Kapan itu Menkes bilang, serapan dana rendah karena "kasusnya masih sedikit" (?). Kenapa tidak dialokasikan untuk tes massal ya. Makin cepat ketahuan, bisa segera diisolir dan ngga merembet ke mana-mana.
Poin kedua, pemerintah yang tak konsisten. Ini sejak dari awal banget udah terlihat jelas. Saat Presiden sudah menghimbau utk mulai pake masker, jaga jarak, hindari kerumunan, Menkes malah bikin acara seremonial, pake salaman2 pula. Diliput TV nasional. Dan ngga cuma sekali lo.
Poin ketiga, sudah cukup jelas ya.
Saat ini pertambahan kasus tiap hari masih sangat tinggi. Belum ada tanda2 kurva akan melandai. Tapi lihatlah sekeliling kita, sudah banyak yang gak peduli lg dgn protokol kesehatan. Masih banyak yg tak bermasker di ruang publik.
Ditambah lagi masih banyak tokoh masyarakat (online maupun offline) yang masih meragukan betapa seriusnya penyakit ini. Ada yang krn percaya teori konspirasi, ada yang menganggap media terlalu lebay, ada jg yg meyakini kalau tenaga medis ambil untung dari wabah ini.
Sedih..🙁
Saya yang kebetulan punya bbrp teman+saudara yg berprofesi sebagai tenaga medis, pengen nangis mendengar tuduhan2 itu.
Mungkin saja ada oknum nakes yg "nakal", tp mbok ya jangan nggebyah-uyah. Jauh lebih banyak nakes yg tulus bekerja, dan bahkan sampe skg ndak dapat tunjangan.
Buat yang masih skeptis dan terkesan meremehkan wabah ini, saya ingin bertanya, bagaimana menyikapi berita bergugurannya para nakes di berbagai daerah?
Ada satu keluarga di Madura, bapak-ibu dan anak, semuanya tenaga kesehatan, meninggal dalam waktu yang berdekatan.. 😢
Tak cuma nakes. Beberapa hari ini rasanya makin sering mendengar berita lelayu, kyai2 pengasuh pondok pesantren yang meninggal dunia. Beberapa di antaranya masih muda. Tentu tak semuanya karena covid, tapi yang terbukti positif pun cukup banyak. Suatu kehilangan besar buat umat.
Maka pesan Abah dalam acara bersama PDNU (Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama) kmrn menjadi penting, al: "untuk soal kesehatan, termasuk urusan virus, kita harus mendengar kata dokter. Tawakkal saja tak cukup, tp kita juga harus hifdun-nafs (menjaga diri)"
Doa dan dukungan saya pada semua tenaga kesehatan yg berjuang di garis depan. Sebagai rakyat biasa, yang bisa saya lakukan hanya itu saja. Tentu dengan tetap mematuhi protokol: menghindari keramaian, selalu pake masker jika harus keluar, jaga jarak dan sering2 cuci tangan.
...plus makan yang benar, istirahat cukup, dan jangan lupa bahagia..😊
Kaus dari Abah ini, bertuliskan "Aku menyayangimu dan menghormatimu, maka aku memakai masker"..
Mohon maaf kaus-nya sementara ini masih limited edition, hanya untuk keluarga..🙏
Have a nice day😊
Another example of "mixed messages" : pejabat pemerintah yang memberi contoh buruk pengabaian protokol kesehatan.
Catat ya gaes, pake faceshield saja tak cukup, harus tetap pake masker juga.
Rasanya sudah lama ndak bikin thread. Mau cerita yang ringan saja, boleh ya.. Semacam #latepost, beberapa waktu lalu sempat mudik dadakan, tepatnya di awal September.
Bermula dapat laporan dari adik saya, kalau Abah akan menghadiri acara di Masjid Agung SMG. Alarm lgsg menyala.
Maklumlah, sebagai "Kepala Satpam", saya merasa punya tanggung-jawab untuk menjaga Abah, sebisa mungkin menghindarkan beliau dr acara yg menghadirkan banyak orang.
Apalagi selama ini bbrp kali melihat acara seremonial yg melibatkan pejabat, melanggar aturan protokol kesehatan.
