My Authors
Read all threads
Tidak terasa sebentar lagi kita akan meninggalkan bulan suci Ramadhan, seperti yang sudah kita ketahui, ada tradisi tahunan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi itu kemudian kita kenal dengan nama mudik, yang secara interpretasi makna memiliki arti, sebagai proses pengembalian diri pada kebeningan hati dan kedamaian laku, atau bisa dibilang juga mengembalikan jiwa bersama kondisi geografis tanah kelahiran.
Kata mudik sendiri ternyata bisa dikaitkan dari bahasa Jawa yaitu “mulih disik” yang artinya “pulang dulu”, sebagai tradisi warisan nenek moyang untuk ziarah ke makam leluhur, ada juga pendapat lain yang mengaitkan mudik dengan bahasa betawi.
Yaitu, “udik” yang berarti kampung. Tidak ada yang tahu pasti kapan awal mulanya tradisi mudik ini terjadi, namun yang pasti tradisi mudik ini sudah terjadi sejak era Kerajaan Majapahit.
Selain dimulai dari Kerajaan Majapahit, tradisi mudik juga dilakukan oleh Kerajaan Mataram Islam, terutama mereka yang sedang berjaga-jaga di daerah kekuasaan, menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Mereka pulang untuk menghadap Raja, untuk sama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga.
Sementara apa yang terjadi dengan Kerajaan Majapahit lebih karena adanya urbanisasi pada era tersebut, ini bisa disebabkan karena Kerajaan Majapahit memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas, dan dikenal memiliki hubungan kerja sama regional yang sangat kuat.
Mereka menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya, dan kembali pulang mengunjungi keluarga di Kampung halaman, meminta restu agar pekerjaan di perantauan berjalan dengan baik.
Selain itu tradisi mudik juga digunakan mereka untuk ziarah ke makam leluhur mereka, nilai spiritual yang terkandung dalam ziarah inilah kemudian berdialetika dengan kultur budaya setempat untuk selanjutnya berkembang menjadi tradisi yang bernama mudik.
Indonesia sendiri memiliki banyak budaya yang menjadi refleksi dari tradisi mudik itu sendiri, salah satunya adalah tradisi Barong Ider Bumi yang berasal dari Banyuwangi.
Ritual ini digelar setiap tanggal 2 Syawal, atau pada hari kedua Idul Fitri, di dalamnya ada berbagai macam tari-tarian, semburi othik-othik, yang sering biasa diakhiri dengan kenduri masal.
Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dan selalu dilaksanakan tepat pada pukul 2 siang di hari kedua lebaran Idul Fitri, ada makna filosofis yang penuh dengan napas Islam.
Selain itu tradisi Barong Ider Bumi juga dimaknai sebagai tradisi tolak bala, sementara angka 2 melambangkan simbol ciptaan Tuhan yang diciptakan secara berpasangan, seperti laki-laki dan perempuan, siang dan malam, dan lain-lain.
Seiring perkembangan jaman tradisi mudik pada jaman dulu dan sekarang sudah mengalami sedikit pergeseran fungsi, dari yang awalnya dijadikan sebagai momentum untuk menjunjung nilai luhur silaturahmi.
Kini berubah menjadi ajang pamer eksistensi, namun berbeda dengan Lebaran Idul Fitri tahun ini, terjadi bersamaan dengan masa pandemi yang masih belum berakhir.
Kini akibat virus covid-19, tidak semua dari kita bisa punya kesempatan untuk mudik, tidak semua dari kita bisa menikmati kehangatan berkumpul bersama keluarga, merasakan ketenangan suasana kampung halaman, atau sejuknya alam pedesaan.
jika kita kembali pada makna mudik sebagai proses pengembalian diri menuju kebeningan hati, sejatinya tanpa mudik sekalipun, kita sudah bisa mendapatkannya.
Karena itu semua letaknya ada di dalam hati kita, dalam pikiran kita, yang akan menghubungkan kita kepada mereka yang kita rindukan.
Seperti filosofi Jawa yang berbunyi “Urip iku urub”, manusia hidup harus menjadi nyala terang bagi sekitarnya, saat kondisi pandemi seperti ini, memiliki hati bening saja tidaklah cukup, kita harus bisa berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan.
Karena pada hakikatnya Tuhan adalah cahaya yang menerangi kita dengan pancaran kebahagian yang tidak terkira.
Semoga kita termasuk manusia yang kembali memiliki hati yang bening, yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, atas kemenangan besar yang diperoleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Selamat merayakan Idul Fitri teman-teman Javanica, mohon maaf lahir batin.

Kontributor: Deli Putra
Ilustrator: Kakak Day
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with The Lost Book

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!