Pembahasan yang menarik, saya izin nimbrung, ya. Berdasarkan analisis linguistik, argumen Mas @jpclotaine benar jika kita melihat dari perspektif pragmatik dan semantik. Dalam teori linguistik, sebuah simbol (kata atau bunyi) memang netral sebelum diberikan makna melalui konvensi sosial. Ferdinand de Saussure, seorang tokoh linguistik strukturalis, memperkenalkan konsep signifier (penanda) dan signified (yang ditandai).

📝 [RANGKUMAN PAPARAN PASLON CAPRES/CAWAPRES DALAM PAKU INTEGRITAS @KPK_RI]

Ketiga paslon menyampaikan gagasannya terkait isu korupsi. Ada 3 hal yang perlu kita perhatikan:

1.⁠ ⁠Cara mengidentifkasi masalah
2.⁠ ⁠⁠Prioritas dan rujukan pengalaman/pengamatan
3.⁠ ⁠⁠Solusi kebijakan yang ditawarkan IDENTIFIKASI MASALAH

Bagaimana pasangan capres/cawapres memandang isu korupsi?

0️⃣1️⃣: Pemberantasan korupsi dari puncak. Secara historis, Indonesia didirikan oleh pribadi berintegritas. Kepercayaan publik terhadap pemberantasan korupsi terus melemah, termasuk pada KPK. Kondisi ini harus dipulihkan.

0️⃣2️⃣: Korupsi merusak kehidupan bangsa dan negara, serta membahayakan keselamatan. SDA menjadi sektor yang dikorupsi. Pendekatan yang saat ini sudah benar dan harus ditingkatkan. Akan tetapi, korupsi harus dipandang dari segi sistemik dan realisme.

0️⃣3️⃣: Harus ada keteladanan dalam memimpin. Korupsi bisa terjadi karena disuruh atasan dan ditiru oleh yang lain. Ada komitmen tinggi atas pemberantasan korupsi, tapi yang ditunggu adalah bagaimana praktiknya berjalan.

📝 [RANGKUMAN DIALOG CAPRES BERSAMA KADIN]

Kadin Indonesia mengundang ketiga capres secara terpisah dan menanyakan tujuh pertanyaan yang sama sehingga kita dapat membandingkan:

1.⁠ ⁠bagaimana tiap capres memandang masalah?
2.⁠ ⁠apa solusi yang ditawarkan atas masalah tsb.? 📝 TEMA 1: KETAHANAN PANGAN

🔑 Kata kunci

01: Cooperative farming (koperasi), perbaikan irigasi, modernisasi pertanian, contract farming

02: Operasi pengendalian harga, subsidi pupuk, food estate, Burger King

03: Modernisasi pertanian, transplanter, geotech, satu data pertanian, riset pertanian

- Mempertanyakan alutsista bekas, boleh — publik berhak tahu ✅

- Mempertanyakan Indonesia alami lebih dari 800 juta serangan siber, boleh — publik berhak tahu ✅

- Mempertanyakan kepemilikan tanah ratusan ribu hektare, sementara banyak prajurit TNI tak memiliki rumah dinas, boleh — publik berhak tahu ✅

- Mempertanyakan kenapa tidak punya istri, misalnya, ini baru TIDAK BOLEH karena ini namanya masalah personal

Bisa dibedakan dong mana yang masalah personal mana yang bukan? Kita itu mau memilih calon presiden, ya memang sudah sepatutnya siapa pun orangnya, publik patut mencari tahu sebanyak mungkin informasi, apalagi soal kinerja yang bersangkutan.

Mari kita belajar dari salah satu publikasi @univ_indonesia di Instagram berikut. Setelah “yang terhormat”, tidak perlu tiap kata ditulis kapital (kecuali nama unit), buat apa?

