Danodhaka Profile picture
Jun 5, 2020 13 tweets 2 min read Read on X
1/ Lanjutan Perbedaan Jawadwipa, JawaBuddha, dan Kejawen..

2. Jawa Buda (Śiwa Buddha)

Merupakan ajaran agama Śiwa yang sudah bercampur dengan ajaran agama Buddha Mahāyāna/Tantrayāna (Wajrayāna) dan ajaran Jawadīpa. Ajaran ini mencapai puncak keemasannya pada masa
2/ Majapahit. Masyarakat Jawa sering kali menyebut ajaran ini dengan istilah agama Buda (baca: agomo Budo) saja dan penganutnya disebut wong Jawa Buda (baca: wong Jowo Budo). Naskah-naskah Jawa Baru sering juga menyebut istilah agama Buda ini. Kadangkala istilah tersebut
3/ dipakai untuk menunjuk suatu masa ketika agama Islam belum menyebar secara merata di tanah Jawa. Istilah yang kerap dipakai adalah “Jaman Buda”. Dalam kitab primbon keris atau dhuwung, tangguh (model) keris tertua masih disebut dengan tangguh Buda. Buda di sini tidak
4/ merujuk kepada agama Buddha belaka, melainkan lebih kepada sinkretisme dari ajaran agama Śiwa, agama Buddha Mahāyāna/Tantrayāna (Wajrayāna), dan ajaran Jawadīpa. Dalam lontar-lontar pra-Islam di Jawa, nama ajaran ini dengan sangat jelas disebut sebagai Śiwa Buddha atau
5/ Buddha Wiśwa atau Śiwa Sogata. Ajaran Jawa Buda lantas berkembang pesat di Bali. Di Bali sendiri terjadi pemisahan antara ajaran agama Śiwa dan ajaran agama Buddha. Pemisahan ini diprakarsai oleh Danghyang Dwijendra—yang lantas dikenal dengan nama Danghyang Nirartha atau
6/ Panḍita Śakti Wawu Rawuh—seorang brahmana asal Daha (Kediri) pada abad 15 yang menyingkir ke Bali seiring hancurnya Majapahit dan berkuasanya Kesultanan Dêmak Bintara di tanah Jawa. Ajaran agama Śiwa yang menyempal dari ajaran Jawa Buda kemudian dikenal di Bali dengan nama
7/ agama Tīrtha. Pada perkembangan selanjutnya, seiring teguhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), agama Tīrtha lantas dikenal dengan nama agama Hindhu Bali yang sampai hari ini masih dipeluk oleh mayoritas penduduk Bali. Nama Hindhu sendiri tidak dikenal oleh
8/ masyarakat Jawa dan Bali setidaknya sampai abad 19.

Apa yang disebut ajaran Śiwa Buddha ini, sebagaimana sudah dituturkan sebelumnya, mendapat sentuhan halus dari apa yang dinamakan ajaran Jawadīpa. Hampir semua ajaran Jawadīpa diadopsi dengan apik ke dalam ajaran Śiwa
9/ Buddha. Mulai dari perhitungan wêwaran (perhitungan hari), perhitungan pranata mangsa, danghyang-danghyang lokal dan masih banyak lagi. Bahkan disinyalir, semua tempat suci Śiwa Buddha didirikan di titik-titik lokasi tempat suci Jawadīpa masa lalu. Bahkan saya juga
10/ mencurigai, tempat di mana Candi Borobudur berdiri adalah bekas sanggar pamujyan kuno milik ajaran Jawadīpa. Walaupun Jawadīpa melebur sedemikian rupa dengan Śiwa Buddha, namun ada satu hal yang tidak bisa ditutupi dan mencolok, yaitu kepercayaan manusia Jawa dalam
11/ Jawadīpa yang tidak bisa menerima keberadaan Tuhan Personal semacam dewa-dewa Trimurti.

Sepanjang bertumbuhnya ajaran Śiwa, Wiṣṇu, Brahma, Kala, Śakta dan semacamnya di Jawa, walau orang Jawa bersedia memeluk agama-agama tersebut namun karakter asli Jawadīpa tetap tidak
12/ tergantikan. Orang Jawa tetap memandang semua dewa-dewa tersebut sebagai dewata semata, bukan sebagai sosok Tuhan yang tak tergambarkan, yang dikenali oleh orang Jawa sebagai Sanghyang Urip atau Sanghyang Hayu atau Sanghyang Widhi atau Sanghyang Taya. Jika di India,
13/ Trimurti dipuja sebagai Tuhan tertinggi, di Jawa Trimurti tak lebih hanya sekedar dewata biasa. Hal ini bisa kita lihat dari rontal-rontal berbahasa Jawa Kuno yang masih bisa kita dapati saat ini. Kita ambil contoh dari rontal Sanghyang Tattwa Jñana berbahasa Kawi (Jawa

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Danodhaka

Danodhaka Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @gusbayu

Feb 17, 2021
🕉️ Om Swastiastu, Rahajeng semeng semeton sami, dumogi setate kenak lan ngemangguhang kerahayuan sareng sami 🙏

Nabe ( Sang Guru )

