MENGUJI PANCASILA
1. Tujuh puluh lima tahun lalu, ideologi ini dirumuskan sebagai filosofi untuk sebuah negara yang akan merdeka. Kurang dari 2 bulan sebelum proklamasi dikumandangkan.
#harilahirpancasila #haripancasila #harilahirpancasila2020
1. Tujuh puluh lima tahun lalu, ideologi ini dirumuskan sebagai filosofi untuk sebuah negara yang akan merdeka. Kurang dari 2 bulan sebelum proklamasi dikumandangkan.
#harilahirpancasila #haripancasila #harilahirpancasila2020
2. Tepat 1 Juni 1945, Soekarno berpidato di depan panitia persiapan kemerdekaan Indonesia, disponsori oleh Jepang. Ada 5 topik yang disampaikan yi: nasionalisme, humanisme atau internasionalisme, demokrasi - musyawarah, keadilan sosial dan percaya pada tuhan yang esa.
3. Pancasila jadi "yang ideal" bagi negara Indonesia nantinya. Menjadi dasar hidup berbangsa, menjadi identitas dengan nilai luhurnya. Dalam kacamata Saussure, Pancasila menjadi simbol, representasi. Nama sekaligus tanda bermakna ontologis, humanis, epistemologis dan aksiologis.
4. Kekayaan nilai tak ada harganya jika tak dihidupi dalam kehidupan berbangsa. Tuhan di tempat pertama lalu manusia, selanjutnya dinamika berbangsa, bermuara pada hasil keadilan dengan tujuan kesejahteraan. Berharap kesejahteraan mencakup kecerdasan dan kebanggaan berbangsa.
5. Kecerdasan sebagai anak bangsa, relatif. Tak ada parameter tetap. Kebanggaan sebagai bangsa bisa diuji bukan lewat jargon harga mati yang sering dielukan. Sederhana saja, menghidupi nasionalisme dengan menerima semua kekayaan Indonesia tanpa kompromi. Mampu? Belum tentu.
6. Pancasila, bukan hanya teks yang sering dibacakan dalam setiap upacara. Pancasila seharusnya jadi jiwa, hidup dalam tubuh Indonesia. Kontemplasi Soekarno dan setiap orang yg dijumpai menghadirkan sebuah jatidiri. Identitas. Euforia akan gagahnya Pancasila mesti di dalam nadi.
7. Dalam nadi artinya sentimen kemanusiaan Indonesia tak lagi berdasar pada suku, agama, budaya apalagi gaya berpolitik busuk yang populer beberapa tahun ini. Dengan slogan satu warna demi kuasa lalu lupa bahwa semua warna memperkaya satu lukisan yang tak bisa dilabeli harga.
8. Rasanya semua luka bangsa ini mesti diobati. Agama selalu menjadi sebab konflik, perbedaan suku jadi candaan. Beberapa pelanggaran jadi memori tanpa solusi adil. Mayoritas-minoritas jadi topik setiap tahun karena ketidakmampuan menghidupi persatuan. Lalu Pancasila?
9. Pancasila bukan hanya sebuah catatan sejarah yang dihidupi setiap tahun. Bukan pula perayaan ulang tahun tanpa refleksi dan transformasi diri. Pancasila diuji dalam tingkah laku pemangku kuasa dan seluruh rakyat Indonesia. Pancasila diuji dalam komitmen berbangsa.
10. Pancasila diuji dalam dinamika bernegara. Jika penguasa berpihak maka jangan reaktif jika masyarakat menuntut keadilan. Jika penguasa diam, tak perlu represif saat rakyat menyampaikan aspirasi. Hatta sudah lama mengingatkan soal ayam berkokok dan hari siang. Sangat adil.
11. Pancasila diuji dalam solidaritas berbangsa. Hatta menekankan jauh hari: Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanya sekedar nama dan gambar untaian pulau di peta.
12. Pancasila diuji saat ia dihidupi oleh Indonesia yg hidup.
Pesan agmin: Jangan ada lg meterai di antara kita karena jumlah dn keberpihakan. Jangan lagi ada teriakan monyet sejak dalam pikiran. Kurangi kepedulian pada rasisme di negara lain sehingga tak bisu di rumah sendiri.
Pesan agmin: Jangan ada lg meterai di antara kita karena jumlah dn keberpihakan. Jangan lagi ada teriakan monyet sejak dalam pikiran. Kurangi kepedulian pada rasisme di negara lain sehingga tak bisu di rumah sendiri.
