foto ilustrasi di ambil dari SS status WA Bono yg kadang di share, beberapa status WA nya membuat saya sedikit ngeri karena itu khusus untuk beliau status WA nya saya sembunyikan, tapi khusus malam ini saya akan menceritakan tentang beliau.
saya tidak bisa menampik sepanjang hidup saya sudah pernah berapa kali mengalami gangguan ghaib yg entah sudah keberapa kali saya alami.
mulai dari gangguan biasa sampai gangguan yg sampai membutuhkan campur tangan pertolongan orang lain,
mulai dari sosok anak kecil yg tidak terima karena binatang kesayangannya nyaris saya tangkap sampai hantu wanita yg dulu sempat mampir di kehidupan saya, meminta saya, tapi, sampai saat ini, saat saya menulis tulisan ini ada bagian dari diri saya yg lain yg masih menolak hal ini
dunia lain atau apa yg disebut dunia ghaib masih terlalu tabuh bagi saya padahal, saya sendiri sudah tidak asing dengan hal ini sampai akhirnya saya mendapatkan jawaban dari seseorang, beliau menyebut apa yg saya alami ini dengan sebutan Padur, dimana batas dua dunia dipertanyakn
bila saya menyelam ke dalam ingatan masa lampau saya, saya jadi mengingat satu kenangan dimana itu adalah pertama kali saya mulai bersentuhan dengan hal ghaib, iya, saya masih ingat betul, saat melihat wanita mengenakan pakaian putih berambut panjang sedang berlutut membelakangi
ini sedikit menggelitik tapi cukup membuat merinding terutama bila memikirkan bahwa apa yg saya lihat adalah saat dimana matahari masih di atas kepala, siang hari loh, tak hanya itu, saya sedang bersama kawan lain, lebih dari 5 anak, jadi, apakah hantu benar-muncul di waktu malam
rumah saya berjarak tak jauh dari kuburan, di depan rumah saya ada lahan luas, lahan milik bu Rombe, kalian tahu siapa dia,
dari lahan bu Rombe bisa melihat langsung kearah gerbang kuburan, tempat saya melihat wanita misterius itu,
saya yg pertama melihat lantas berhenti, mematung memandang ke sosok misterius tersebut, untuk membenarkan apakah yg saya lihat itu benar-benar saya lihat, saya lalu memanggil sepupu saya, bertanyalah saya kepadanya. "iku opo?" (itu apa)
sepupu saya juga melotot, bingung,
melihat bersama-sama ada keinginan untuk mendekati, serius, waktu itu saya sudah berjalan perlahan-lahan mendekat, mungkin penasaran, tapi untungnya saat itu sepupu saya menghentikan, dia lebih memilih memanggil si mbah, kakek saya yg kebetulan sedang berkebun di samping,
pergilah saya ke kakek, bersama sepupu saya, kami memaksa orang tua yg cukup renta itu untuk ikut melihat ke sosok wanita yg membelakangi kami tepat di area kuburan, saat kami menunjukkan itu kepada beliau, sosok itu hilang, lenyap, benar-benar tidak ada di tempatnya, aneh
saya dan sepupu, bengong, kakek ngedumel, marah bilang kalau kami sedang mengerjainya.
saya bertanya ke sepupu untuk membenarkan apakah pengelihatan saya menipu, sepupu hanya menjawab apa yg saya lihat juga dia lihat, tapi bagaimana sosok misterius itu bisa menghilang. entahlah.
