi dan tidak ada orang berlalu lalang.
Setelah selesai bercakap cakap dengan sepupu-sepupuku. Aku memberanikan diri untuk berjalan ke sekeliling bangsal dan ruang tunggu. Jujur aku bosan untuk berdiam diri di kamar kakek.
Perlahan, aku berjalan melewati bangsal. Aku mengamati keadaan sekitar, kamar kamar yang gelap dan penerangan yang cukup minim.
Aku sedang mengamati sosok yang kosong, tiba2 ada suara dari atas seperti seseorang sedang mendorong troley / kasur rumah sakit. Suara yang di timbulkan seperti gesekan roda dengan sebuah papan.
'gruduk gruduk gruduk'. Aku berfikir 'mungkin ada suster yang sedang memindahkan kasur'
Aku berjalan menuju suster yang berjaga. Saat aku menghampirinya, ia dan temannya terlihat gusar
Tiba2 temannya berkata 'tuh kan ada lagi suaranya. Gue takut bangeet kaya yg dulu'
Alisku berdenyit, 'yang dulu?'
Aku menghampiri kedua suster itu.
'kalau jaga memang sendiri ya sus?' tanyaku membuka obrolan.
'Iya dek, cuma berdua sm satpam didepan' ucapnya dengan Ramah.
'Kok di vvip ini sepi banget ya sus? Cuma kakek saya aja' ucapku.
'iya, soalnya jarang Dek. Paling di sebrang yg vip. Itu juga yg ngisi cuma 4 orang'
'Oooh iya sih, sus... Kalau kamar sebelah kakek saya memang ada orang ya? Saya kemarin denger kaya ada orang sih sepintas. Tanyaku lagi kepada suster itu.

Kemudian, suster itu bertatapan dengan wajah heran.
'eng....ng..' salah satu suster tidak bisa menjawab pertanyaanku. Kemudian temannya membalas 'Kamu, kenapa sendirian? Ini udah malem lhoo..'
'iya sus, saya lagi bosen aja sih sebenernya' ucapku kepada suster itu.
'saya kedepan dulu ya sus' ucapku lagi.
'Oh..iya iya dek..' ucap kedua suster. Aku berjalan penuh heran. Seperti ada yg disembunyikan oleh suster tersebut.
Aku perlahan duduk berjalan dan di ruang tunggu. Sepi sekali, satpam yang berjaga pun tidak ada di tempat.
Tiba2 ada suara *TING* kemudian pintu lift terbuka dengan sendirinya.
Pandanganku tertuju kepada lift itu, pintu lift terbuka, namun aku tidak melihat ada org sama sekali
Aku menatap lift dan mengeryitkan dahi. 'gak ada orang. Tapi gada apa2 juga....' ucapku.
Pintu lift tetap terbuka. Seakan akan sedang ada yg menahan tombol pintu terbuka. Namun, aku lihat tidak ada sama sekali orang atau pun mahluk apapun.
Aku berdiri mematung melihat ke arah lift. Tiba tiba pintu lift tertutup dengan sendirinya, tiba - tiba terbuka dengan sendirinya. Tertutup-dan terbuka. Berulang ulang. Aku hanya bisa berdiri mematung melihat lift yang tertutup dan terbuka itu.
Tiba tiba aku merasakan leher belakangku terasa dingin....
Saat aku menengok ke belakang, sosok seorang ibu memakai baju oprasi berwarna hijau dan perutnya yang bolong berada di belakangku.
Ia seperti mendesis 'ssssssssss' tepat di kupingku. Entah mengapa aku berdiri mematung. Aku menatap perutnya yang bolong dengan bergidik ngeri.
Sepersekian detik otaku berfikir apa ia seorang ibu yang gagal oprasi / mengapa?
Kdg suka auto correct maapin ya aku gak ngeh kalo keganti2 😭😭😭 mau nulis berdua, keganti jd sendiri. Mau ganti berjalan jd duduk 😭😭
Beso lanjut lg ya!🖤❤️
Halooo mau lanjut lg yuk #Araberkisah! ❤️
Kaki dan tanganku mulai dingin, perlahan lahan, bola mataku mulai menatap sekeliling.
Sial, ucapku.
Gada orang bro......😭
Aku ingin sekali berteriak, atau berlari sekecang mungkin, namun kakiku terasa kaku, bahkan telapak tanganku terasa seperti direndam ribuan es batu.
Aku mulai mengatur nafas, sosok ibu memakai baju oprasi dengan perut yang bolong itu sedang manatapku dengan tajam.
'TING' tiba-tiba, ada suara lift terbuka.