Dalam tradisi hindu di Bali ada yg disebut Sang Sulinggih (Ida Pedande), mereka (dia) yg telah melewati upacara madwijati (masuci,madiksa,mabersih,
mapeningan, atau juga ada yg menyebut dgn mapodgala). Mereka itu yg berkeinginan menjadi Sang Sulinggih telah menyiapkan dirinya secara sekala dan niskala. Sang sisia, setelah memantapkan dirinya bersiap untuk berkosentrasi mempelajari ajaran suci.
Di Bali dlm tradisinya, bagi
laki-laki biasanya menyiapkan diri setelah melewati masa produktif kerja dan menikah (grhasta); memasuki yg dlm idealnya disebut wanaprasta, di Bali wanaprasta bagi sang sisia ini justru dimulai pula masa brahmacari, tahap proses belajar kerohanian. Bandingkan dengan pengertian
Read 25 tweets
Feb 16, 2021
AGNI (API)
Agni ini memang tak sederhana; bahwa api juga dilambang sebagai nafsu yang berkobar², tak kenal siapapun disaat murka; akan menghancurkan apapun tanpa kenal ampun. Agni juga mendapat gelaran sarwa baksa; pemakan segalanya. Namun jika api dipahami,
maka seperti api takep, yg dibuat dari dua belah serabut kelapa, dasarnya ada tapak dara; lambang harmoni inilah juga oleh para cendekiawan disebut Yoga Jiwatman; yg menolak dari segala godaan. Dikenali pula prakpak dan obor; keduanya adalah penenang bhuta kala,
penunjuk arah kemana bhuta kala itu harus menuju, kemudian dikenal pula api tetimpug, dibuat dari tiga potong bambu, jika bambu itu dibakar akan menimbulkan ledakan; namun syaratnya di ujung bambu itu dibuatkan sampian; symbol bahwa bambu itu telah dihidupkan.
Read 5 tweets
Jan 8, 2021
GAUTAMA

Betapa malu kaum suku Sakya, mendengar junjungannya meminta², duduk ditepi jalan, mengancungkan batok kelapa. Rasanya, ambruk seluruh hati suku Sakya. Kasak-kusuk di pasar mulai mendengung," barangkali putra raja Sakya, sdh gila. Menghilang begitu saja,
muncul-muncul jadi pengemis..." Belum lagi tuduhan lain, mendengung di seluruh negeri-negeri. Tak kuasa rasanya suku Sakya menahan sakit hati dan panas isi kepala, lelah menjelaskan,"itulah ada bagian laku spiritual, itu untuk memahami, menyelamai derita, bagaimana sakitnya
menanti pemberian...bagaimana rasanya merasa tak memiliki apa², selain diri yg hanya bergantung pd isi perut!"

Gautama, tertegun lama, utusan dari kerajaannya berdatangan, menyembahnya dgn penuh duka, airmata mengalir deras memenuhi seluruh wajah utusan itu, suaranya mengisak,
Read 14 tweets
Jan 8, 2021
INTERMEZO: ASAL-USUL GOCEKAN (SABUNG AYAM)

Jika di Bali sabung ayam disebut sebagai Tajen yg berasal dari kata Taji alias pisau kecil yg diikatkan pd kaki ayam, di Lombok sabung ayam memiliki sebutan berbeda, yaitu Gocekan.Tentu agak mengherankan jika di kedua tempat yg memiliki
akar budaya yg sama ini, sabung ayam yg berasal dari ritual Tabuh Rah memiliki sebutan berbeda. Jika Tajen berasal dari Taji, lantas dari mana asal Gocekan? Pd zaman kerajaan Karangasem Lombok, tersebutlah seorang warga keturunan saudagar Cina bernama Goh Tjek Ang.
Orang Tionghoa ini gemar berjudi, terutama sabungan ayam. Di mana ada perjudian, di sanalah Goh Tjek Ang berada. Suatu kali, Goh Tjek Ang masuk ke dalam puri. Di dlm puri ini kebetulan sedang berlangsung sabungan ayam. Setelah sabungan ayam berakhir, di hadapan para pesabung yg
Read 13 tweets
Sep 25, 2020
IBU SAYA DAN MEAGAMA YANG SANTAI

Ibu saya sudah berumur 90-an kini, sudah pikun dan senang main ceki. Dia ibu yang asyik dalam soal mengajarkan anak-anaknya megame alah nak Bali. Ibu saya tidak pernah menakuti-nakuti soal apapun jika berkaitan dengan betare, kawitan,
soal membanten; ibu saya termasuk ibu yang sangat relaks. Bahkan kadang membuat saya tersenyum jika mengingat; hal-hal kecil yg membuat logika, nalar saya tersentak, suatu hari, ibu menata canang dan segehan, sejumlah yg akan dihaturkan di seluruh rumah. Ibu saya memercikan air,
kemudian pelukatan, kemudian tirta. Lalu memasang dupa diantara apitan canang-canang. Lalu segehan itu ditaburi garam, diperciki arak berem; Ibu saya kemudian berucap pelahan; "Tiang leleh pisan, ten nyidayang keliling, niki titiang ngayat sareng sami sane nuwenang jagat, sane
Read 15 tweets
Sep 15, 2020
MENGAPA ‘NAK’ HINDU BALI MENCAKUPKAN TANGAN BILA SEMBAHYANG

Saya masih muda belia ketika beberapkali melakukan perjalanan ke India. Teman-teman saya saat itu, hampir semuanya penulis, setengah berbisik ketika memasuki sebuah kuil bertanya mengapa cara sembahyang mereka
(orang-orang di kuil itu berbeda dengan kamu?). Dlm pikiran teman² saya, India adalah ‘ibu’ dari ajaran Hindu, mestinya cara sembahyangnya sama dgn yg ada di Bali, namun dlm kenyataannya, cara sembahyang saya berbeda.
Begitu juga ketika saya pergi ke Malaysia,dan beberapa negara
lain, bila tidak bertemu dgn komunitas orang bali Hindu, maka yg saya temukan cara sembahyang yg berbeda.
Tahun berganti, ketika transportasi begitu cepat, internet membuat informasi melaju mendekat.
Read 19 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(