Makna "wajib" di sini adalah sifat-sifat yg pasti dimiliki oleh para rasul. Terdiri dari 4 sifat. Pertama, al-shidqu (jujur), ialah perkataannya sesuai dg kenyataan yg ada. Lawan dari sifat ini adalah al-kadzib (dusta).
Dalil Naqli al-shidqu;
وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى
"Tidaklah ia (Muhammad) berkata dr nafsunya, melainkan hanya wahyu." QS al-Najm: 3.
Ayat tersebut hanya menyebutkan Nabi Muhammad, namun mengandung makna umum terhadap seluruh nabi dan rasul.
Dalil akli al-Shidqu;
Tugas utama rasul adalah menyampaikan wahyu (ajaran) dari Allah kepada umat. Jika rasul berdusta, maka mereka tidak menyampaikan wahyu Allah dg sebenarnya. Tidaklah rasul berkata kecuali itu adalah wahyu. Maka, mustahil bagi rasul mendustakan Tuhannya.
Kedua, al-Amanah (kredibel). Para rasul tak pernah sekalipun berkhianat. Sifat ini menjaga rasul dr segala bentuk maksiat, baik dosa kecil/besar, secara terang-terangan atau sembunyi², & baik sebelum kenabian atau sesudahnya. Sifat ini berlawanan dg al-Khiyanah (berkhianat).
Dalil naqli al-Amanah;
وَالَّذِينَ هُمْ لأمانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ راعُونَ
"Mereka adl orang² yg menjaga amanat & janji." QS al-Mukminun: 8
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
"Sesungguhnya aku adalah rasul yg amanat". Disebut 5 kali dlm surah al-Syuara dg subjek rasul yg beda².
Dalil akli al-Amanah;
Jika rasul berkhianat, maka khianat adl ajaran Tuhan yg baik (karena dicontohkan oleh rasul). Nyatanya, khianat adalah sifat tercela.
Jika rasul berkhianat, maka ia menabrak ajarannya sendiri yg melarang itu. Jadi, khianat bagi rasul adl mustahil.
Ketiga, al-Tabligh (menyampaikan). Rasul wajib menyampaikan risalah (wahyu) Allah kpd umatnya, tanpa sedikitpun yg ditutupi atau disembunyikan. Lawan dr sifat ini adl al-Kitman (menyembunyikan/merahasiakan). Rasul menyampaikan ajaran berdasarkan ketaatan, bukan karena nafsu.
Dalil naqli al-Tabligh;
يا أَيُّها الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ وَإِن لَم تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَه
"Wahai Rasul, sampaikanlah wahyu Tuhanmu yg turun kpdmu. Jika kamu tdk menunaikannya, maka kamu tdk menyampaikan risalah-Nya." QS al-Maidah: 67
Dalil akli al-Tabligh;
Rasul diutus sebagai penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan kepada umatnya (basyiran wa nadziran). Keduanya (kabar gembira dan peringatan) tidak tersampaikan kecuali dengan tabligh. Maka, rasul wajib bersifat tabligh.
Keempat, al-Fathanah (cerdas). Para rasul memiliki kecerdasan di atas rata-rata manusia pada umumnya. Baik rasional, emosional, dan spiritual. Tak mungkin bagi rasul bersifat bodoh (al-Baladah). Sebab, manusia terkasih yg Allah tidak pernah 'terpisah' dari jiwa dan raganya.
Dalil al-Fathanah;
Rasul bertugas menyampaikan ajaran-Nya. Salah satu indikasi diutusnya rasul adl keadaan umat yg melenceng dari ajaran Allah. Maka, mereka 'bertarung' dalil dan bukti dengan mereka yg menentang risalah-Nya. Maka, ini tak bisa dilaksanakan oleh orang bodoh.
Sifat jaiz, sifat manusiawi yg ada pada diri rasul. Rasul juga seperti manusia pada umumnya -selagi tidak keluar dr ketaatan-, jg bisa merasakan kejadian yg biasa dialami manusia, selama tidak mengurangi kemuliaannya, sakit ringan, misalnya.
Refrensi kitab tauhid yg mudah: Aqidatul Awam (Syekh Ahmad Marzuqi al-Maliki), al-Kharidah al-Bahiyyah (Syekh Ahmad al-Dardiri al-Maliki), dan Jauharah al-Tauhid (Syekh Ibrahim al-Maliki). Ketiga kitab ini karangan ulama malikiah, dan menjadi pedoman di Indonesia.