, 110 tweets, 15 min read
My Authors
Read all threads
Beristirahatlah dengan Tenang, Ana

Based on True Story

a thread
Perkenalkan nama saya Tia (bukan nama sebenarnya). Saya ingin berbagi sebuah cerita yang sedih dan menakutkan yang terjadi pada Ana. Sepupu saya dan saya adalah saksi mata kejadian tersebut. Kisah ini memang panjang jadi mohon kesabaran teman-teman.
Sepupu saya ini bernama Ana (samaran) dan kejadian ini terjadi disebuah desa pinggir laut yang berada di Sulawesi Utara. Kala itu saya masih duduk di bangku kuliah semester pertama sedangkan sepupu saya yang lebih tua 4 tahun dari saya baru saja menikah beberapa bulan sebelumnya.
Tahun 2009, Ana memberi kabar bahagia ke saya bahwa dia tengah mengandung anak pertamanya. Kami semua ikut senang mendengarnya. Ana adalah seorang wanita yang senang kepada anak-anak jadi bisa dibayangkan bagaimana senangnya dia bisa mengandung anak pertamanya-
-tidak berapa lama setelah menikah. Saya memang dekat dengan Ana. karena kebetulan, rumah kami bersebelahan dan kami juga sama-sama aktif ikut kegiatan gereja.
Tiap hari, dia tidak pernah lupa meminum vitamin kehamilan yang diresepkan dokter juga rutin meminum susu khusus ibu hamil (saya juga suka nimbrung ikut minum, enak sih) .
Anyway, Ana sangat menjaga sekali kondisi kesehatannya saat hamil dan selalu rutin ke dokter tiap bulannya.
Hingga suatu ketika, usia kehamilan Ana sudah memasuki 5 bulan, tiba-tiba dia jatuh sakit. Setiap malam, tubuhnya kejang-kejang dan suhu badannya panas tapi ujung-ujung jarinya dingin. Disaat kejang-kejang itu, Ana selalu mengigau bahkan sampai berteriak - teriak..
Ia selalu meminta kami untuk mengusir "kakek berdarah" dari dalam kamarnya.

"User pa dia! Kase kaluar pa dia! Dia mo ambe kita pe anak ini! Tolong kasiang user pa dia!" (Usir dia! Keluarkan dia! Dia mau mengambil anak saya. Tolong usir dia!)
Itulah teriakan Ana yang sampai sekarang masih saya ingat. Saat itu saya hanya bisa terpaku di depan pintu melihat sepupu saya di tahan saudara-saudara saya agar tidak memberontak dan mencelakai dirinya sendiri.
Keanehan dari penyakit Ana ini adalah jam kambuhnya di tengah malam. Siang harinya, Ana kembali menjadi seperti dirinya sendiri walaupun dia hanya terbaring lemas di tempat tidur..
Selama 3 hari kondisi Ana tidak membaik, akhirnya keluarganya memutuskan untuk membawanya ke dokter. Dan yang anehnya, dari pemeriksaan dokter tidak ada masalah apapun dengan Ana.
Namun dokter tetap menuliskan resep obat dan meminta keluarga untuk segera membawa Ana ke Rumah Sakit apabila penyakitnya kambuh lagi.

Dan benar saja, besok malamnya Ana dilarikan ke Rumah Sakit karena kejangnya kambuh.
2 hari dirawat di rumah sakit, kondisi Ana menjadi sangat baik. Wajahnya yang sebelumnya pucat menjadi merona lagi. Bahkan Ana sendiri mengaku bisa tidur dengan tenang di rumah sakit dan merasa kembali bertenaga. Dokter dan perawat hanya bisa menatap dia dengan keheranan,
karena mereka sendiri juga tidak tahu penyakit apa yang di derita oleh Ana sampai harus dirawat diRS. Apalagi, hasil pemeriksaan lab kembali dan semuanya normal..
Saya ingat, waktu giliran saya menjaga Ana di rs. Dia sempat bercerita tentang kakek berdarah yg selalu berdiri di pojok kamar di rumahnya ketika serangan kejang-kejang menghampiri Ana. Entah apa yang dia lihat itu adalah benar ataukah hanya imajinasinya saja, kami tidak tahu.
Menurut cerita Ana, kakek itu memakai celana panjang dan kaos yang lusuh dan sobek-sobek, sekujur tubuhnya dipenuhi darah yang mengalir..

