sambil menunggu magrib, gw mau share hasil survei yg gw lakukan secara kolaborasi bersama teman2 relawan @laporcovid yg dikoordinasi Dr Irma Hidayana.
topik survei: “persepsi risiko covid19 di kalangan warga Jakarta”
apa itu persepsi risiko? kenapa Jakarta?
sit tight people..
topik survei: “persepsi risiko covid19 di kalangan warga Jakarta”
apa itu persepsi risiko? kenapa Jakarta?
sit tight people..
jadi kalo kita bicara pandemi, hal itu bisa dilihat dari dua kacamata:
1. wabah sbg fenomena biologis (alam) krn faktor patogen yg merusak tubuh manusia
2. wabah sbg fenomena sosial krn terjadi melalui interaksi sosial
Sebagai sosiolog, nah gw fokus yg kedua...
1. wabah sbg fenomena biologis (alam) krn faktor patogen yg merusak tubuh manusia
2. wabah sbg fenomena sosial krn terjadi melalui interaksi sosial
Sebagai sosiolog, nah gw fokus yg kedua...
dalam situasi pandemi di mana vaksin belum ditemukan (entah sembunyi di mana), satu2nya cara bertahan adalah dgn menekan laju penularan. nah dlm kacamat sosiologis, laju penularan bisa ditekan dari dua tingkatan:
1. secara kolektif dan 2. secara individual...
1. secara kolektif dan 2. secara individual...
penekanan laju penularan scr kolektif itu biasanya ditempuh lewat social distancing yg diberlakukan oleh pemerintah
sementara penekanan laju penularan scr individual itu terjadi melalui perilaku individu dlm menjaga diri. nah perilaku ini sangat dipengaruhi oleh persepsi risiko.
sementara penekanan laju penularan scr individual itu terjadi melalui perilaku individu dlm menjaga diri. nah perilaku ini sangat dipengaruhi oleh persepsi risiko.
jadi survei yg kami lakukan itu mengukur tingkat persepsi risiko masyarakat terhadap covid19 dan bagaimana persepsi ini mempengaruhi perilaku mrk dlm menjaga diri agar dr penularan covid19.
premisnya: semakin tinggi tingkat persepsi risiko, semakin kecil laju penularan.
premisnya: semakin tinggi tingkat persepsi risiko, semakin kecil laju penularan.
nah kenapa cuma dilakukan di Jakarta? kenapa kota/provinsi lain tidak sekalian disurvei?
jawabannya:
1. jakarta adalah episentrum covid19 yg paling kompleks.
2. persepsi risiko bersikap kontekstual. jadi tdk bisa disamaratakan antara jakarta dan kota2 lain.
jawabannya:
1. jakarta adalah episentrum covid19 yg paling kompleks.
2. persepsi risiko bersikap kontekstual. jadi tdk bisa disamaratakan antara jakarta dan kota2 lain.
ok jadi bagaimana caranya mengukur persepsi risiko?
hmmm......ceritanya panjanggggg. biar gampang gw share gambar ini aja biar pada tahu kerangka konseptualnya seperti apa.
intinya ada 6 variabel yg kita ukur spt di gambar
hmmm......ceritanya panjanggggg. biar gampang gw share gambar ini aja biar pada tahu kerangka konseptualnya seperti apa.
intinya ada 6 variabel yg kita ukur spt di gambar
jadi 6 variabel yg kita ukur sbb:
1. risk perception
2. knowledge
3. information
4. self protection
5. social capital
6. economy
gabungan dari ke 6 variabel menjadi apa yg kita sebut sebagai
RISK PERCEPTION INDEX (RPI)
1. risk perception
2. knowledge
3. information
4. self protection
5. social capital
6. economy
gabungan dari ke 6 variabel menjadi apa yg kita sebut sebagai
RISK PERCEPTION INDEX (RPI)
nah metodologinya seperti apa?
baca aja sendiri ya....yg jelas dalam 5 hari kita berhasil kumpulkan data dgn hasil valid dari 3,076 responden!
makasih ya yg udah berpartisipasi. orang jakarta pada baik hati ya padahal kuesionernya panjaaang (28 pertanyaan)
baca aja sendiri ya....yg jelas dalam 5 hari kita berhasil kumpulkan data dgn hasil valid dari 3,076 responden!
makasih ya yg udah berpartisipasi. orang jakarta pada baik hati ya padahal kuesionernya panjaaang (28 pertanyaan)
ini sebaran demografis dari responden kita yang baik hati itu..
btw, penyebaran kuesioner dibantu banyak orang, termasuk bbrp camat2, kelurahan, biro tapem DKI, PMI, dan jaringan komunitas.
jakarta emang kompak!!!
btw, penyebaran kuesioner dibantu banyak orang, termasuk bbrp camat2, kelurahan, biro tapem DKI, PMI, dan jaringan komunitas.
jakarta emang kompak!!!
nah ini sebaran responden berdasarkan kelurahan. makasih buat mba @elisa_jkt dan teman2 Rujak yg udah bikinin peta sebarannya.
jadi sebaran kita relatif cukup merata walopun ada bbrp kelurahan yg masih kosong.
jadi sebaran kita relatif cukup merata walopun ada bbrp kelurahan yg masih kosong.
nah hasilnya gimana...
dari pengukuran 6 variabel yg gw sebutkan di atas, ada variable yg masih rendah, ada yang lumayan baik. gampangnya lihat sarang laba2nya ini. secara umum emang sarang laba2nya masih timpang dan belum terbentuk dgn baik.
dari pengukuran 6 variabel yg gw sebutkan di atas, ada variable yg masih rendah, ada yang lumayan baik. gampangnya lihat sarang laba2nya ini. secara umum emang sarang laba2nya masih timpang dan belum terbentuk dgn baik.
dari hasil pengukuran 6 variabel itu maka nilai Risk Perception Index Jakarta adalah 3,46.
apa arti 3,46?
artinya Jakarta masih dalam posisi yang cenderung AGAK RENDAH.
apa arti 3,46?
artinya Jakarta masih dalam posisi yang cenderung AGAK RENDAH.
hasil pengukuran RPI kalo diterjemahkan ke dalam bahasa kebijakan, khususnya dlm wacana penerapan “new normal”, maka bisa kita simpulklan bahwa Jakarta cenderung KURANG SIAP memasuki era “kenormalan baru”
dan kesimpulan ini sejalan dgn keputusan pemprov utk memperpanjang PSBB.
dan kesimpulan ini sejalan dgn keputusan pemprov utk memperpanjang PSBB.
sebagai bonus, di akhir kuesioner responden diminta menulis 1 kata yg mewakili opini mrk ttg penangangan covid19 oleh pemerintah pusat dan pemprov. hasilnya adl sentiment mapping yg menarik diamati. penilaian gw serahklan ke netijen yg budiman....
(Biru positif, merah negatif)
(Biru positif, merah negatif)
oh ya, yang bertanya bagaimana cara menghitung Risk Perception Index, nih gw share rumusnya....simpel kok
bahagia itu adalah ktk sudah capek2 bikin survei dan hasilnya dibagi ke publik, ada jurnalis yg menulis reportase dgn sangat baik dan akurat
thanks so much @jakpost for this excellent report!
thanks so much @jakpost for this excellent report!