Berusaha membujuk supaya beliau membatalkan rencana itu, gagal. Sepertinya Abah kangen juga berpergian dan bertemu orang, setelah sekian lama "terpenjara": ndak bisa pergi2, ngga leluasa terima tamu..
Baiklah. Saya pun langsung berencana nyusul ke Semarang, mengawal beliau.
Saking bungahnya Mbah @sudjiwotedjo dirawuhi Abah @gusmusgusmu, ketika kami hendak pamitan, malah disuguhi "Titi Kala Mangsa".
Video dari IG Abah: (at) s.kakung (sekalian ngingetin itu akun beliau yang resmi dan dikelola sendiri oleh beliau, sayang belum centang biru😔)
Lanjutannya.
Maafkan penampakan Mbak Admin di ujung video. Bukan sengaja mau narsis, tapi salah pencet, maklum nyutingnya pake hp Abah yang canggih. Mau dipotong ribet ngepasinnya.. Maaf ya🙏☺️
Kehebohan di pelaminan. Sempat salah posisi pas foto bersama. Untung akhirnya diatur sama panitia.
Kami ngga lepas masker sejak datang hingga pulang, termasuk ketika foto bersama.
Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yg baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).
Setidaknya sudah tiga tahunan ini kami dibuat repot gara2 ulah kalian. Stop it!
Saya sebut saja salah satu akun buzzer itu: Kata Kita.
Di tahun 2018, akun ini memposting tulisan orang lain tapi namanya diganti nama Abah. Pasang foto beliau pula. Saya lgsg komplain saat itu juga. Sempat ngeles, tapi ketika banyak yg mendukung saya, postingan hilang.
Tapi belakangan ini, tulisan itu beredar lagi, masih dengan nama dan foto Abah. Diklarifikasi satu, muncul lagi dan lagi.
Karena penasaran, saya google lah judul tulisan itu. Ternyata yg muncul adalah postingan KataKita!
Ketika saya SS malam ini, sudah dibagikan lebih dr 2500x
Ternyata Gibran bukan calon pemimpin daerah termuda. Masih ada Aditya Halindra, Bupati Tuban yang baru terpilih, usianya 28 tahun. Masih lajang pula.
Termasuk kategori dinasti politik juga ini, dia anaknya mantan Bupati Tuban 2001-2011, Haeny Relawati.
Twit ini rame ternyata. Promo apa enaknya ya?🤔
Promoin buku suami aja deh. Sudah pada punya belum? Kontak @rizalmubit ya kalau mau beli. Semoga masih ada stoknya..😊
Dari kolom replies, saya baru tahu ternyata trend pemimpin muda usia sudah dimulai pada pilkada beberapa tahun lalu. Sebagian besar masih berhubungan kerabat dengan (mantan) pejabat, tapi ada juga yang maju tanpa hak istimewa itu. Beneran dari nol.
Pondok Pesantren bukanlah tempat yg kebal dari virus. Faktanya, bbrp Kyai/Ustadz wafat dalam kondisi positif covid. Ada juga Ponpes yg menjadi klaster baru, ratusan santri terpapar virus.
Tulisan Mas Ulun ini layak dibaca, sebagai pengingat buat semua.
Sejak pertengahan Maret, Abah @gusmusgusmu sudah membatalkan semua agenda ceramah beliau di luar kota. Ada juga beberapa undangan walimah, beliau juga tak hadir. Sikap ini dilandasi kehati-hatian, mengikuti saran para dokter. Saya mendukung 100%.
Sampai sekarang, santri Ponpes Raudlatut Tholibin belum semuanya diijinkan kembali ke pondok. Hanya beberapa santri senior saja. Pun pengajian umum Selasa-Jumat, yang dihadiri ribuan orang, sampai sekarang masih diliburkan.
Alhamdulillaah, berhasil bikin telur asin sendiri..
Perendaman 10 hari. Kalau pengen lebih masir, bisa ditambah hingga 15 hari.
Banyak yang minta resepnya.. Baiklaah.
Caranya gampang.
Siapkan telur bebek (paling bagus, tapi kalau pake telur ayam boleh saja), cuci dan sikat kulitnya dgn spons, keringkan. Pastikan telur dalam kondisi segar ya.
Saya kmrn pake 15 butir telur, sesuai kapasitas stoples.