sampai sekarang tiap saya ingat hal itu antara geli dan tidak habis pikir, lalu semakin dewasa saya masih mencoba berpikir secara rasional meski pengalaman saya dengan dunia seperti itu semakin banyak, di sinilah saya bertemu dengan Bono, seseorang yg akan saya ceritakan hari ini
pertama kali saya kenal dengan Bono karena teman saya, seorang perempuan, rekan kerja yg sedang di pelet oleh seorang lelaki, teman saya berkata bahwa sudah satu minggu dirinya merasa aneh, merasa setiap malam dia melihat ada seorang wanita tua yg berdiri di depan jendela kost
tak hanya itu saja, saat dia di kamar mandi terkadang dia merasa di awasi, sesuatu memandanginya dari atas celah genting, wujudnya menyerupai sosok berbalut kain kafan yg beraroma busuk. busuk sekali, namun setiap dia di samping lelaki sebut saja, Doni, dia merasa aman,
teman saya hanya berkata, antarkan saya kesini, saat itu waktu menunjukkan hampir tengah malam, saya merasa aneh, tidak biasanya anak itu seperti ini, karena kasihan akhirnya pergilah saya menjemput dia dan saat sampai di depan kost miliknya, saya melihat dia menangis
setelah itu dia meminta saya agar segera pergi tanpa memperhatikan apa yg ada di dalam kamarnya, saya menurut saja, saat motor mulai melaju iseng saya melihat kebelakang dimana pintu kost tidak di tutup olehnya, di sana saya melihat seseorang berdiri di sana, itu adalah dia,
wujudnya sama persis, tapi teman saya yg duduk di belakang langsung mengatakan, "gak usah di delok!! cepetan!!" (tidak usah di lihat!! cepat jalan)
selama perjalanan saya tidak bicara sama dia, badan saya sebenarnya merinding, bingung, yg saya bonceng ini sebenarnya siapa,
setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan sampailah di sebuah rumah yg sederhana, rumah biasa dua lantai, teman saya turun, lalu mengetuk pintu, memanggil nama "om om" saya cuma melihat, mencoba mencerna di mana ini sebenarnya, keluarlah lelaki berkumis tebal paruh baya,
di sini anehnya, entah bagaimana ceritanya mungkin teman saya sudah menghubungi sebelumnya lewat WA karena lelaki paruh baya yg kami temui seperti tahu kedatangan kami, lebih aneh lagi saat menyuruh kami masuk dimana dia memanggil nama teman saya sebut saja Mita, juga nama saya,
orangnya seperti bapak-bapak pada umumnya, tidak ada yg istimewa dari dirinya, saya hanya diam mendengarkan sedangkan Mita mulai menceritakan apa yg terjadi kepadanya, saat itu dia mulai melakukan gerakan-gerakan seperti di tv, saya yg melihat waktu itu, tertawa,
mungkin saya tidak sopan tapi saya sudah tidak tahan untuk tidak tertawa, maksud saya, bahkan sampai saat ini setiap melihat beliau membantu orang termasuk membantu saya dengan gerakan-gerakannya saya selalu tidak bisa menahan tawa dibuatnya, karena absurd
tapi si bapak tidak marah, beliau tetap melakukan yg entah apa itu, lalu dia mulai mengatakan kalau diskitar tempat kostnya ada yg menanam kain kafan di isi segenggam tanah kuburan dimana di dalamnya di isi rambut Mita, hal ini membuat lelembut mengerumuni tempat tinggalnya
saat malam hari, sosok wanita tua akan memainkan rambutnya, membelai seperti cucunya sendiri namun yg sebenarnya makhluk ini lakukan adalah menyakiti Mita perlahan-lahan, menanam penyakit yg saat ini mulai menyerang tubuhnya, saya yg mendengar hal ini mulai serius,
bapak ini akhirnya setuju membantu Mita, tapi Mita harus membawa bapak ini ke tempat kost, di sinilah saya mulai percaya bahwa bapak ini bukan orang biasa, benar-benar di luar nalar, tapi cerita Mita ini akan saya ceritakan lain kali karena ceritanya cukup panjang,
malam ini saya hanya ingin menceritakan Padur tentang bapak yg saya panggil dengan pak Bono ini dan apa saja yg saya dapat dari kisah-kisah beliau sampai di titik ini,
lanjut ya,
malam itu saya di hubungi oleh beliau, pak Bono, dimana beliau meminta tolong saya untuk menemani menolong seorang nenek yg belum bisa mati dan menurut keluarganya hal ini tidak wajar, saya yg mendengarkan beralasan kalau sedang berada di luar kota,
tiba-tiba pak Bono mengatakan, "yo wes lek ngunu, titip salam ae yo gok ibuk sing masak rawon" (yasudah kalau begitu, saya titip salam buat ibukmu yg sedang masak rawon di dapur)
kaget, bagaimana orang ini bisa tahu, akhirnya saya mengatakan kalau saya mau menemani beliau,
Malam hari selepas isya, pak Bono datang menjemput saya dengan mobil, beliau sempat bertamu walaupun sebentar, di sini hal yg paling saya hindari, pak Bono melihat sekilas dan langsung tahu dimana saja penghuni di rumah saya tinggal, ya, rumah saya juga cukup menyeramkan sebnerny
kita berangkat saat waktu menunjukkan tengah malam, di rumah kawan saya, pak Bono langsung duduk bertanya perihal nenek yg di ceritakan, di sini saya menjadir mengerti orang seperti pak Bono mencari tahu informasi hanya butuh namanya saja, lalu dia tahu semuanya,
semua bahkan saat si nenek masih muda, mulai dari sifatnya yg nakal sampai masa saat dia pernah menikah lebih dari 5 kali, di sini saya benar-benar kagum tapi juga ngeri, bahkan dia tahu makhluk apa yg saat ini ada di samping si nenak padahal kami belum masuk kedalam kamarnya.
