Saya bukan seseorang yang suka bahasa Indonesia sejak kecil. Dulu, saya pikir, buat apa belajar bahasa Indonesia? Bukankah kita sudah berbicara dengan bahasa Indonesia? Lagi pula, pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah pun kerap kali membosankan.
Selama SMA, pelan-pelan, pandangan tersebut berubah. Memang tidak drastis. Kebetulan, salah satu guru Bahasa Indonesia saya selama SMA, pernah jadi wali kelas saya saat kelas X.
Sebetulnya, beliau tidak terlalu sering membahas pelajaran (yang cukup membuat saya bingung waktu itu). Beliau justru lebih sering menceritakan pengalaman hidupnya dan berbagi petuah hidup.
Semua berubah ketika saya mulai mengikuti bimbel untuk persiapan masuk perguruan tinggi. Di situlah saya baru merasa “serunya” bahasa Indonesia dan betapa sedikit pengetahuan saya terhadap bahasa ibu saya sendiri.
Saya kemudian diterima di jurusan Ilmu Komunikasi UI dan mengambil program studi Jurnalisme. Selama masa kuliah, saya makin menyukai bahasa Indonesia. Saya terapkan segala hal yang saya tahu dalam tulisan-tulisan di blog ataupun tugas harian perkuliahan.
Namun, kalau kebanyakan orang kini mengenal saya sebagai “Fauzan yang kerjanya mengoreksi tata bahasa orang lain” ini, itu bermula ketika saya terjun ke industri media. Saya menjadi editor, penulis, jurnalis, penerjemah — intinya semua (harus) bisa.
Tahun ini, sebagaimana yang mungkin sebagian besar orang ketahui, saya “tidak sengaja” tercebur di tengah-tengah perjuangan pelajar angkatan 2020 untuk memperjuangkan impian mereka masuk PTN.
Sejak Maret, saya makin giat membagikan materi kebahasan baik di Instagram maupun Twitter. Ternyata, angkatan 2020 ini adalah angkatan yang sangat adaptif. Di tengah segala keterbatasan, mereka mampu bertahan dan bahkan bisa belajar walau hanya bermodalkan media sosial, misalnya.
Terbukti, dalam dua hingga tiga bulan, nilai Bahasa Indonesia mereka meroket! Serius! Saya sendiri tak pernah menyangka bahwa mereka bisa setangguh itu. Faktanya, mereka semua tangguh.
Tanggal 14 lalu, SBMPTN telah diumumkan. Ada yang lolos, tetapi banyak juga yang tidak. Meski begitu, skor UTBK mereka sebagian besar tinggi.
Yang paling membanggakan buat saya, skor subtes Pemahaman Bacaan dan Menulis (PBM) mereka sering kali justru yang tertinggi di antara empat subtes yang diuji!
Pada Mei lalu, saya pernah bilang bahwa angkatan 2020 akan jadi angkatan yang paling sadar bahasa Indonesia. Mereka anak-anak yang kritis, dan kini itu terbukti. Kemampuan bahasa Indonesia luar biasa, dan saya sangat bangga kepada mereka semua.
Selamat HUT ke-75 Republik Indonesia. Inilah sedikit kado dan kontribusi saya untuk negeri tercinta.
Pembahasan yang menarik, saya izin nimbrung, ya. Berdasarkan analisis linguistik, argumen Mas @jpclotaine benar jika kita melihat dari perspektif pragmatik dan semantik.
Dalam teori linguistik, sebuah simbol (kata atau bunyi) memang netral sebelum diberikan makna melalui konvensi sosial. Ferdinand de Saussure, seorang tokoh linguistik strukturalis, memperkenalkan konsep signifier (penanda) dan signified (yang ditandai).
Kata “anjing”, misalnya, secara fonetik hanya sekumpulan bunyi sampai kita menyepakati bahwa ia merujuk pada hewan tertentu. Namun, setelah makna itu dilekatkan, kata tersebut memiliki konotasi dan denotasi, yang sering kali menimbulkan pemahaman yang disepakati oleh masyarakat.
0️⃣1️⃣: Pemberantasan korupsi dari puncak. Secara historis, Indonesia didirikan oleh pribadi berintegritas. Kepercayaan publik terhadap pemberantasan korupsi terus melemah, termasuk pada KPK. Kondisi ini harus dipulihkan.
