Anyway, Ana sangat menjaga sekali kondisi kesehatannya saat hamil dan selalu rutin ke dokter tiap bulannya.
"User pa dia! Kase kaluar pa dia! Dia mo ambe kita pe anak ini! Tolong kasiang user pa dia!" (Usir dia! Keluarkan dia! Dia mau mengambil anak saya. Tolong usir dia!)
Dan benar saja, besok malamnya Ana dilarikan ke Rumah Sakit karena kejangnya kambuh.
Salah satu tangannya hampir buntung terkoyak dan selalu dia lambai-lambaikan untuk mengusili Ana, seperti dia ingin mencoba meraih
Tapi menurut Ana yg paling menakutkan adalah mata si kakek yg utuh seperti mata manusia bukan hitam atau putih seperti penggambaran hantu umumnya
Oh ya, saya juga baru ingat dengan sebuah cerita mimpi yang pernah Ana ceritakan pada saya beberapa bulan setelah dia menikah (tapi belum hamil).
Awalnya dia cuek saja, berpikir itu mungkin serangga.. tapi lama kelamaan suara itu semakin mengganggu sampai akhirnya Ana membuka mata dan menggigil ketakutan..
Ada wanita berambut panjang yang berusaha masuk ke kamarnya melalui sela-sela lubang ventilasi tersebut..
Ana bilang wajah wanita itu bengkak dan mengeluarkan cairan menjijikan seperti ingus berwarna hijau layaknya mayat yang busuk.
Kata Ana, tangan perempuan itu melambai-lambai, berusaha untuk menggapai Ana.
Kembali lagi ke masa ketika Ana sudah 3 hari di rs. Dokter akhirnya mengizinkan Ana pulang karena memang menurut dokter dia tidak sakit hanya sedikit tekanan darah rendah yang bisa diobati
Belum 1 minggu Ana kembali ke rumah, kejang-kejangnya kembali lagi. Lagi-lagi dia berteriak histeris minta kakek berdarah itu untuk diusir.
"Kase kaluar ini opa pe kambing! Opa kiapa ngana mo ambe kasiang kita pe anak cuma satu! User akang ni opa ini kita tako lia dia pe muka!" (Keluarkan kambingnya kakek ini! Kakek kenapa kamu mau mengambil anak saya
Segera tante saya, (ibunya Ana) dan suaminya dipanggil masuk ke ruang UGD untuk membantu menenangkan Ana. Di sela-sela tangisannya, Ana memohon-mohon kepada ibunya dan suaminya agar dibawa pulang dan
Om Hendra ini dikenal sebagai orang jago obat makatana yaitu semacam "orang pintar" kalo di daerah lain.
Sebelum pulang, Om Hendra sempat berpesan,
"Kiapa ngana opa, ngana kira kita tako so pa ngana? Coba jo ambe kita pe anak kalo nda kita mo kase mati pa ngana! Mo bawa2 le ngana pe kambing iblis itu!--
Entah apa yang dia lihat, karena dia biasanya minta "dijauhkan dari kakek2", tapi sekarang ia mengatakan bahwa kakek2 itu telah tiba.
Ana meninggal..
(Pulang saja, nak. Kita sudah berbeda dunia) kata kakekk sambil membelakangi pintu.
Akhirnya seminggu setelah dikuburkan, sesuatu yang besar terjadi yang menggegerkan kampung kecil kami...
Ceritanya, hari sudah malam ketika Nining dan Ibunya dijemput ayahnya yang bekerja sbg seorang supir angkot dari rumah saudara mereka di pusat kota.
"Sapa itu, ma?" tanya nining.
Tapi orang tuanya tidak menjawab dan kembali menutup pintu rumah sambil berdoa dengan suara keras..
Saat mereka sudah mulai terlelap tidur tiba-tiba Nining berteriak memanggil ibunya yang tidur disampingnya..