di sini juga saya tahu ternyata cara beliau menolong itu menggunakan minyak wangi, jadi ada 5 jenis minyak wangi yg dia bawa dan semuanya punya nama, sialnya saya gak hafal karena sedikit berbahasa arab tapi ada yg berbahasa jawa, nah, dari sini kita mulai sedikit serius.
sambil bercanda dengan tuan rumah saya memperhatikan om Bono mengolesi telapak tangannya dengan satu botol kecil dari 5 minyak yg dia bawa, di oleskan begitu saja, harumnya langsung memenuhi ruangan, tapi siapa sangka bila sebenarnya saat dia sedang berdialog dengan tuan rumah,
om Bono sedang melihat keseluruhan lingkungan ini, ia tak mau kecolongan, itu katanya, karena sebelum bertindak tidak ada yg tahu bagaimana makhluk seperti mereka bertindak.
sudah lebih dari empat kali saya memperhatikan om Bono ini mengolesi telapak tangannya sampai akhirnya di botol kelima dia mengatakan kalau sosok yg ada di samping nenek bukan khodam sembarangan, karena saya juga baru menyadari bahwa minyak yg aromanya sewangi itu bisa lenyap
dalam hitungan detik,
"aku biasane mek gawe minyak iki cukup tapi koyok'e sing nyekel si mbah iki gak sembarangan" (saya biasanya cukup pakai minyak satu ini tapi rupanya yg memegang si mbah ini bukan makhluk sembarangan) kata om Bono sambil tertawa,
setelah berhasil menemukan minyak yg tepat barulah lelaki ini meminta tuan rumah menunjukkan kamarnya, saat itu saya diminta tuan rumah untuk ikut walaupun saya sebenarnya malas sekali, tapi ya sudahlah, saya juga penasaran bagaimana metode om Bono kali ini,
om Bono masuk ke kamar tempat nenek itu sedang tidur di atas dipan tua, saya ikut masuk dan saat itulah saya melihat dengan mata kepala sendiri, nenek yg tidur di dipan itu langsung duduk lalu melotot sama saya sambil bertanya, "SOPO IKU?" (siapa itu)
saya masih ingat wajahnya,
om Bono langsung berteriak "ojok melbu sek!!" (jangan masuk dulu)
jantung rasanya tidak karuan, badan langsung dingin, sementara tuan rumah mengatakan kalau jangankan duduk, menggerakkan anggota tubuh saja itu harus dibantu, di sini saya cukup terkejut mendengarnya,
cukup lama om Bono berdialog dengan wanita tua ini, saya dan tuan rumah hanya mendengarkan dari luar, anehnya dengan om Bono, wanita tua ini baik sekali padahal biasanya dengan orang baru atau orang yg sebelumnya dimintai tolong tak pernah seperti ini,
saat itu baru om Bono mengijinkan kami masuk, itulah saat saya bisa melihat tubuh kurus kering wanita tua ini dengan kedua kaki yg hitam seperti terbakar, kondisinya benar-benar mengenaskan, saya sampai tidak tega melihatnya, wanita ini hanya berkata, "tekeken aku" (cekik aku)
"tolong nak, patenono ae aku, aku wes ra kuat, aku wes ra kuat" (tolong nak, bunuh saja aku, aku sudah gak kuat, aku sudah gak kuat) wanita tua itu terus berteriak seperti itu, om Bono lalu berdialog dengan tuan rumah bertanya, apakah beliau memiliki guru?
