My Authors
Read all threads
Tragedi Tampomas II
Insiden Kapal Laut Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

a thread
KMP Tampomas II semula bernama MV Great Emerald diproduksi tahun 1956 oleh Mitsubishi Heavy Industries di Shimonoseki, Jepang, dan tergolong jenis Kapal RoRo (Roll On-Roll Off), dan pernah dimodifikasi ulang (Retrofit) tahun 1971 di Taiwan.
Kapal ini berkapasitas 1250-1500 orang penumpang, dengan kecepatan maksimum 19.5 knot. Memiliki lebar 22 m dan Panjang 125,6 m.

Kapal ini dibeli oleh PT. PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional) dari Pihak Jepang, Comodo Marine Co. SA seharga US$ 8.3 Juta.
Berbagai pihak, termasuk Jepang sendiri telah menyatakan kapal ini afkir karena telah berumur 25 tahun. Namun, begitu dioperasikan, kapal penumpang ini langsung dipacu untuk melayani jalur Jakarta-Padang dan Jakarta-Ujungpandang yang memang padat.
Setiap selesai pelayaran, kapal ini hanya diberi waktu istirahat selama 4 jam dan harus siap untuk melayani pelayaran selanjutnya. Perbaikan dan perawatan rutin terhadap mesin dan perlengkapan kapal pun hanya dapat dilaksanakan sekadarnya saja,
padahal mengingat usianya yang sudah cukup berumur, seyogyanya kapal ini perlu mendapat perawatan yang jauh lebih cermat.

Pelayaran perdana Tampomas II dilakukan pada 2 Juni sampai dengan 13 Juni 1980. Rute yang ditempuh ialah Padang-Jakarta-Ujungpandang.
Pelayaran tersebut mengajak serta sejumlah wartawan. Pada pelayaran ini pun, yang diikuti oleh beberapa anggota DPR, mereka sempat menyaksikan sendiri dan turut pula mempertanyakan perihal mesin yang sering mengalami kerusakan selama perjalanan.
Namun kejanggalan ini nyatanya tidak begitu ditanggapi hingga puncaknya, terjadi insiden yang dikenal dengan nama Tragedi Tampomas II. Tragedi kapal laut terburuk dalam sejarah transportasi laut di Indonesia dan masuk ke jajaran 10 insiden kapal laut terburuk di dunia.
Semua bermula pada malam itu, Sabtu 24 Januari 1981 di Dermaga Tanjung Priok, Jakarta Utara..

Sabtu, 24 Januari 1981 jam 19.00 wib, KMP Tampomas II bertolak dari Dermaga Tanjung Priok, Jakarta Utara dengan tujuan Ujungpandang, Sulawesi Selatan.
Perjalanan direncanakan memakan waktu dua hari dua malam di atas laut. Diperkirakan hari Senin, 26 Januari 1981 Pukul 10.00 WIB kapal akan tiba di tujuan. Kapal dinakhodai oleh Kapten Abdul Rivai, kelahiran Bengkulu 23 Agustus 1936.
Seorang pemandu kapal menyebutkan bahwa salah satu mesin kapal telah mengalami kerusakan sebelum bertolak. Namun perjalanan kapal tidak bisa lagi ditunda karena KMP Tampomas memang melayani rute sibuk dan padat penumpang.
Dari manifes kapal, tercatat ada 1055 penumpang dan 82 awak kapal. Namun diperkirakan total penumpang ada 1442 orang, termasuk penumpang gelap atau ilegal yang lazim ikut naik keatas kapal tanpa membayar kala itu.
Selain itu kapal juga membawa sekira 191 mobil, 200 motor, termasuk Mesin Giling Sakai.

24 Januari malam, ketika Tampomas II memulai perjalanannya, tidak terjadi apa-apa. Yang terlihat hanyalah awan senja yang memukau dan pemandangan Laut Jawa yang datar.
Namun diakui ombak Januari memang sangat besar dibandingkan di bulan-bulan lain, ombak setinggi 7-10 meter dengan kecepatan angin 15 knot sangat wajar terjadi di bulan itu.