Jantungku terasa ingin loncat, rasa takut mulai menghujam perasaanku, aku mulai merasa kecil.
Apakah.....
Yang saat ini berada di lift adalah;

Hantu dengan sosok kepala tanpa badan.......
Pintu lift pun mulai terbuka...

'Neng, ngapain disini? Segala bengong si neng. Jangan bengong neng!'
Ternyata, yang datang adalah satpam yang menggantikan untuk jaga malam.
'hhhhhh' aku menghela nafas dengan lega.
Aku tersenyum kepada satpam itu. Kemudian sang satpam berjalan menghampiriku.
'ngapain neng di sini? Masuk aja kekamar.' ucapnya dengan nada yang berusaha merendah. Satpam itu terlihat kesal ketika melihatku berdiri dan seakan sedang melamun.
Padahal, yang sesungguhnya aku sedang tidak melamun.
'iya pak, saya kedalam dulu ya' ucapku, pamit kepada sang satpam. Aku mulai memasuki bangsal rumah sakit lagi. Perlahan, aku menengok ke arah suster yang sedang berjaga.
Aku melihat sosok sundel bolong, yang sedang berada di belakang suster tersebut. Sosok sundel bolong itu sedang membelakangi si suster. Bibirku refleks terbuka dengan sendirinya. Jujur, saat itu aku takut.
Dan aku refleks memejamkan mata.
Sosok sundel bolong itu tinggi, rambutnya sangat kusut seperti tidak pernah disisir selama 10 tahun. Belakang tubuhnya terdapat luka bolong yang mengaga, serta terlihat seperti ada belatung yang menghiasi luka yang menganga lebar pada punggungnya.
Suster yang sedang melihatku-pun mulai bertanya kepadaku.
'kenapa dek?' tanyanya dengan tatapan yang heran.
'e..eh. eng..gak sus. Gapapa.' ucapku seraya aku berlari kecil menuju kamar kakek.
Aku mulai mengajak aa untuk pulang kerumah.
Aa pun setuju untuk pulang, kami berdua pun berpamitan kepada kakek & keluarga kami.
'Dek, gimana ya. Kita naik lift lagi gitu?' tanya aa.
'ya, mau gimana a. Apa mau lewat tangga?' tanyaku.
'boleh sih, yuk lewat tangga aja. Spot jantung gue kalo naek lift'
Aku dan aa sepakat untuk pulang berjalan melewati tangga. Kami berdua melewati bangsal kamar ini dengan perasaan was-was. Keadaan bangsal ini sepi, sunyi dan dingin. Kamar2 yg kosong pun sangat gelap gulita. Kami berdua berjalan pelan untuk keluar dari bangsal rumah sakit ini.
Aku melirik sepintas ke arah suster yang berjaga.
Sial, ucapku.
Sosok sundel bolong itu kini menghadap ke arahku.
Ternyata, sosoknya cukup menyeramkan.
Sosok sundel bolong itu; disekitar matanya seakan bolong dan berwarna merah. Ditengahnya terdapat bola mata yang hanya berwarna putih. Hidungnya rusak, seperti terseret / entah mengapa. Bibirnya penuh dengan darah. Yang membuat aku tidak sanggup melihat kearahnya karna;
Bagian perutnya yang bolong dan penuh belatung.
Aku seakan tidak berani untuk bertatapan dengan lama. Aku mengalihkan pandanganku ke arah Aa.
Aa melihat ke arahku dengan tatapan heran. 'Kenapa dek? Ada pala buntung lagi ya?!' tanya nya penuh curiga.
Aku menggeleng. Berharap memang sosok kepala tanpa badan itu tidak 'hadir' lagi, kali ini.
Kami berjalan untuk menuruni tangga rumah sakit. Sesaat, aku melihat sosok yang kami khawatirkan sedari tadi. Yaitu, sosok kepala tanpa badan. Iya, sosok itu sedang berdiri di hadapan kami.
Haloooo semua, siap siap untuk #Araberkisah ? 🤟✨✨
Aku mulai berpura-pura untuk tidak melihat sosok kepala tanpa badan ini. Aku berjalan dengan perlahan lahan bersama aa. Aa berjalan dengan penuh kegusaran. 'Aduh, gue kok merinding ya Dek' ucap Aa. Sosok itu berada tepat di samping tangan kanan ku.
Kali ini aku mencoba untuk tegar. Berjalan dengan amat berhati hati, perlahan lahan menuruni tangga. Akhirnya, aku dan aa tiba di lantai Lobby, aku menghela nafas. Sosok itu tidak ada lagi. 'Alhamdulilah' ucapku.
Diperjalanan pulang pun aku&aa sibuk dengan fikiran kami masing2. Sesampai di rumah, aku saat itu menempati rumah nenek sendiri. Aa pulang kerumah mama. Sesaat, aku hendak mencuci muka namun sialnya...
Saat aku mulai memutar keran air. Pandanganku menangkap sosok kepala yang melayang yang memantul di kran air. Kran air kamar mandirumahku seperti berbahan stainless. Aku terdiam dan memastikan apa yg aku lihat.
Kepalaku perlahan lahan maju, untuk melihat lebih jelas ke arah kran air. 'Glek' aku menelan ludah. Dengan perlahan-lahan, aku menengok ke arah belakang, dan dengan tiba tiba sosok kepala yang melayang itu tepat berada didepan wajahku dengan jarak hampir sejengkal.
Ya, aku gambarkan sosoknya. Kepala yang memiliki rambut agak ikal, mata kirinya bolong, namun, mata kanannya seakan rata tidak memiliki mata. Bibirnya tebal berwarna merah seakan habis meminum seliter darah segar.
Aku terpaku dengan pandangan didepan mataku. Sosok itu seperti menggerakan bibirnnya, dan perlahan lahan ia mulai mengeluarkan lidahnya yg menjulur keluar. Alis mataku mulai mengerut, debaran jantung yang tidak bisa ditahan lagi.
Aku ingin berteriak sekencang mungkin, namun sial. Aku tidak dapat berbuat apa-apa.