anak-anaknya tidak ada yg tahu, om Bono juga tidak bisa menebak lebih jauh, lalu om Bono menunjuk sudut kamar, di sana beliau berkata, "wujude welek iki, iki khodame gurune sing gak sengojo nurun nang muride, saaken soale si mbah gak roh nek di templeki"
(wujudnya jelek sekali, ini khodam milik gurunya yg menurun tanpa disengaja, kasihan karena si mbah tidak tahu kalau dia diikuti)
setelah berdiskusi dengan tuan rumah mencari jalan yg terbaik akhirnya sepakat bila om Bono akan mengambil secara paksa, beliau memijit kaki wanita tua itu yg sebenarnya tidak bisa di gerakkan sembari bertanya kepada tuan rumah, "pernah menganggu?"
salah satu anaknya menjawab, "pernah om, kadang dia suka memanggil-manggil tapi suaranya itu terdengar bukan suaranya ibuk, dia suka menggoda malam-malam"
om Bono hanya mengangguk, saya yg penasaran lalu bertanya, "memanggil bagaimana?" di sinilah tuan rumah bercerita,
saat beliau tidur sendiri di kamar tiba-tiba terdengar suara, "ti, tangio ti, mrene nduk, ibuk kangen" (ti, bangun ti, kesini nak, ibuk kangen)
bu Sumiati akhirnya terbangun, ia mencari sumber suara yg rupanya datang dari kamar wanita tua itu,
perlahan-lahan bu Sumiati mendekat, ia berdiri di depan pintu berniat membuka saat beliau menyentuh lalu dari balik pintu suara itu terdengar menggelegar, "KOEN IKU GAK MESAKNE AKU, AKU LUWEH!!" (kamu itu apa gak kasihan denganku, aku lapar!!)
suara itu seperti suara lelaki,
akhirnya semenjak kejadian itu, setiap malam sebelum tidur bu Sumiati menyiapkan makanan di atas piring, meletakkannya begitu saja di dalam kamar dan anehnya makanan itu bisa habis dengan sendirinya padahal wanita tua itu tidak bisa bergerak sama sekali,
om Bono terus menerus memijit lalu perlahan-lahan wanita itu mulai menjerit seperti kesakitan padahal om Bono hanya menyentuh kulitnya saja tapi rasanya teriakan wanita itu seperti badaannya sedang di kuliti, anak-anak dari wanita itu sampai meninggalkan ruangan, tidak sanggup-
melihat ibunya tersiksa seperti itu,
saya menemani om Bono selama proses itu, lama sekali sampai akhirnya wanita tua itu akhirnya dia, om Bono lalu memastikan bahwa tak ada lagi yg menahan si wanita ini untuk itu om Bono meminta baju bekas dari wanita tua ini,
om Bono berkata, khodam yg entah milik siapa ini menurun secara tidak sengaja di tambah rupanya dulu wanita tua ini diam-diam memperagakan sesuatu yg om Bono tidak bisa ceritakan namun beliau hanya menyebut saat muda wanita ini sangat-sangat nakal, sehingga dia harus menuai-
akibatnya.
tapi om Bono merasa yakin bahwa kali ini mungkin tak lama lagi wanita tua ini bisa pergi dengan tenang, ia sudah membawa khodam itu, menyimpannya di dalam tubuhnya untuk di lepas di dalam rumahnya. saya yg mendengar cerita itu dari mulutnya kadang merasa bingung,
om Bono tidak pernah meminta tarif, tidak pernah meminta apapun, katanya dia memang suka membantu, hal itulah yg membuatnya merasa hidup,
saat om Bono masih muda, ia sudah pernah mencoba ilmu yg sangat hitam, namun seiring waktu om Bono percaya hitam dan putih tak berbeda jauh,
ia bahkan menceritakan pengalamannya membantu seorang ayah yg mau mencari pesugihan, om bono membantu, menuruti permintaanya namun beliau berpesan, perjanjian dengan makhluk seperti itu tidak sebanding dengan hasilnya, namun ayah itu tidak memperdulikan, ia ingin kembali kaya,
saat itulah om Bono menyadari bahwa manusia tidak lebih dari makhluk yg tidak tahu apa-apa dari luasnya dunia yg bisa dilihat dan tidak dilihat.
