Thread by @logos_id

[Review[ Niccolo Machiavelli merupakan salah satu filsuf sekaligus politikus terbesar sepanjang sejarah. Bukunya, The Prince, menjadi inspirasi dari pemimpin dan diktator terkemuka di dunia seperti Benito Mussolini. Seperti apa pandangan buku The Prince?

- a thread!

Machiavelli lahir di kota Florence, Italia, pada masa pergolakan yang sangat konstan. Masa mudanya diisi dengan pergantian takhta keluarga Medici dan invasi Perancis dibawah Charles VIII pada tahun 1494 yang membuat daerah-daerah Italia diperebutkan oleh kekuatan asing.

Sebagai seorang politisi, Machiavelli menghabiskan 14 tahunnya pada masa tersebut untuk berpergian ke berbagai kota sebagai pengemban tugas misi diplomatik. Hal ini untuk menopang republik Florence. Dalam kegiatan diplomatik ini akhirnya ia membuat karya terbesar The Prince.

Ia bertemu dengan Cesare Borgia, putra tidak sah dari Paus Alexander VI yang sangat berkuasa di Italia Utara dan merupakan ancaman serius bagi Florence. Walaupun begitu, Machiavelli sangat terkesan oleh semangat, kecerdasan, dan kemampuan Cesare.

Setelah kematian Paus Alexander VI pada tahun 1503, penggantinya yaitu Paus Julius II ialah orang kuat lain yang membuat Machiavelli terkesan akan kecerdikan dan kemampuan militernya. Kedua orang ini menjadi inspirasi terbesar Machiavelli dalam seluruh karyanya.

Sudah menjadi pandangan umum diantara para filsuf politik bahwa ada hubungan khusus antara kebaikan moral dan otoritas yang sah. Banyak penulis yang percaya bahwa penggunaan kekuatan politik hanya sah apabila dilakukan oleh penguasa yang karakter moral pribadinya berbudi luhur.

Dengan demikian, para penguasa dinasihati bahwa jika ingin berhasil, mereka harus berperilaku sesuai dengan standar kebaikan etis masyarakat. Tetapi, Machiavelli dengan panjang lebar mengkritik pandangan moralistik tentang otoritas ini dalam buku The Prince.

Baginya, tak ada dasar moral untuk menilai perbedaan antara penggunaan kekuasaan yang sah dan tidak sah. Sebaliknya, otoritas dan kekuasaan pada dasarnya sama: siapapun yang punya kekuasaan, memiliki hak untuk memerintah; tapi kebaikan takkan menjamin kekuasaan.

Machiavelli juga melanjutkan bahwa orang yang baik tidak lagi memiliki otoritas berdasarkan kebaikan. Ia mengatakan bahwa satu-satunya perhatian nyara penguasa politik ialah akuisisi dan pemeliharaan kekuasaan.

Dalam pengertian ini, Machiavelli menghadirkan kritik tajam terhadap konsep otoritas dengan berargumen bahwa gagasan tentang hak-hak pemerintahanan yang sah takkan menambah possession kekuasaan yang sebenarnya.

Karya ini bermaksud merefleksikan realisme politik Machiavelli yang sangat sadar bahwa kebaikan dan hak itu tidak cukup untuk memenangkan serta mempertahankan jabatan politik. Machiavelli menyatakan bahwa kekuasaan itu secara khas mendefinisikan aktivitas politik.

Teori politik Machiavelli mewakili upaya bersama untuk mengecualikan masalah otoritas dan legitimasi dari pertimbangan dalam diskusi pengambilan keputusan politik. Ia mengakui bahwa hukum yang baik & pasukan yang baik merupakan fondasi ganda dari sistem politik yang tertata baik.

"Tidak mungkin ada hukum yang baik tanpa senjata yang baik, saya takkan mempertimbangkan tentang hukum, tetapi saya membicarakan senjata". Dalam kata lain, legitimasi hukum sepenuhnya bertumpu pada ancaman kekuatan koersif bagi Machiavelli.

Ia kemudian menyimpulkan bahwa ketakutan itu selalu lebih disukai atau dihormati daripada selalu menebar kasih sayang.

Note: Pasukan yang dimaksud tentunya bukan tentara bayaran, karena Machiavelli juga menolak penggunaannya.

Buku ini kemudian menjadi permulaan dari konsep-konsep lain. Kita akan membahas tentang The Discourses on Livy dan konsep lain Machiavelli di lain waktu ya!

Sumber:
1. The Philosophy Book (DK)
2. plato.stanford.edu/entries/machia…

Konten oleh @NathPribady