Lidah yang menjulur keluar itu mulai mendekati wajahku, seperti ingin menjilat pipiku yang mulai basah karna keringat yang keluar dari dahiku.
'Dek, Dek...' tiba tiba ada suara Aa dari luar kamar mandi.
'Yaallah, gue disini tolong...' ucapku dalam hati.
'si Ade pergi apa gimana ya?' ucap Aa.
Dengan tiba tiba, sosok itu pun menghilang.
Aku yang nyaris dijilat oleh sosok kepala buntung itu terengah engah mengatur nafas. Aa mulai mengetuk pintu kamar mandi.
'De, lo dikamar mandi?' ucapnya.
Aku pun perlahan membuka pintu kamar mandi, dengan wajah pucat pasi.
'Lu kenapa Dek? Sakit?'
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Ternyata aa datang membawa sebungkus Nasi goreng. Lalu Aa menaruh nya di meja makan.

'Tutup pintunya, Dek! Kunci..'ucapnya.

Aku mengangguk dan menutup pintu perlahan lahan.
Aku berjalan kembali kekamar. Masih menimbang-nimbang, mengapa sosok kepala tanpa badan itu datang kerumah nenek ku?
Pagi pun tiba, seperti biasa. Aku bersiap siap untuk berangkat sekolah. Aku menunggu jemputan sekolah, berbeda dengan Aa, ia berangkat sendiri membawa motor. Setelah sampai disekolah-pun aku masih menerka-nerka apa ada sesuatu?
Dan mengapa sosok itu tetap mengikutiku?

'Ara!!' lamunanku dipecahkan oleh suara teman sekelasku. Aku menyambut sapaannya dan masuk kekelas.
Waktu pun berlalu, Bel pulang pun berbunyi. Aku bergegas untuk pulang dan ingin kerumah sakit lagi untuk menengok kakek.
Aku bergegas menghubungi mang Aki agar ia mengantarku kerumahsakit. Kali ini, Aa tidak bersamaku ke rumahsakit. Ia mengatakan bahwa ada kelas tambahan.
Sesampainya dirumah sakit, aku berjalan untuk menaiki Lift.
Aku bernafas lega karna Lift lumayan terisi dengan orang orang yang ingin keatas juga. Aku berdiri di dalam pojok Lift. Saat pintu Lift hendak tertutup setengahnya, tiba tiba sosok badan tanpa kepala masuk ke dalam Lift......
Posisiku tertahan oleh orang orang yang berada di Lift, aku melirik sekeliling. Ya, mereka tidak menyadari 'Hadir'nya sosok kepala tanpa badan ini. Ia perlahan lahan berjalan menembus orang orang yang berada di Lift, & kemudian sosok kepala tanpa badan itu berdiri tepat didepanku
'Jangan berdiri disitu.....' ucapnya. Suaranya seperti sedang membisikan kupingku.

