Namun yang ditunggu belum juga datang. Khawatir sholat subuh kesiangan, Nabi memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Namun tak ada seorangpun yang menjawab.
Nabi bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA..?
Nabi yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumahnya.
Rombongan Nabi sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).
Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut
“Benarkah ini rumah Sya'ban ?” Nabi bertanya
“benar ya Rasulullah, saya istrinya” jawab wanita tersebut
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“Beliau telah meninggal tadi pagi..”
“Innalilahi wainna ilaihirojiun Masya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya”
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rosul SAW :
Kami semua tidak paham apa maksudnya."
“Apa saja kalimat yang diucapkannya ?” tanya Rasul
“Aduh kenapa tdk lebih jauh..”
“Aduh kenapa tdk yg baru”
“Aduh kenapa tdk semua”
Lalu Nabi menjelaskan dari perkataan yg keluar dari lisan Sya’ban sbelum sakaratul maut
Nabi pun melantukan ayat yg terdapat dalam surat Qaaf 50 ayat 22 :
Saat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT
Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yang sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat.
Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya.
Saat melihat itu dia berucap:
“Aduuh kenapa tidak lebih jauh..?”
Dalam penggalan berikutnya Sya’ban melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.
Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya
Jadi dia memakai dua buah baju.
Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar. Sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan sholat dengan baju yang lebih bagus.
Sya’ban pun iba, lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut
Kemudian dia berteriak lagi:
“Aduuuh kenapa tidak yang baru...?”
Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Melihat hal tersebut Sya’ban merasa iba. Ia kemudian membagi 2 roti sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua
Allah kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga yg indah
Demi melihat itu diapun berteriak lagi:
"Aduh kenapa tidak semua..?”
Sya’ban kembali menyesal
Masya Allah , Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa ia tidak optimal
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat dimundurkan.
“Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam.”
“Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam .”
“Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya.”
Seolah kita tidak percaya kepada janji Allah.
Mengapa demikian ?
Karena apa yang dijanjikan Allah SWT itu tidak terlihat oleh mata kita pada situasi normal.
Mata kita tertutupi oleh suatu hijab.
Allah akan membuka hijab itu pada saatnya
Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan
Sya’ban RA telah menginspirasi kita
bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah SWT tsb
Namun penyesalannya bukanlah karena tidak menjalankan perintah Alloh SWT.
Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dengan optimal.
Semoga kita semua selalu bisa mengoptimalkan kebaikan-kebaikan disetiap kesempatan
Ya Raab 🤲🏿
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