Salah satu tangannya hampir buntung terkoyak dan selalu dia lambai-lambaikan untuk mengusili Ana, seperti dia ingin mencoba meraih
dan memegang Ana. Wajah kakek itu rusak parah, mulutnya robek dan putus di satu sisi sehingga rahangnya menggantung di sisi lainnya.

Tapi menurut Ana yg paling menakutkan adalah mata si kakek yg utuh seperti mata manusia bukan hitam atau putih seperti penggambaran hantu umumnya
Kata Ana, kakek itu seperti orang yang setengah mati, sebagian tubuhnya sudah membusuk tapi bagian matanya tetap "normal".

Oh ya, saya juga baru ingat dengan sebuah cerita mimpi yang pernah Ana ceritakan pada saya beberapa bulan setelah dia menikah (tapi belum hamil).
Menurut Ana, malam itu suaminya sedang pergi bekerja (suaminya adalah satpam di sebuah hotel) dan dia tidur sendiri di kamarnya. Dia pun mimpi mendengar bunyi seperti ada yang menggaruk-garuk plastik penutup lubang ventilasi di kamarnya...
Ana bermimpi mendengar bunyi seperti ada yang menggaruk-garuk plastik penutup lubang ventilasi di kamarnya.

Awalnya dia cuek saja, berpikir itu mungkin serangga.. tapi lama kelamaan suara itu semakin mengganggu sampai akhirnya Ana membuka mata dan menggigil ketakutan..
karena dari lubang ventilasi di depannya..

Ada wanita berambut panjang yang berusaha masuk ke kamarnya melalui sela-sela lubang ventilasi tersebut..

Ana bilang wajah wanita itu bengkak dan mengeluarkan cairan menjijikan seperti ingus berwarna hijau layaknya mayat yang busuk.
Mulut wanita itu membuka dan menutup seperti lagi megap-megap.. dan dari mulutnya keluarlah darah kental. Bau busuk seperti bau tikus mati langsung menyeruak di dalam kamar.

Kata Ana, tangan perempuan itu melambai-lambai, berusaha untuk menggapai Ana.
Lama kelamaan tangan pucat dengan bercak darah wanita itu seperti bertambah panjang sampai hampir bisa menyentuh perut Ana. Seketika itu juga Ana berteriak dan tersadar dari mimpinya. 1 minggu kemudian Ana dinyatakan positif hamil 2 minggu.
Entah apakah mimpi itu adalah sebuah pertanda ataukah hanya bunga tidur semata?

Kembali lagi ke masa ketika Ana sudah 3 hari di rs. Dokter akhirnya mengizinkan Ana pulang karena memang menurut dokter dia tidak sakit hanya sedikit tekanan darah rendah yang bisa diobati
dengan obat penambah darah dan makanan yang sehat.

Belum 1 minggu Ana kembali ke rumah, kejang-kejangnya kembali lagi. Lagi-lagi dia berteriak histeris minta kakek berdarah itu untuk diusir.
Keesokan harinya, suami Ana berniat membawa Ana ke dokter atau sekalian ke rumah sakit lagi agar dokter bisa memeriksanya lagi tapi Ana bersikeras tidak mau kembali ke rumah sakit. Dia hanya ingin agar diizinkan mandi di sungai kecil di belakang rumahnya.
FYI sungai kecil itu memang airnya jernih tapi karena disampingnya rumah warga, kan agak gimana juga ya untk di pake mandi, agak jijik. Sontak seluruh keluarga menolak untuk mengizinkan permintaan yg sangat aneh itu.
Keesokan paginya Ana tiba-tiba histeris lagi sambil berteriak, .

"Kase kaluar ini opa pe kambing! Opa kiapa ngana mo ambe kasiang kita pe anak cuma satu! User akang ni opa ini kita tako lia dia pe muka!" (Keluarkan kambingnya kakek ini! Kakek kenapa kamu mau mengambil anak saya
yang hanya ada satu! Tolong di usir kakek ini saya takut lihat wajahnya!")