Di dalam kapal sendiri direncanakan sebuah acara show dengan penyanyi Ida Farida dari band kapal.
Namun berbagai tanda keanehan terjadi, diantaranya dibawakannya lagu "Salam Perpisahan" oleh seorang yang bernama Ferry, yang kemudian tidak diketahui keberadaannya.
25 Januari pagi, keadaan berlangsung seperti biasa. Namun malam harinya, ketika berada di dekat Kepulauan Masalembo, sebelah utara Pulau Kangean, Jawa Timur, kapal mulai menunjukkan hal yang tak biasa. Dimulai dari kemunculan asap pada bagian mesin kapal.
Dalam kondisi badai laut yang hebat, beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan puntung rokok yang berasal dari ventilasi menyebabkan percikan api. Para kru melihat hal tersebut dan mencoba memadamkannya menggunakan tabung pemadam portabel, namun gagal.
Api semakin cepat menjalar ke kompartemen mesin karena pintu dek terbuka..

Akibat kebakaran pada bagian mesin ini, selama dua jam tenaga utama mati, dan generator darurat pun gagal (failure).
Usaha pemadaman pun dihentikan karena sudah tidak memungkinkan. Ditambah dengan bahan bakar yang ternyata masih terdapat di setiap kendaraan yg terparkir di dek, menyebabkan api merambat dan membakar semua dek dengan cepat.
30 menit setelah api muncul, para penumpang diperintahkan menuju dek atas dan langsung menaiki sekoci. .

Namun evakuasi ini berlangsung lambat, karena hanya ada satu pintu akses menuju dek atas.
Begitu berada di dek atas, para ABK dan mualim kapal tidak ada yang memberitahu arah dan lokasi sekoci. Sementara para penumpang adalah orang2 awam yang tidak mengetahui bagaimana sistem keselamatan kapal.
Beberapa sumber menyebutkan, alih2 mengarahkan penumpang, beberapa ABK malah dengan egois menurunkan sekoci bagi dirinya sendiri. Dari enam sekoci yang ada, masing-masing hanya berkapasitas 50 orang, jauh dari kata cukup untuk jumlah penumpang Tampomas II kala itu.
Sebagian penumpang nekat terjun bebas ke laut, dan sebagian lagi menunggu dengan panik pertolongan selanjutnya.

Kapten kapal Abdul Rivai berinisiatif ingin membawa kapal menuju pulau terdekat. Namun, karena baling-baling dan mesin kapal tak berfungsi normal,
kapal hanya terombang ambing lepas kendali dengan cuaca yang tak mendukung. Kondisi ini mengakibatkan Tampomas II harus terpaksa lempar sauh pada sekitar wilayah tersebut. Asap hitam mulai keluar dan menyembul ke udara.. lalu tiba2 suara ledakan keras dari dalam kapal.
Pertolongan pertama datang dari KM Sangihe dengan nakhoda kapal Kapten Agus K. Sumirat. Secara kebetulan, Sumirat merupakan teman satu angkatan Abdul Rivai di Akademi Ilmu Pelayaran lulusan tahun 1959.
KM Sangihe sendiri saat itu dalam perjalanan dari Pare-pare menuju Surabaya untuk melakukan perbaikan kerusakan mesinnya. Mualim I KM Sangihe, J. Bilalu yang pertama melihat kepulan asap dari arah Barat dan mengira kepulan asap berasal dari sumur minyak lepas pantai Pertamina.
Markonis KM Sangihe Abubakar mengirimkan pesan morse SOS pada pukul 08.15 WITA. KM Ilmamui menyusul untuk melakukan pertolongan dan tiba pada pukul 21.00 WITA disusul empat jam kemudian kapal tangker Istana VI dan masih berdatangan kapal lain yaitu kapal Adhiguna Karunia dan
KM Sengata milik PT Porodisa Lines.

