My Authors
Read all threads
Lailatul Qadar ala Wong Cilik yg cuma hafal Fatihah (Thread Si Mbah Penjual Pisang)

"Wah…pisangnya bagus-bagus Mbah…"
kataku sembari berjongkok di depan perempuan sepuh yang berjualan di pinggir jalan depan pasar.

"Lha monggo _dipundut", (dibeli)..
kata perempuan itu riang.
Sungguh sudah sangat sepuh, rautnya penuh kerut. Kulitnya hitam. Kurus badannya.
Tapi suaranya cemengkling masih nyaring), riang. Giginya terlihat masih utuh.

"Ini kepok kuning bagus dikolak. ini kepok putih, utk digoreng sangat manis. Lha kalau itu pisang pista, kulit tipis.
...harum manis. tapi jgn dibeli karena belum mateng".

Aku hanya diam memperhatikan gerak tangannya yang cekatan, meskipun telah "ndredheg" (gemetar.)

"Sudah lama jualan, Mbah ?"

"Belum, ini ngejar rejeki buat lebaran."

"Putranya berapa Mbah?"

"Kathah (banyak, pada kerja)"
"Kok nggak istirahat saja to Mbah, siyam-siyam kok jualan"

"Lha nggih, ini karena siyam niku tho , nggak boleh istirahat. Mumpung Gusti Allah paring (beri) sehat"

Aku tercenung dgn jawaban si Mbah. Kulihat tangannya mengelap kening dan dahinya bercucuran) keringat.
Diantara penjual di pinggir jalan depan pasar itu, Si Mbah satu diantara yang menggelar dagangan tanpa iyup iyup (peneduh).
Padahal hari itu panas luar biasa.

"Kalau pulang jam berapa Mbah?"

"Jam tiga sudah pulang, lha ada kewajiban nyiapkan wedang (minum) buat buka anak2 TPA"
"Kok kewajiban, yang mewajibkan siapa Mbah ?"

"Nggih kula, (ya saya sendiri)"

"Oo, begitu. Setiap hari, selama puasa?"

“Inggih, wong cuma anak lima puluhan"

"Wah panjenengan (anda) hebat nggih Mbah"

"Halah cuma wedang sama jajanan kecil. Sing penting bocah2 rajin ngaji"
..Jangan bodoh kaya Mbah ini yang cuma bisa Fatihah"

Aku makin tercekat.
Kumasukkan semua pisang yang ditawarkan ke dalam tas kresek.

"Kok banyak banget, mau buat apa, mas? tanya si Mbah heran.

Aku hanya tersenyum. "Semua berapa Mbah?"
Perempuan sepuh itu menyebutkan nominal yang membuatku tercengang. "Kok murah banget Mbah"

"Mboten (ah enggak), itu sudah pas, ini bukan pisang kulakan (dari beli), tapi panen kebun sendiri"

"Nggih,matur nuwun" kataku sembari mengulurkan uang.
"Aduh, nggak ada kembalian, belum kepayon_ (laku)"

"Saya tukar dulu Mbah",
Aku sengaja meninggalkannya.
Pisang telah kuletakkan di mobil.
Mesin mobil pun kunyalakan.
Agak menjauh dari Simbah. Kumasukkan beberapa lembar uang sepuluh ribuan yang masih baru, ke dalam amplop,
Cukup dibagi satu satu untuk anak TPA
yang katanya berjumlah 50 anak tadi. Penutup lem amplop kubuka lalu kurapatkan.

"Ini Mbah, sudah saya tukar, sudah pas nggih."

Perempuan sepuh itu menerima amplop masih dgn tangan dredheg.
Tanpa menunggu jawaban, aku segera pergi.
Esoknya aku mampir lagi tapi kosong. Berikutnya aku mampir lagi tapi kosong juga. Penasaran kutanyakan pada ibu pedangang sebelahnya.

"Mbahe kok nggak jualan Mbak?"

"Oh nggak, beliau jualan kalau panen pisang aja, Sampeyan tho yang kemarin ngasih amplop" ?
"Weleh, Mbahe nangis ngguguk (tersedu2). Jarene bejo (katanya beruntung) & dapet Qodaran"

Barangkali yang dimaksudkan adalah Lailatul Qodar.
Malam yang konon lebih baik dari 1000 bulan.
Para malaikat turun dari langit. Ke langit hati kita. Menyelesaikan segala urusan.
Allah melapangkan rejeki dan kemuliannya bagi yang dikehendaki. Pun mempersempit bagi yang dikehendaki pula. Rejeki sesuai kapasitas kita. Lantas siapakah yang mendapatkannya ??
Barangkali Simbah inilah yang mendapatkannya.
Bukan karena ia ahli ibadah. Bukan pula karena I’tikafnya yang kuat di masjid.
Tapi dialah pelaksana dari yang katanya ‘hanya’ bisa *fatihah* itu, kesungguhan I’tikaf, bertindak, berlaku, dan berpasrah dalam keikhlasan dan keriangan rasa.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Hafidz ALATTAS

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!