Segera tante saya, (ibunya Ana) dan suaminya dipanggil masuk ke ruang UGD untuk membantu menenangkan Ana. Di sela-sela tangisannya, Ana memohon-mohon kepada ibunya dan suaminya agar dibawa pulang dan
dimandikan di sungai belakang rumahnya (cerita ini saya dengarkan dari tante saya) dan mereka berdua akhirnya berjanji bahwa Ana bisa mandi di sungai ketika dokter sudah mengizinkan pulang dari RS. Saat itu Ana pun tenang dan tertidur kembali..
Tidak berapa lama, pendeta kenalan kami datang untuk menjenguk dan kami berdoa bersama di dalam kamar rawat Ana untuk kesehatan Ana dan bayi yang sedang di kandungnya. (Sebelumnya pendeta ini selalu datang untuk mendoakan Ana sejak Ana mulai sakit).
Sore harinya datanglah saudara kami, sudah sepupu jauh keluarga kami sebenarnya, sebut saja namanya om Hendra.

Om Hendra ini dikenal sebagai orang jago obat makatana yaitu semacam "orang pintar" kalo di daerah lain.
Makatana adalah sebutan orang manado untuk pengobatan dengan media daun daunan yg diajarkan turun temurun dari leluhur. Dia langsung minta untuk di izinkan masuk ke dalam kamar rawat Ana karena ada pengobatan yang bisa dia lakukan untuk menolong.
Tapi memang kami berasal dari keluarga yang pikirannya kelewat logis dan sangat sangsi dengan dunia-dunia gaib sehingga kedatangan om Hendra tidak disambut baik malahan dicari-cari alasan agar Om Hendra tidak bisa ketemu Ana.
Tanteku bilang bahwa pendeta baru saja datang mendoakan Ana, kita tidak boleh mempersilahkan masuk ilmu gaib yang bertentangan dengan ajaran agama masuk juga, khawatir nanti berkatnya hilang.
om Hendra akhirnya pulang tanpa bertemu Ana, tapi sebelum beliau pulang, ia sempat bilang bahwa ada sesuatu yang mengikuti jabang bayi Ana, sesuatu yang tertarik dengan bau bayinya dan ingin memilikinya.

Sebelum pulang, Om Hendra sempat berpesan,
Pesannya adalah agar Ana harus dijaga dengan baik, jangan ditinggal sendiri dan apapun yang Ana inginkan kalau bisa harus dipenuhi, termasuk di dalamnya yaitu mandi di sungai kecil.
Tapi apa daya, setelah didoakan pendeta tadi, malamnya, masih di hari itu juga, Ana kembali mengigau sambil menunjuk-nunjuk pintu masuk kamarnya.. dan dia berkata lirih..
"Napa dia so dapa pa kita. Dia mo ambe kita pe anak, kita nda mo kase. Kita mo iko jo pa kita pe anak, kita mo jaga trus pa dia," (Dia sudah menemukan saya. Dia mau mengambil anak saya.. saya tidak akan memberikannya... Saya mau ikut anak saya saja, saya akan terus menjaganya)
Lalu ana menoleh ke samping kirinya, lalu ia kembali berkata tapi kali ini dengan nada tinggi.

"Kiapa ngana opa, ngana kira kita tako so pa ngana? Coba jo ambe kita pe anak kalo nda kita mo kase mati pa ngana! Mo bawa2 le ngana pe kambing iblis itu!--
--Kita mo makang ngana pe kambing itu!" (Kenapa kamu kakek??, kamu pikir saya takut sama kamu? Coba saja ambil anak saya nanti saya bunuh kamu! Pake bawa-bawa kambing iblis kamu pula! Akan saya makan kambing kau itu)
Begitu kata Ana sambil kadang lirih kadang juga sambil mengerang marah. Bergantian ia mengigau dengan karakter berlainan itu.
Entah apa yang dia lihat, karena dia biasanya minta "dijauhkan dari kakek2", tapi sekarang ia mengatakan bahwa kakek2 itu telah tiba.
tidak berselang beberapa jam kemudian Ana kembali kejang-kejang dengan kejang yang cukup parah hingga akhirnya..