Sejak tanggal 26 Januari pagi, Laut Jawa dilanda hujan yang sangat deras. Api mulai menjalar ke ruang mesin dimana terdapat bahan bakar yang tidak terisolasi.
Akumulasi dari percikan api kecil yang merembet ke bahan bakar itulah yang membuat ledakan di pagi hari tanggal 27 Januari, ledakan tersebut berasal dari ruang mesin dan membuatnya penuh oleh air laut.
Ruang propeller dan ruang generator turut pula terisi air laut, hal ini mengakibatkan kapal miring 45 derajat, dalam keadaan banyak penumpang masih ada diatas kapal tersebut.
Akhirnya pada siang hari tanggal 27 Januari 1981 Pukul 12.45 WIB atau Pukul 13.45 WITA, sekitar 30 jam setelah percikan api pertama, KMP Tampomas II tenggelam ke dasar Laut Jawa untuk selamanya, bersama 288 korban tewas yg berada di dek bawah.
Kapten Abdul Rivai termasuk yang terakhir meninggalkan kapal. Sebelumnya ia sempat mengirimkan pesan kepada nakhoda KM Sangihe, "tolong kirimi saya air dan makanan, karena saya akan tetap berada di kapal sampai detik terakhir".
Pesan tersebut disampaikan melalui awak kapal Tampomas II yang berhasil menyeberang ke KM Sangihe yang bernama Bakaila. Tetapi permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Agus K. Sumirat, nakhoda KM Sangihe.
Tim penyelamat memperkirakan 431 orang tewas (143 jenazah ditemukan dan 288 orang hilang bersama kapal), sementara 753 orang berhasil diselamatkan. Sumber lain menyebutkan angka korban yang jauh lebih besar, hingga 666 orang tewas. .
Dari catatan kapal tangker Istana VI berhasil menyelamatkan 144 penumpang Tampomas dan 4 jenazah, sementara KM Sengata menyelamatkan 169 orang dan 2 jenazah, kapal lain KM Sonne tercatat menemukan 29 jenazah termasuk jenazah Nakhoda KMP Tampomas II Kapten Abdul Rivai.
Odang Kusdinar, Markonis KM Tampomas II selamat, ia ditemukan bersama 62 penumpang dalam sekoci di dekat Pulau Duang-Duang Besar, 240 km sebelah timur tempat Tampomas tenggelam pada hari Jumat 30 Januari 1981 pukul 05.00 WITA.
Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dalam penjelasannya pada pers di kantor Departemen Perhubungan, mengatakan tidak terjadi hal yang abnormal di ruang mesin. Kelainan terjadi pada ruang geladak kendaraan, khususnya pada kendaraan roda dua yang terletak di sebelah belakang.
Karena guncangan gelombang laut yang cukup kuat memungkinkan untuk timbul percikan api dan menyebar. Masinis III Tampomas II Wishardi Hamzah mengatakan bahwa Tampomas II tidak memiliki sistem pendeteksi asap.
Penyelidikan yang dipimpin oleh Jaksa Bob Rusli Efendi Nasution sebagai kepala Tim Perkara tidak memberikan hasil yang berarti, sebab semua kesalahan ditudingkan kepada para awak kapal. Ada kesan bahwa kasus ini dengan sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah saat itu,
meskipun banyak suara dari parlemen yang menuntut pengusutan yang lebih serius.

Belakangan setelah kasus ini terjadi, diketahui bahwa kapal Tampomas II sejatinya adalah kapal sepuh yang dipoles luarnya saja agar terlihat baru lalu dijual dua kali lipat harga normal kapal bekas.
Mirisnya, kapal tua ini dipaksa berlayar dengan rute dan intensitas selayaknya kapal baru. Tampomas II yang tua itu akhirnya menyerah dan terjadilah yang terjadi.
Tragedi Kapal Tampomas II cukup menggegerkan publik saat itu dan membuat rasa trauma dalam diri masyarakat Indonesia
yg ingin berpergian menggunakan jalur laut. Musisi Iwan Fals juga sempat menulis lagu mengenai peristiwa ini dengan sentilan bahwa pembelian Tampomas II adalah sebuah kesalahan yang mengakibatkan korban jiwa yg tidak sedikit
Kengerian yg dialami para penumpang saat itu tentunya akan meninggalkan trauma yg mendalam.. bisa bayangkan bagaimana kengerian terombang ambing tanpa daya mesin, dikepung api selama 30 jam, sekoci yang kurang, cuaca hujan lebat, serta kapal yang miring sebelum akhirnya tenggelam
apalagi perairan tempat tenggelamnya kapal ini dikenal juga dengan julukan "Segitiga Bermuda Indonesia". Yakni sebuah perairan yg dikenal dengan Masalembo
Tamat

Refferensi
tagar.id/hari-ini-38-ta…
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!