ayah yg meminta pesugihan itu menjerit, melolong nyaris gila saat akhirnya menolak pesugihan itu setelah di perlihatkan apa-
-yg harus dia bayar, dimana di dalam semedinya, ia melihat anak perempuan pertamanya dicabik-cabik oleh buaya, tulang belulangnya di sisakan untuk si ayah sebagai ganti harta yg bisa di berikan, tapi itu adalah kisah masa lalu om Bono,
sekarang beliau memilih bekerja di pabrik obat, sembari sesekali membantu orang, jujur om Bono ini adalah salah satu orang yg paling saya hormati selain bisa menjadi sosok kebapakan, beliau juga bisa menjadi sosok teman, banyak sekali pengalamannya tentang dunia,
tulisan ini saya buat, untuk menghormatinya kalau di luar sana pasti masih banyak orang-orang baik yg tidak serta merta menggunakan ilmunya untuk keburukan seperti lelaki ini.
mungkin malam ini sampai di sini dulu cerita tentang beliau, berikutnya saya akan melakukan pooling untuk melanjutkan hutang saya, salah satunya ada SOROP yg sudah di ijinkan oleh narasumber untuk menyelesaikannya.
selamat malam.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
kata orang jaman dulu. kalau ada perempuan yg tengah mengandung, banyak yg harus dijaga dari segala tutur prilakunya. lisan, sifat, semuanya untuk menghindari hal buruk pada si ibu dan jabang mayit, karena setiap perbuatan selalu memiliki sebab akibat.
cerita ini dimulai dari seorang perempuan. sebut beliau dengan nama Tina.
mbak Tina baru 2 tahun menikah. ia mendapat seorang laki-laki dari luar pulau jawa. awal pernikahan mereka tinggal di salah satu kota S, hidup damai, hidup rukun, sebelum si suami, mas Agung, undur diri.
“ini rumahnya ma?”
“iya pak. Teman yg saranin, halamannya luas, pohonnya rindang dan tanahnya itu loh, gak gersang, kayanya ibuk bisa produktif kalau tinggal di sini”
“harus di sini ya?”
“iya. Dari pertama mama lihat, mama ngerasa kalau berjodoh sama rumah ini”
Pak Prasto terdiam melihat rumah itu. Tidak ada yg salah dengan rumah yg saat ini ada dihadapannya, karena seperti apa yg dikatakan oleh Dona, isterinya, dari luar rumah itu, kelihatan sejuk, damai, serta tenang seperti yg diinginkan oleh seluruh keluarga,
Rumah bekas pembunuhan itu rumah paling aman, karena sekalipun penghuninya nampakkan diri cuma sebatas maen petak umpet, tapi. kalau rumah itu bekas sekte atau perkumpulan yg gak bener, apalagi kalau pelakunya udah bukan sebatas nyari harta, mending lupain rumah itu!!
karena yg begini gak cuma ngebahayain 1 orang. satu keluarga pun bakal dijabanin. Gak cuma nyiksa secara mental psikis tapi bisa berujung sampe maut. serius!!
lama sekali saya gk menulis utas di sini, jadi maaf kalau tangan saya agak kaku, so langsung aja, dari serangkaian cerita yg saat ini tersimpan dalam memorry laptop saya, cerita ini memiliki bagian paling menarik, jadi nikmati saja ini sebagai bentuk rehat dari riuhnya tahun ini.
Juli, tahun 1998
Rumah itu masih terlihat bagus, meski pun desainnya terlihat seperti rumah tahun 60’an tapi temboknya terlihat masih kokoh, halamannya juga luas dengan banyak pohon besar tumbuh disekelilingnya termasuk satu pohon yg paling mencolok saat melihat rumah itu.
Sebelum memulai ceritanya, rasanya kangen saya sedikit terobati terutama saat memulai sebuah tread dengan tulisan judul dan fotonya, dan tentu saja mention @bacahorror_id dan hastag bacahorror yg sudah saya pakai sejak akun ini pertama berdiri.
semoga cerita pembuka ini cukup,
cukup untuk membuka rentetan cerita yg sudah saya siapkan selama saya mengistirahatkan diri ya. baiklah, malam ini, mari kita mulai ceritanya.
Lama sekali gak mampir ke burung biru, saat rehat dan beristirahat menjadi fokus paling utama.
tapi malam ini, setelah duduk merenung sebentar sambil melihat layar hp, ada kerinduan yg datang lagi.. gak tau kenapa rasanya kangen..
kangen buat punya tenaga nulis seperti dulu.
butuh waktu buat ngumpulin tenaga dan fokus bahkan untuk sekedar menulis pesan ini dilaman twitter saya, tapi rasanya kangen yg sekarang sudah tidak terbendung lagi,
jadi kalau ada yg masih terjaga sembari menatap layar handphone, pemanasan yuk,