Ana meninggal..
Meninggalnya Ana menyisahkan sedih dan penyesalan yang mendalam bagi keluarga kami. Kami yang juga menanti-nantikan bayi yg ia kandung harus menelan kesedihan dengan kepergian mereka berdua, kembali berpulang kepada Bapa.
Setelah pemakaman Ana, mulai terdengar gosip-gosip tetangga tentang pengalaman mistis mereka. Tetangga yang berdekatan rumah dengan Ana sering mendengar bunyi percikan air seperti ada ikan yang melompat-lompat dari sungai kecil di belakang rumah..
Sesekali juga terdengar sayup-sayup suara perempuan bernyanyi lagu nina bobo di waktu malam dari arah sungai tersebut..
Cerita lain juga datang dari kakek saya, yang di malam kematian Ana mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu pagi-pagi buta. Dan ketika kakek saya intip dari jendela, Ana lah berdiri di depan pintu rumahnya..
Tapi kakek tidak membukakan pintu karena baru saja dia selesai berteleponan dengan ayah saya yang mengabarkan kematian Ana. "Pulang jo ngana anak. So beda dunia torang."
(Pulang saja, nak. Kita sudah berbeda dunia) kata kakekk sambil membelakangi pintu.
Ada juga kabar cerita dari pemuda2 kampung yg melihat kuntilanak di pohon alpukat di depan rumah Ana. Kuntilanak itu menangis tersedu-sedu sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Menurut cerita pemuda2 itu, saat sosok ini muncul, kaki mereka seperti berat untuk diangkat.
Entah bagaimana caranya, mungkin salah satu dari mereka mulai berdoa dan akhirnya mereka bisa lari.

Akhirnya seminggu setelah dikuburkan, sesuatu yang besar terjadi yang menggegerkan kampung kecil kami...
Sampai detik ini pun, saya masih tidak percaya hal itu terjadi, batas antara percaya dan tidaknya bagi saya sudah pudar karena kejadian ini saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri.
Adalah Nining (nama samaran) anak perempuan berusia 8 tahun yang tinggal di kampung sebelah.

Ceritanya, hari sudah malam ketika Nining dan Ibunya dijemput ayahnya yang bekerja sbg seorang supir angkot dari rumah saudara mereka di pusat kota.
Ketika pulang, mereka sontak kaget melihat sosok wanita hamil memakai baju putih dan berambut panjang tengah duduk di ruang keluarga rumah mereka..
"Sapa itu, ma?" tanya nining.

Tapi orang tuanya tidak menjawab dan kembali menutup pintu rumah sambil berdoa dengan suara keras..
Tidak lama kemudian, setelah mereka berdoa dengan keras, mereka coba buka lagi pintu rumahnya. Dan ketika pintu dibuka lagi, sosok wanita yg duduk di ruang tengah tadi sudah hilang...
Mereka bertiga bersiap tidur dan berdoa bersama sebelum tidur.
Saat mereka sudah mulai terlelap tidur tiba-tiba Nining berteriak memanggil ibunya yang tidur disampingnya..

"Hey, kiapa ngana, Ning? Ini Mama ini," kata ibunya nining. (Hey, kamu kenapa, Ning? Ini mama).
"Bukang!!! Ngana bukang kita pe mama! Pangge akang kita pe mama!" (Bukan!! kamu bukan ibu saya, panggilkan ibu saya!).

"Ini mama, Ning!!!" Kata ibunya Nining mulai panik.
"Bukang! Pangge akang tua Non (Non = nama samaran ibunya Ana) itu kita pe mama! Pangge akang!" (Bukan! Panggilkan tante Non, itu mama saya) kata nining masih histeris.

"Sapa so ngana?" tanya ayah nining. (Kamu siapa sih?) .

"KITA ANA! ANA!..
..Tua Non pe anak dang! Pangge akang kasiang pa kita pe mama!" (Saya ANA! ANA! Anaknya tante Non! Tolong panggilkan mama saya)

Berhubung kampung kecil, kami saling mengenal satu sama lain. Memang ayah nining kenal dengan tante Non yang adalah penumpang setia angkotnya.
Seketika itu juga kampung heboh dengan berita kerasukan nining. Saya ingat waktu itu jam masih menunjukkan pukul 10 malam. Saya yang waktu itu habis pulang rapat panitia perayaan natal gereja juga ikut-ikutan pergi ke rumah Nining bersama adik sepupu saya.
Rasa penasaran saya lebih kuat daripada rasa kantuk yang sudah daritadi saya rasakan.

Sampai di rumah Nining, sudah banyak orang yang berkumpul saya lihat didalam sudah ada om Hendra dan tante Non dan saudara-saudara saya yang lain,
ayah saya juga ada (beliau menyuruh saya pulang namun emang saya keras kepala dan memilih tetap tinggal).