Leherku seakan tercekat, bola mataku melirik ke arah suara itu berasal.....
Ternyata, bagian kepalanya yang melayang, tepat berada di samping telinga kananku. Ia melihatku dengan tatapan yang nanar, kemudian bibirnya yang merah-itu perlahan lahan senyum merekah.
'HAHAHAHAHAHA' Ia tertawa dengan lantang. Entah mengapa. Padahal, tidak ada yang sedang melakukan aksi stand up comedy, dan tidak ada pula yang sedang melakukan aksi guyonan lucu.
'Ini.... Tempatku....' ucapnya lagi dengan suara bergetar tipis.

Aku masih melihat sosoknya tersenyum dengan senyuman yang merekah, ia merasa seperti sedang diatas angin. Mungkin karna ia sedang melihat sosok anak kecil yang sedang ketakutan sendirian.
Kakiku bergetar pelan. Dihadapanku sosok badan yang hanya sebatas leher.
Disamping kananku, sosok kepala yang melayang. Ia seperti puzzle yang hilang, dan bila di satukan kepala dan badannya. Ia menjadi sosok yang utuh.
Perlahan lahan, penumpang Lift turun satu persatu.
Hanya aku dan sosok kepala tanpa badan ini yang berada di dal Lift. Aku menundukan kepalaku dan pandanganku, aku alihkan melihat sepatu sekolahku yang warnanya mulai pudar karna termakan usia. Aku sedang berusaha menghiraukan rasa takutku sendiri.
Tiba tiba, kepala buntung itu terbang dan sekarang berada tepat di bawah wajahku. Ia menatapku lagi, dan lagi lagi. Ia mengeluarkan senyumnya yang merekah.

'Ini tempatku....' ucapnya lagi.
'TING' Pintu Lift terbuka, menandakan lantai tujuanku sudah sampai. Aku melihat pintu Lift terbuka. Dan ada pam satpam yang berdiri didepan pintu Lift.

Aku bergegas untuk keluar Lift. Satpam itu melihat wajahku yang pucat pasi.
Maaf aku baru pulangggg 😭😭😭

Ini mau di lanjut sekarang / besok nii

😆
“Kenapa neng?” Ucap satpam yang kali ini shift jaga malam.

Aku hanya melirik pelan ke arah belakang.
Ternyata, sosok kepala tanpa badan itu sedang melihat ke arahku dan perlahan senyum.
Aku yang melihat ia tersenyum hanya bisa menelan ludah
“Gapapa pak..” ucapku.

Aku berjalan menyusuri bangsal rumah sakit.
Aku benar2 tidak memerdulikan apa yang ada disekitarku saat ini.
Sesampainya di kamar kakek pun, aku lebih banyak diam.

Aku sedang berusaha untuk menerima bahwa “mata” ini kembali terbuka.

:”)
Beberapa saat, aku ngobrol bersama kakek. Hanya hal hal ringan.

Jam besuk pun mulai habis. Aku pun pamit untuk pulang.
Saat pamit, kakek bilang bahwa “fokus UN. Jangan sering sering kesini” ucapnya.

Aku mengangguk pelan.
Karna aku akan menghadapi UN sebentar lagi.
Aku berjalan menyusuri bangsal lagi.

Hhh. Rasanya mau tarik nafas panjang. Harus melewati “kamar kamar” yang kosong.
Namun penunggunya banyak

😭
Aku berjalan hanya berani fokus melihat ke arah depan. Karna aku tahu, menjelang malam pasti

“Mereka” mulai berkeliaran lagi.

Suster yang berjaga senyum ke arahku.
Namun, selain suster.
Ada sosok yang ikut senyum juga ke arahku.

:”)
Sosoknya, berambut panjang. Badanya kuruuus kerempeng, benar benar kurus.

Matanya cembung berwarna hitam.
Ia ikut senyum kepadaku.

Aku mengangguk pelan ke arah suster.
Hatiku sudah mulai goyah.

Aku takut untuk naik Lift 😭
Aku berdiri didepan pintu Lift. Menunggu pintu ini terbuka.

Tiba tiba, bahu ku ditepuk oleh seseorang.

“Neng..”
“Mau turun?”

Ternyata satpam yang mulai berjaga malam.

“Iya pak..”
“Jangan sendirian neng. Saya anter ya!”

“Ooh iya pak boleh..”
Alhamdulilah, aku turun Ditemani oleh bapak satpam. Setidaknya, mengurangi rasa takutku saat itu😭😭😭
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with R. Arafah Natsir Affandi

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!