Bisa dibaca tulisannya? 👇🏼
Baik, aku buatin threadnya!!
Selamat membaca, merdeka! ☕️😂
Bismillahirrahmanirrahim...
“Inginku sederhana, kelak setelah kembali ke Indonesia, menikah denganmu, kekasih. 🌹
Membina rumah tangga, bersama-sama untuk menggapai ridlo Allah SWT, dan jika diberi amanah berupa anak ditengah keluarga kita,
Semoga kita bisa merawat, menjaga dan mendidik mereka, hidup sederhana didesa tumbuh dan berkembang menjadi manusia penerus bangsa,
Yang mencintai tanah kelahirannya “INDONESIA”
Merdeka!!!”.
Jika diberi amanah pasangan orang Jawa, maka anak-anakku kelak harus lanyah dan lancar menggunakan bhs Jawa kromo inggil (bhs Jawa halus).
Jika diberi amanah pasangan orang Madura, maka sudah jelas, anak-anakku harus lancar dan lanyah “aparbesan” menggunakan bhs Madura halus dalam lingkungannya dan bahasa sehari-harinya.
Dan jika diberi amanah pasangan orang Sunda, maka anak-anakku setidaknya bisa menggunakan bahasa Sunda ketika ngobrol dengan ibunya dan menggunakan bahasa Madura saat ngobrol dengan ayahnya.
Bagiku, Belajar bahasa asing itu baik, menguasai bahasa asing dengan baik itu sangatlah baik, asal tidak sampai melupakan bahasa daerahnya sendiri.
Jujur, aku bangga saat melihat teman-teman yang medok dengan bahasa daerahnya masing-masing, dulu waktu mondok di jawa, aku sedikit mengenal bahasa Sunda, bahasa Jawa ngapak, bahasa Jawa setengah ngapak, dll.
Meskipun kadang logat bahasa mereka mengundang gelak tawa, aku tetap bangga pada mereka yang melestarikan bahasa daerahnya masing-masing, saat orang-orang diluar sana lebih bangga menggunakan bahasa-bahasa asing!
Sekarang, teman-temanku hampir dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan dunia, ada yang dari Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Lombok dan daerah lain-lainnya, ada yang dari negri tetangga, Asia, Afrika, bahkan Eropa.
Dimanapun aku berada, dimanapun aku hidup, dimanapun aku belajar, jowoku ojo sampe ilang! Tang Logat medurenah jhek sampek elang! Adat dan budaya Indonesia nya jangan sampe hilang ditelan zaman!
Inginku sederhana, kelak, anak-anakku tetap menggunakan bhs Madura/Jawa yang halus kepada kedua orang tuanya, kepada guru-gurunya,
tetap unggah ungguh dimanapun berada, dan melestarikan budaya-budaya Indonesia yang diwariskan nenek moyang kita.
Break!!!
Tak tinggal mangan sik, aku luwih! 😂🙏🏽
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Agar ngopimu lebih berkualitas dan tercatat sebagai amal ibadah.
A thread… ☕️
Ayo ngumpul sini para kopiholic, tak ceritakno keutamaan e ngopa ngopi. 😀
Bismillahirrahmanirrahim.
Sayyid nahlawi bin sayyid kholil nahlawi bercerita padaku, dari guruku syeikh Salim sammarah, beliau diceritakan seorang lelaki yang berasal dari Maroko.
Bahwasannya ia pernah bertemu Kanjeng nabi Muhammad SAW dalam keadaan terjaga, kemudian lelaki tersebut Matur pada Kanjeng nabi :
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda nabi Agung Muhammad SAW.
Hari ini begitu cerah, meski hati ini merasa sepi setelah ditinggal pergi mbah yai Zainuddin Djazuli. 🥺
Pagi ini aku memberanikan diri untuk sowan kepada habib umar bin hafidz, meminta keridloan nya beliau untuk mendoakan dan membacakan ratib fatihah atas wafatnya mbah yai Zainuddin Djazuli. 🤲🏼
Masyarakat hadramaut memiliki tradisi ziarah bersama-sama ke makam nabiyullah Hud As setiap tahunnya, yaitu pada tanggal 7-10 bulan sya’ban.
Tak terasa, besok akan dimulai kegiatan ziarah tahunan tersebut, masyarakat hadramaut berbondong-bondong merias unta nya masing-masing, untuk memeriahkan dan melestarikan tradisi yang turun temurun diwariskan oleh para leluhurnya.
Suatu hari nabi Muhammad SAW berkata pada sahabat abbas bin Abdul muttholib :
ada suatu amalan ketika kamu melakukannya maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang,
yang berlalu, dan juga yang belum dilakukan, kesalahanmu, kelalaianmu, kesengajaanmu, dosa kecilmu dan dosa besarmu, kesalahan yang tidak tampak bahkan yang tampak.
"Mad, beritahukan pada para santri, kalau hari ini ngajinya libur, awakku gak penak, masuk angin." perintah Gus Fu' (KH Fuad Djazuli) kepada Ahmad Khudhori, abdi dalemnya.
"Nggih, gus".
Bergegaslah Pak Mad Khudhori menuju madrasah. Namun sebelum sampai ke ruang kelas, Pak Mad berpapasan dengan Mbah Nyai Rodhiyah Djazuli (Ibu Gus Fu').
"Gus-mu mana, Mad? Nggak ngaji?" sapa mbah nyai pada Pak Mad.
"Wonten kamar, Mbah. Nembe gerah". (Dikamar, mbah. Sedang sakit).