Tetangga-tetangga yang berkumpul kemudian diminta pulang dan yang diizinkan masuk hanyalah keluarga dekat. Pintu rumah mereka tutup dan Nining dibopong ke dalam kamar.
Di dalam kamar hanya tante Non, om Hendra dan juga orang tuanya nining yang diperbolehkan masuk, sedang yg lainnya menunggu di ruang tamu. Tapi saya dan adik sepupu saya emang pengen tau banget dan kita pura² mau ke toilet padahal kita pergi menguping pembicaraan mereka..
"Mama, kita so siksa ini napa kita pe anak tu iblis mo ambe. Dia selalu dusu-dusu pa kita dengan ade bayi. Kita so siksa mama!" (Mama, saya sudah tersiksa, anak saya mau di ambil iblis. Dia selalu kejar-kejar saya dan adik bayi. Saya tersiksa mama!) Jerit nining.
"Sapa yang beking pa ngana, Ana?" (Siapa yang mengguna-guna kamu, Ana?)Suara om Hendra yang berat terdengar.

"Om nda dapa lia tu iblis? Itu tu opa itu pe iblis yang da beking pa kita!" (Om tidak bisa lihat iblis itu?? Itu Iblisnya kakek itu yang mengguna-guna saya) .
"Opa sapa Ana?" (Kakek siapa, Ana?)

"Ada di pohong pisang. Mama, suruh pa dia kase brenti ni iblis ini! Kita cuma suka mo tenang. Kita cuma suka mo polo kita pe ade bayi kong torang mo tidor sama-sama. Suruh dia bunung depe iblis ini!"
(Ada di pohon pisang. Mama, suruh dia untuk memberhentikan iblis ini! Saya hanya ingin ketenangan. Saya hanya ingin memeluk adik bayi saya dan tidur bersama-sama. Suruh dia bunuh iblisnya!).
"Pohong pisang apa? Sapa yang ada beking pa ngana?" Isak tante saya pilu.

"Opa torang pe tamang dia. Dia selalu ba cari bia di kuala. Dia pe bae-bae mar kiapa dia tega skali pa kita dang?" "(Dia adalah kakek teman kita. Dia selalu mencari keong di sungai kecil.
Dia baik sekali tapi kenapa dia tega sama saya?)"sekarang suara nining terdengar lirih.

Tiba-tiba terdengar teriakan Nining yang melengking, memekakan telinga. Terdengar juga bunyi orang krasak krusuk di dalam kamar yg sepertinya mereka sedang menahan Nining.
Suara erangan dan teriakan Nining membuat bulu kuduk saya meremang. Saya dan sepupu saya memutuskan untuk kembali ke ruang tamu karena dalam hati kami sudah ketakutan tapi sebelum kami pergi kami sempat mendengarkan tangisan tante Non dan Ibu Nining yang benar-benar menyayat hati
Sampai tiba-tiba Nining berteriak lagi...

"Suruh dia bunung depe iblis! Napa dia so datang!" (Suruh dia membunuh iblisnya! Ini dia sudah datang!) Teriak Nining semakin menjadi-menjadi.
Tante saya akhirnya keluar dari kamar Nining dengan mata yang sudah bengkak karena menangis. Tapi di wajah tante saya bukan memancarkan kesedihan, tapi amarah..
"Kita tau sapa yang beking pa Ana." (Saya tahu siapa yang mengguna-gunai Ana), Begitu kata tante ketika keluar dari kamar Nining.

Menurut tante saya, selama Ana sakit ada seorang kakek tetangga mereka yang hanya berjarak 2 rumah dari rumah Ana.
Kakek itu sering membawakan pisang untuk Ana dan Tante Non, pisang yang dia ambil dari kebunnya yang berjarak beberapa kilometer keluar kampung dan masuk ke dalam hutan. Kakek itu juga sering jalan-jalan di kali belakang rumah sambil mengumpulkan kerang-kerang kecil.
Persis seperti yang di katakan "Ana" dalam raga Nining. Dan Kakek itu bernama kakek Prat (nama samaran).

