Thread by @penulisgarut

Tips mengembangkan sebuah media yg berkarir di bidang literasi baca-tulis, yang peminatnya boleh dianggap minim. Kami berani bilang "minim" sebab mari kita bandingkan media literasi seperti kami, dengan media yang lain.

A Thread.

Baik, sebelum berbagi tips dan ngomongin media, kami ingin menyampaikan lebih dulu bahwa ini hanya sebuah pandangan pribadi. Sehingga, jika kita tidak sependapat, maka, kami berharap, kita fine-fine saja dan nantinya bisa didiskusikan bersama.

Teman-teman sekalian, kami tim penulis Garut ini berkiprah di dunia literasi. Dan kami masuknya ke literasi baca-tulis. Dasar literasi, menurut Gerakan Literasi Nasional, ada 6. Ada literasi digital, kebudayaan, financial, numerasi, sains, baca-tulis.

Yang paling tidak banyak diminati orang bahkan boleh dibilang susah juga cara mengembangkannya, adalah literasi baca-tulis. Tetapi, ya mungkin juga literasi baca-tulis ini, menurut para penggiat literasi sains, kebudayaan, salah satunyalah. Karena mereka pun mungkin sama juga me-

rasasakan sepi peminat, mungkin.

Alasan kami bisa bilang minim peminat, apalagi ditambah kami bergeraknya lokalan, khusus mengedepankan kota Garut, gambarannya sederhana; lebih banyak mana orang tertarik hadir, ke event jajanan atau event buku? Ke acara ngomongin musik atau talkshow kepenulisan? Itu pertama.

Kedua, jika teman-teman memerhatikan Instagram penggiat literasi baca-tulis di kota kita, dari segi followersnya itu butuh proses banget buat naik. Contoh Komunitas Ngejah, yg di Singajaya, mereka eksis udah lama, penghargaan banyak, dianggap ada oleh pemerintah, tapi followers-

kalah oleh akun jajanan yg baru dibikin 3 bulanan.

Untungnya, penggiat literasi baca-tulis, kebanyakan dari segi mikirin followers mikirnya belakangan aja, bahkan ada yg menganggap ah gak terlalu penting, tapi soal konten, kualitas, karya, lebih di prioritaskan.

Ketiga, bagaimana bisa orang tertarik ke baca-tulis sedangkan dari akarnya saja, anak-anak kecil, difasilitasi oleh orang tuanya bukan rak buku, bukan buku bacaan, tapi gadget. Remaja sepeti kita, aktivitasnya lebih ke literasi digital, bukan baca-tulis.

Ya kita dihape baca juga, nulis juga, ngetweet, tapi konteksnya bukan disitu. Ini dalem sih kudu lewat podcast.

Nah, apakah media seperti info Garut, Garut Update, mereka masuk ke literasi baca-tulis?

Sependek ingatan kita tentu bilang ya. Tetapi akun info Garut, Garut Update, lebih cenderung ke digital. Makanya soal followers tentu luar biasa, berita-beritanya selalu kita nantikan, tapi aktivitas yg bener-bener menulisnya ada apa engga? Contoh kecil di website, jarang.

Ambil contoh Garut Update, untuk berita mereka tinggal edit gambar. Captions hasil buatan sendiri pendek-pendek sedangkan captions panjang-panjang hasil copy-paste dari berita Detik. Mereka tinggal nunggu ada berita soal kota Garut, baru kesempatan buat bikin konten.

Dalam hal ini, bukan wajar sih, tapi pantes minat baca di kota kota kita, minim ketertarikan ke dunia literasi baca-tulis, media-media besarnya saja kerja sambil rebahan. Engga bergerak langsung ke siswa, mahasiswa, buat merangkul bersama. Gerak bareng.

Kami dalam hal ini, bukan gak respect, tapi ngerasa sayang banget akun udah besar, endors dimana-mana, tapi aktivitas literasi yg nyatanya, kontribusinya belum terlalu kelihatan. Semoga segera diperbaiki. Doa kami itu saja.

Baiklah, kita sudahi soal membahas media besar.

Lalu, bagaimana sih tipsya supaya media yg fasshionnya sama dengan Penulis Garut bisa berkembang? Engga stuck ide, lalu vakum.

Pada tanggal 14 Mei 2020 ini, alhamdulilah kami sudah masuk 5 bulan berdiri. Selama 5 bulan ini, kami merasakan energi positif yg luar biasa. Ternyata, selama ini memang banyak banget orang Garut yang pengen nerbitin buku tapi gak ngerti caranya.

Kami ngerasa bikin akun Instagram penulis Garut gak sia-sia walaupun hanya sekadar pembantu. Dan kadang, feedback penulis yg kami bantu, enggak setara kalo dibandingkan dengan bantuan kami yg cukup lumayanlah. Tapi ya gapapa. Next, soal tips..

Tips pertama, cara mengembangkan akun literasi kita, adalah dengan bikin agenda bulanan. Ini wajib. Ini yg kami lakukan.

Malam ini, kami udah bikin konsep segala macam buat bulan Juni. Mau ngapain aja, penulis yg diangkat orang mana, dll.

Kedua, kolaborasi. Kami kolaborasi dengan penulis-penulis lokal. Kami kasih space. Rewardnya, orang yg follow penulis lokal itu gak selalu orang lokal lagi. Si pengikutnya ini bakal follow akun kita pas ikut acara karena jadi peserta. Makanya, ig kami dari oranh manampun ada.

Nah, kalo komunitas penulis ya bisa kolaborasi dengan komunitas penulis lainnya. TBM atau Taman Baca Masyarakat bisa shering soal perkembangan TBM masing-masing.

Ketiga, jika Anda rasa followers itu penting karena orang menilai kemajuan akun suka dari followers. Maka, jangan gengsi buat ngefollow dan minta follback. Itu yg dilakukan oleh Penulis Garut. Targetin sehari 10 followers, dikali 30 kan udah 300. Gitu sih.

3 hal itu coba lakukin aja dulu secara konsisten dan eksekusi setiap agenda yang Anda buat. Kalo agenda ada yg gak terlaksana, bikin plan 2 harus ngapain.

Jadi, bikin agenda. Kolaborasi. Berani minta follback. Selama sebulan, insya Allah ada perkembangan.

Sekian.

Sumber: penulisgarut.web.id

@threadreaderapp unroll please #garut #indonesia