Sebagai komunitas diaspora, penting bagi kita untuk punya identitas sendiri.
Di sini, asumsi yang diterima secara luas adalah Amerika Serikat (AS) merupakan pihak yang tengah menunggangi masyarakat Hong Kong, menjadikan ini konflik antara AS lawan RRT, atau yang umumnya disebut AS-RRT proxy.
Jika semua adalah rekayasa AS untuk menjatuhkan RRT, lalu bagaimana kita dapat memandang penduduk Tibet dan Uyghur di Xinjiang sebagai manusia utuh, yang punya pikiran dan aspirasi?
Bukankah ini juga narasi yang diciptakan Belanda untuk orang Indonesia saat kita marah ditindas, bahwa kita bodoh dan terbelakang?