0️⃣2️⃣: Korupsi merusak kehidupan bangsa dan negara, serta membahayakan keselamatan. SDA menjadi sektor yang dikorupsi. Pendekatan yang saat ini sudah benar dan harus ditingkatkan. Akan tetapi, korupsi harus dipandang dari segi sistemik dan realisme.
0️⃣3️⃣: Harus ada keteladanan dalam memimpin. Korupsi bisa terjadi karena disuruh atasan dan ditiru oleh yang lain. Ada komitmen tinggi atas pemberantasan korupsi, tapi yang ditunggu adalah bagaimana praktiknya berjalan.
PRIORITAS DAN REFERENSI
Bagaimana pasangan capres/cawapres memiliki prioritas dalam menuntaskan korupsi dan referensi dalam menanganinya?
0️⃣1️⃣:
• Sektor yang diprioritaskan adalah pendapatan negara, SDA (laut), pangan, layanan dasar (pendidikan, kesehatan, infrastruktur), dan bisnis ilegal (judi, narkoba).
• Komitmen pemberantasan korupsi sejak menjadi aktivis mahasiswa di era KKN merajalela.
• Pengalaman rektor dan akademisi: menetapkan mata kuliah antikorupsi sebagai mata kuliah wajib mahasiswa. Satu-satunya di Indonesia.
• Pengalaman Gubernur DKI Jakarta: membetuk Komisi Pencegahan Korupsi di Pemprov DKI Jakarta.
0️⃣2️⃣:
• Prioritas pada kehendak politik (political will). Harus memimpin dengan contoh. Harus menegakkan transparansi meskipun berat.
• Pengalaman di tentara: kalau pemimpin memberi contoh yang jelek, anak buahnya lebih jelek lagi.
• Referensi kondisi hakim di negara maju: jabatannya dijamin seumur hidup dan penghasilannya begitu besar sehingga tidak ada insentif untuk korupsi.
• Pengalaman sebagai Menteri Pertahanan: Pejabat yang mengendalikan anggaran besar diperlakukan sama dengan pejabat yang tidak punya tanggung jawab tersebut. Jabatan mereka diusulkan untuk naik. Kalau tidak bisa dari segi gaji, harus diberi penghormatan.
0️⃣3️⃣:
• Sinergi antarlembaga penting, termasuk pelibatan tentara untuk penegakan hukum. Contohnya, korupsi di sektor pertambangan karena pelakunya dilindungi oleh kekuatan luar biasa.
• Dialog dengan pengusaha. Ada aspirasi untuk kepastian hukum sehingga membentuk kenyamanan dalam berusaha (tanpa harus korupsi).
• LHKPN dilakukan dengan monitoring dan pendampingan antar instansi.
• Komitmen harus ditunjukkan dengan bukti.
- Mempertanyakan alutsista bekas, boleh — publik berhak tahu ✅
- Mempertanyakan Indonesia alami lebih dari 800 juta serangan siber, boleh — publik berhak tahu ✅
- Mempertanyakan kepemilikan tanah ratusan ribu hektare, sementara banyak prajurit TNI tak memiliki rumah dinas, boleh — publik berhak tahu ✅
- Mempertanyakan kenapa tidak punya istri, misalnya, ini baru TIDAK BOLEH karena ini namanya masalah personal
Bisa dibedakan dong mana yang masalah personal mana yang bukan?
Kita itu mau memilih calon presiden, ya memang sudah sepatutnya siapa pun orangnya, publik patut mencari tahu sebanyak mungkin informasi, apalagi soal kinerja yang bersangkutan.
Janganlah sedikit-sedikit baper. Masa debat enggak boleh saling serang? Presentasi kelompok di kelas bahkan kadang bisa lebih “sadis” — riil.
Mati berarti ‘sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi’. Siapa pun bisa disebut mati jika, dalam arti sempit, sudah tidak lagi bernyawa, termasuk hewan dan tumbuhan.
Meninggal, tutup usia, dan berpulang berarti ‘mati’, tetapi dalam konteks ragam hormat.
Meninggal dunia digunakan pada orang-orang besar ternama atau para pemimpin.