"Hey, kiapa ngana, Ning? Ini Mama ini," kata ibunya nining. (Hey, kamu kenapa, Ning? Ini mama).
"Ini mama, Ning!!!" Kata ibunya Nining mulai panik.
"Sapa so ngana?" tanya ayah nining. (Kamu siapa sih?) .
"KITA ANA! ANA!..
Berhubung kampung kecil, kami saling mengenal satu sama lain. Memang ayah nining kenal dengan tante Non yang adalah penumpang setia angkotnya.
Sampai di rumah Nining, sudah banyak orang yang berkumpul saya lihat didalam sudah ada om Hendra dan tante Non dan saudara-saudara saya yang lain,
Tetangga-tetangga yang berkumpul kemudian diminta pulang dan yang diizinkan masuk hanyalah keluarga dekat. Pintu rumah mereka tutup dan Nining dibopong ke dalam kamar.
"Om nda dapa lia tu iblis? Itu tu opa itu pe iblis yang da beking pa kita!" (Om tidak bisa lihat iblis itu?? Itu Iblisnya kakek itu yang mengguna-guna saya) .
"Ada di pohong pisang. Mama, suruh pa dia kase brenti ni iblis ini! Kita cuma suka mo tenang. Kita cuma suka mo polo kita pe ade bayi kong torang mo tidor sama-sama. Suruh dia bunung depe iblis ini!"
"Opa torang pe tamang dia. Dia selalu ba cari bia di kuala. Dia pe bae-bae mar kiapa dia tega skali pa kita dang?" "(Dia adalah kakek teman kita. Dia selalu mencari keong di sungai kecil.
Tiba-tiba terdengar teriakan Nining yang melengking, memekakan telinga. Terdengar juga bunyi orang krasak krusuk di dalam kamar yg sepertinya mereka sedang menahan Nining.
"Suruh dia bunung depe iblis! Napa dia so datang!" (Suruh dia membunuh iblisnya! Ini dia sudah datang!) Teriak Nining semakin menjadi-menjadi.
Menurut tante saya, selama Ana sakit ada seorang kakek tetangga mereka yang hanya berjarak 2 rumah dari rumah Ana.
Ada beberapa keluarga kami yang sangsi dengan kebenaran cerita Nining, mereka bahkan tidak percaya dengan kebenaran Nining yang dirasuki oleh arwah Ana.
Percaya atau tidak percaya terserah pembaca, tapi malam itu kami rombongan keluarga pergi menyamperi kediaman Kakek Prat.
Situasi semakin memanas sampai hampir saja kakek Prat di keroyok kalau pak kades tidak menengahi. Pak Kades bilang bahwa kami tidak bisa menggunakan perkataan anak-anak yg konon katanya sedang kesurupan sbg bukti.
Namun kakek Prat juga tidak menyerah. Dia tetap saja menggedor-gedorkan pintu sampai akhirnya tante Non membukakan pintunya dan mempersilahkan kakek Prat masuk.
Kalian tahu apa yang di lakukan kakek Prat saat mereka sudah berada di ruang tamu? Kakek Prat langsung berlutut dan mencium kaki tante Non sambil menangis dan meminta maaf...
Awalnya dia menaburkan bunga-bunga yang sudah di beri mantra-mantra di teras rumah. Tapi bunganya keburu di sapu sebelum kena kakinya Ana.
Aku ingat pernah ada kejadian saat aku dan Ana baru pulang sehabis jalan-jalan di mall dan mendapati ada bau cuka di depan pintu tapi kami cuek saja karena bau cuka bukanlah sesuatu yang aneh.
Kakek Prat mengaku bahwa beberapa kali dia mengurungkan niat untuk melanjutkan guna-gunanya karena merasa kasihan melihat perubahan drastis pada Ana.
Hingga terjadilah apa yang sudah terjadi,.. akhirnya Ana meninggal dunia
Sekian cerita saya, semoga teman-teman bisa memetik pelajaran hidup dari cerita ini.
Tamat