Salah satu yang paling sy sesali dlm hidup, ketika Ibu mengirim WA, 5/7, “Man, madu hitamnya Mama sudah habis,” dan sy janji akan mengirimkan. Sampai ibu wafat, 12/7, blm jg sy kirimkan.
Kl kamu tak mau semenyesal saya, ingat janjimu pd ibumu, tunaikan segera...
Kl kamu tak mau semenyesal saya, ingat janjimu pd ibumu, tunaikan segera...
Permintaan Ibu sangat sederhana tak ada yang merepotkan. Saya yang abai... 
Saya makin terpukul saat melihat wallpaper hape almarhumah ibu: foto saya bersamanya. Sementara wallpaper hapeku, tak pernah fotoku bersamanya...
Aku pernah mengajaknya pindah ke Jakarta, dengan halus ia menolak, “Mama punya rumah sendiri dan tidak mau jauh dr makam bapakmu.” Dari adikku kutahu alasan sebenarnya, “Nggak mau merepotkan Herman,” begitu panggilanku sejak kecil...
Gus Nadir yang selalu mengingatkan saya, “Ibu itu Shalat Istikharah anak-anaknya...”
Ya, semua yg saya raih adalah “keajaiban”, tak pernah kurencanakan, dan kupercaya itu karena istikharah dan doa2 ibu..
Ya, semua yg saya raih adalah “keajaiban”, tak pernah kurencanakan, dan kupercaya itu karena istikharah dan doa2 ibu..
Lebaran terakhir bersama ibu tahun lalu... ia berharap bs berkumpul lebaran haji tahun ini... tapi...
Foto terakhir ibu... seperti pertanda ... berkereta kencana, kembali kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..
Al Fatihah...
Al Fatihah...