Ada beberapa keluarga kami yang sangsi dengan kebenaran cerita Nining, mereka bahkan tidak percaya dengan kebenaran Nining yang dirasuki oleh arwah Ana.
Meski begitu, mereka tetap mendukung tante Non dan bersepakat untuk menghampiri kediaman kakek Prat dan meminta penjelasan. .
Percaya atau tidak percaya terserah pembaca, tapi malam itu kami rombongan keluarga pergi menyamperi kediaman Kakek Prat.
Ayah saya berinisiatif untuk mengajak pak Kades yang memang masih saudara jauh kami. Kakek Prat awalnya menyambut kami dengan baik, mungkin dia pikir kami hanya bertamu biasa. Namun ketika pak Kades menjelaskan situasinya kakek Prat malah jadi mengamuk dan marah besar.
Kemarahan kakek Prat justru memancing kekesalan dan kemarahan dari keluarga kami. Mungkin karena hari sudah larut dan kami semua sudah capek makanya amarah pada waktu itu cepat tersulut.
Saat itu jujur saja saya sudah agak malu. bagaimana tidak?kami datang ke rumah orang tua itu sambil membawa tuduhan ilmu santet sampai tumbal menghabisi nyawa orang lain hanya dari perkataan anak kecil yang sedang kesurupan.
Tapi tante Non tetap bersikeras dan percaya pada ucapan Nining.
Situasi semakin memanas sampai hampir saja kakek Prat di keroyok kalau pak kades tidak menengahi. Pak Kades bilang bahwa kami tidak bisa menggunakan perkataan anak-anak yg konon katanya sedang kesurupan sbg bukti.
Pak Kades bilang bahwa kami tidak bisa menggunakan perkataan anak-anak yang konon katanya sedang kesurupan sebagai bukti kuat untik menghukum kakek Prat apalagi sampai main hakim sendiri. Kami pun seperti tersadar dan kembali pulang kerumah untuk menenangkan diri dan berpikir..
Sementara itu, saya dengar kabar bahwa om Hendra sedang berupaya menolong nining karena sekarang bukan Ana lagi yang merasukinya melainkan iblis jahat yang masuk karena melihat "jalan" yang dibuka Ana.
Terakhir yang saya dengar, Nining dan orang tuanya di bawa om Hendra berobat di sebuah gunung di daerah Selatan Minahasa.
Anyway, beberapa hari setelah kejadian itu saya sama tante Non sedang menggoreng pisang di dapur, saya memang tetap sering berkunjung untuk menemani tante Non yang sekarang tinggal sendirian di rumah.
Tiba2, terdengar bunyi ketukan di pintu samping rumah. Tante Non membuka pintu dan masuklah kakek Prat. Beliau meminta untuk duduk dan berbicara berdua dengan tante saya di ruang tamu.
Tapi belum selesai kakek Prat berkata-kata, tante Non sudah membanting pintu di depan wajah Kakek tua itu.

Namun kakek Prat juga tidak menyerah. Dia tetap saja menggedor-gedorkan pintu sampai akhirnya tante Non membukakan pintunya dan mempersilahkan kakek Prat masuk.
Saya ditinggal sendiri di dapur sambil menjaga pisang yang sedang di goreng agar tidak hangus. Tapi lagi-lagi rasa ingin tahu saya memuncak dan bukannya menjaga pisang goreng saya malah menguping pembicaraan orang. Maafkan.
Tapi kalau tidak begitu, saya tidak akan bisa menceritakan ini pada pembaca saat ini.

Kalian tahu apa yang di lakukan kakek Prat saat mereka sudah berada di ruang tamu? Kakek Prat langsung berlutut dan mencium kaki tante Non sambil menangis dan meminta maaf...
Didalam sujudnya di kaki tante Non itu, Kakek Prat mengaku bahwa dialah yang menyantet Ana untuk tumbal, diberi makan untuk iblis peliharaannya...
Kakek Prat bercerita bahwa dia belajar ilmu santet di Pulau Talaud bertahun-tahun yang lalu dan untuk menyempurnakan ilmunya dia harus menumbalkan jabang bayi dan seorang wanita sebagai persembahan kepada iblis berkepala kambing peliharaannya..
Begitu kabar tentang kehamilan Ana diketahui banyak orang, maka Kakek Prat menganggap bahwa Ana adalah sasaran yang paling pas karena dia hanya perlu membunuh 1 wanita dan mendapatkan jabang bayi juga secara sekaligus.
Akhirnya, pada saat kehamilan Ana sudah berusia 4 bulan kakek Prat memulai aksinya.

Awalnya dia menaburkan bunga-bunga yang sudah di beri mantra-mantra di teras rumah. Tapi bunganya keburu di sapu sebelum kena kakinya Ana.
Tante Non pada saat itu yang menyapu dan dia tidak mencurigai apapun karena memang di depan rumah Ana banyak sekali bunga yang ditanam di dalam pot.
Percobaan ke dua adalah dengan menggunakan cuka yang dituangkan di teras rumah.

