My Authors
Read all threads
Jujur saja, saya tidak cerdas/pintar, tapi saya TEKUN BELAJAR. Byk sekali orang pintar/cerdas, tp meremehkan proses belajar & ketekunan, akibatnya mrk tidak berhasil meraih cita2 mrk. Parahnya lagi, mereka masih bangga dg 'masa lalu' & hidup dalam tempurung angan masa lalu itu.
Selain itu, sbg santri, sy sangat takzim kpd guru-guru/kyai/ustad/masyayikh saya & orang berilmu. Saat mengaji dg Alimul Allamah Betawi KH. Muhammad Syafii al-Hazami, sy selalu pakaikan sandal beliau ke kakinya saat mengaji di al-Asyiratul Syafiiyyah atau Masjid Ni'matul Ittihad.
Saat nyantri 'kilat & kalong' di Tebuireng, sy takzim dg pr Kyai: sll duduk paling depan jk ada pengajian (walaupun seringnya tdk paham) alm. Gus Ishom, alm. Kyai Syansuri Baydlawi, alm. Kyai Ishaq Latif, & pr ustaz lainnya, & tiap hari selalu ziarah ke maqbaroh Hadratus Syaikh.
Juga saat nyantri 'kilat & kalong' di Darul Falah Cukir dg alm. Kyai Adlan Ali, terutama dg menantunya saat mengaji Fathul Qorib. Saya sowan & minta doa ke Yai Adlan dg penuh takzim.

Kelemahan sy itu: jk di depan Kyai alim, tawaduk, wara, sy merasa kecil sekali, ndak bisa apa2.
Saat nyantri 'kilat' di Pesantren Kwagean dg Mbah Yai Hannan, sy mau & minta diajar khusus oleh beliau, tapi beliau sgt sibuk & menunjuk santri senior yg alim. Slm di Kwagean, saya "sering diganggu," sy nangis datang ke Ndalem Mbah Yai Hanan, lalu beliau kasih amalan /doa.
Saat nyantri di Pesantren Ngabar, saya pernah berbuat 'kesalahan' (di tahun ke-6 saya dkk., berdemonstrasi ke Kyai menuntut bbrp hal, sampai kami semua santri diusir dr Pesantren, spt kejadian di Gontor periode KH. Syukron Makmun dkk.). Tp, stlh bbrp bulan, sy kembali ke Ngabar
Saya bersimpuh di kaki Kyai saya alm. KH. Ibrohim Thoyyib meminta rida semua ilmu yg telah saya pelajari di pesantren beliau. Beliau berkata "Kamu ndak salah, saya yg salah tdk bisa mendidik santri." Mendengar itu, saya malah nangis. Sy minta rida & Alhamdulillah...
beliau pegang pundak sambil spt kayak memeluk, kata beliau "belajar yang baik..." beliau bilang, salam dari Bu Nyai yang kenal dengan kamu, kata beliau... Ya Allah, tambah nangis saya. Berkat rida Kyai Ibrohim inilah, saya yakin melangkah u/masa depan. Lalu, lanjut ke JOMBANG!
Saat di IAIN, saya masih pakai tradisi pesantren yang takzim ke guru... Sy ingat sekali, saat ada seminar, para pembicara saya datangi & cium tangan mereka, lalu airnya diminum. 😂😂🙏 Senior saya dan teman2 saya merisak saya dg berkata "kampungan banget sih si Ayang, dasar NU!"
Sampai hari ini, hinaan seperti itu masih kuat di ingatan saya. Singkat cerita, berkat guru saya yang saya hormati Prof. Dr. Khuzaimah Tahido Yanggo, saya bisa "mampir" belajar di Al-Azhar. Selama di al-Azhar, selain belajar di kelas dan masjid Azhar dg para ulama, spt
Syaikh Ali Jumah, Syaikh Nasir Farid Washil, dan Syaikh lainnya yg saya tidak ingat semua nama beliau yg terhormat, saya juga melakukan 2 hal: banyak ZiWiD (zikir, wirid, & doa) dg bayat/ikut 4 tarekat (Rifaiyyah, Burhamiyyah, Naqsyabandiiya, & Ja'fariyya) & saya byk ziarah.
Di mana saja ada kuburan ahlul bayt, awliya, ulama, mulai dari Imam Syafii, Imam Suyuthi, Imam Ibn Hajar al-Haytsami, pr keturunan Rasulullah saw., Sayyidina Husayn, Sayyidah Nafisah, dll. di Kairo Syaikh Ahmad Badawi di Tanta, Syaikh Abbas al-Mursi di Alexandria, dan banyak lg.
Saya ingat, sy mencari semua kuburan ahlul bayt/keturunan Rasulullah di kuburan Kairo Tua, sampai nyari siapa yang pegang kunci kuburan, saya datangi rumahnya, & dibukakan kuburannya, lalu sy bertawassul. Semua ini ditemani santri lainnya, teman baik saya dari Tasikmalaya Aa Fuad
Saat di Kairo, saya "doyan" ziarah, saya pun tak luput "diolok-olok" dg sebutan SARKUB (sarjana kuburan)😂🙏, tapi sy lanjut ziarah, gak peduli.

Tentu, doa & rida orangtua itu nomor 1. Sy merasa byk salah & keliru ke orangtua krn mungkin kata2 sy pernah menyakiti hati orangtua.
Sy pernah bbrpa kali: mencuci kaki orangtua, minta rida, & minum cucian kaki orangtua, dg menangis sesunggukkan minta rida & didoakan dlm hidup.

Setiap ada masalah apapun dlm belajar/hidup, sy lgsg telpon Ibu & Ayah, minta doa mereka. Biasanya, Ayah lgsg semalaman ZiWiD u/saya.
Saya sering ditanya: apa kunci "keberhasilan" saya smp hari ini? Sy jawab dg empat hal itu: rida & doa orangtua, tekun belajar, takzim ke guru, banyak ZiWiD, dan ziarah kubur.

Sekali lagi, sy tidak pintar/cerdas, hanya dapat berkah dr 5 hal yg saya lakukan itu.

Semoga manfaat.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Ayang Utriza Yakin

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!