Aku ingat pernah ada kejadian saat aku dan Ana baru pulang sehabis jalan-jalan di mall dan mendapati ada bau cuka di depan pintu tapi kami cuek saja karena bau cuka bukanlah sesuatu yang aneh.
Tapi tanpa sepengetahuan kami, itulah bala kiriman kakek yang berhasil.

Kakek Prat mengaku bahwa beberapa kali dia mengurungkan niat untuk melanjutkan guna-gunanya karena merasa kasihan melihat perubahan drastis pada Ana.
Tapi entah kenapa dia mengurungkan niat baiknya itu dan malah melanjutkan perbuatan jahatnya..

Hingga terjadilah apa yang sudah terjadi,.. akhirnya Ana meninggal dunia
Kakek Prat merasa begitu bersalah dan menyesal. Kakek Prat mengaku bahwa dia merasa begitu tersiksa setelah kematian Ana. Hati kecilnya menyiksa dia dengan penyesalan.
Bahkan cerminpun memantulkan wujud aslinya, yaitu kakek2 dgn darah mengucur di seluruh tubuhnya, tangan yang hampir buntung, rahang yang hampir putus dan mata yang masih bisa melihat keburukan dirinya.
Kakek prat bilang, bahwa cermin dirumahnya sudah dia pecahkan karena tidak tahan melihat wujudnya yang menjijikan tapi pantulan dirinya selalu dia lihat di bayangan jendela, pantulan air, dll. Sehingga dia pun merasa hampir gila.
Kakek Prat berjanji akan bertobat dan mengubah jalannya asalkan dia mendapatkan maaf dari tante Non dengan memohon mohon.
Kami sekeluarga akhirnya berkumpul pada saat itu juga, saya langsung menelepon keluarga yang lain pada saat itu dan pendeta.."tersangka" terbunuhnya Ana sudah menyerahkan dirinya..
Malam itu juga kami berkumpul seluruh keluarga besar kami. Tak lupa juga kami undang pendeta untuk mendoakan kakek Prat agar bisa berubah dan tidak kembali lagi kepada praktek gelapnya. Kami mencoba ikhlas sebisa mungkin walaupun memang berat..
bagaimanapun, keceriaan Ana ketika memberi kabar dirinya hamil dan bagaimana kecintaanya kepada calon anaknya selalu menjadi bayang bayang yang menyakitkan untuk kami kenang.. Ana adalah orang baik yang penuh kasih sayang, namun harus pergi karena keserakahan orang lain...
Keesokan harinya, kakek Prat ditemani beberapa lelaki dari keluarga kami pergi ke kebun pisangnya tempat dia memelihara iblis kambingnya dan memangkas habis pohon-pohon di area milik kakek Prat tersebut.
Di salah satu batang pisang yang di tebang, ditemukan bungkusan putih yang berisi jari tangan manusia, hati kambing utuh dan tanah. Bungkusan itu kemudian di bakar sambil dibacakan doa dan dinyanyikan lagu gereja.
40 hari berlalu dan suasana kampung kembali damai. Tidak ada lagi muncul cerita-cerita mistis tentang Ana. Di hari peringatan 40 hari kematian Ana, saya bermimpi bertemu lagi dengan Ana di depan rumah tante Non.
Dia sedang memeluk seorang bayi mungil lucu yang di bungkus kain putih. Sambil tersenyum, Ana mengucapkan selamat tinggal dan bersama bayinya berjalan menuju ke arah jalan raya sampai akhirnya ada cahaya putih yang menyilaukan yang membungkus Ana dan menghilangkan dia--
--dari pandangan saya.. Mungkin sebagian orang akan bilang bahwa itu hanya bunga tidur tapi saya percaya itu adalah Ana dan anaknya yang mengucapkan selamat tinggal pada saya..
10 tahun sudah berlalu sejak kejadian meninggalnya Ana dan sekarang saya sudah punya keluarga kecil sendiri dan seorang anak laki-laki yang sehat.
Kadang masih terbesit ingatan tentang Ana dan bayinya yang mungkin akan menjadi sahabat karib anak saya andaikan mereka berdua masih hidup.. kemana mana berdua dan saling hangout bersama.. Yah.. seandainya..
Ana, aku harap kamu dan bayi lucumu sudah bahagia disana. Aku tidak akan melupakanmu sampai hari penghakiman tiba.

Sekian cerita saya, semoga teman-teman bisa memetik pelajaran hidup dari cerita ini.

Tamat
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!