Betul, ini namanya diksi. Mati, meninggal, tewas, wafat, gugur, mangkat artinya sama, tetapi tidak berarti dapat digunakan dalam segala macam situasi.

https://twitter.com/RidhaIntifadha/status/1684726893344690177

Mati berarti ‘sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi’. Siapa pun bisa disebut mati jika, dalam arti sempit, sudah tidak lagi bernyawa, termasuk hewan dan tumbuhan.

Berikut tabel besaran uang kuliah tunggal (UKT) bagi mahasiswa program S-1 dan program pendidikan vokasi @univ_indonesia jalur SNBP tahun akademik 2023/2024 berdasarkan keputusan rektor Universitas Indonesia No. 402/SK/R/UI/2023.

https://twitter.com/fauzanalrasyid/status/1669124596157812737

Calon mahasiswa baru harus memilih nominal UKT yang dibagi ke dalam sebelas kelas berdasarkan fakultas masing-masing. Mereka harus mengunggah sejumlah dokumen yang dibutuhkan agar kampus dapat mempertimbangkan apakah yang bersangkutan layak mendapatkan besaran UKT yang diajukan.

Makin problematik @univ_indonesia.

Ini baru dari jalur SNBP. Dalam beberapa minggu ke depan, mereka yang masuk UI lewat SNBT, mungkin akan banyak yang “bernasib” sama. Lagi-lagi, “solusinya” skema cicilan (atau disuruh cari beasiswa).
Loh, cicilan itu bukan solusi. Kampus bahkan enggan melibatkan unsur mahasiswa, seperti adkesma (advokasi kesejahteraan mahasiswa) di tiap fakultas untuk membantu, misalnya, proses validasi data dengan memverifikasi langsung ke lapangan, padahal ini penting.

Well, justru yang lucu adalah bagaimana orang-orang merasa bahwa karena dulu seseorang kritis terhadap DPR lalu sekarang dianggap “menelan ludah sendiri” karena ingin masuk ke dalam sistem (baca: jadi calon anggota legislatif). Komentar-komentar semacam itu jelas cacat logika.

https://twitter.com/Dennysiregar7/status/1668494423930576896

Memangnya yang boleh jadi caleg tidak boleh punya riwayat mengkritik DPR atau lembaga legislatif? Kita mengkritik sesuatu karena kita merasa bahwa ada yang salah dengan hal tersebut, dan itu, tentu saja, hak siapa pun.

Ini pertanyaan superumum yang hampir selalu ditanyakan (dan dilontarkan). Saya jawab, ya!

1. Tentu tidak. Karena itu, dalam membuat konten ada yang namanya penulis wara (copywriter) ada desainer. Pengetahuan bahasa bukan cuma milik mereka yang belajar ilmu bahasa atau sastra. Latar belakang saya bahkan Ilmu Komunikasi. Bagaimana pesan itu disampaikan, itu urusannya penulis wara. Dialah yang harus paham ilmu komunikasi dan bahasa.

[CAMPUS LIFE 101: FAUZAN PAMIT]

April lalu, saya mengumumkan bahwa ini adalah kali terakhir saya turut dalam dunia per-UTBK-an dan acara ini, Campus Life 101, adalah penutupnya. Acara ini saya inisiasi sejak tahun lalu.

https://twitter.com/campuslife101/status/1666801282462662657

Inilah acara offline pertama saya sejak pandemi dan, alhamdulillah, tahun lalu berlangsung sukses. Tidak hanya di Jakarta, acara ini bahkan juga digelar di Bandung.

Ini namanya diksi, yaitu pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

https://twitter.com/Guruhbs/status/1667015639092047872

Mati, meninggal, tewas, wafat, gugur, mangkat artinya sama, tetapi tidak berarti dapat digunakan dalam segala macam situasi.

Kamu yang minta, ya! 🙂

Dua konten @univ_indonesia berikut dipublikasikan dalam satu publikasi yang sama (model carousel) di Instagam, hanya saja penulisannya tidak konsisten.

https://twitter.com/LovePoem_Na/status/1667020474747080705

Pada sampul (cover) depan, kata Jumat ditulis Jum'at (dengan apostrof), ini salah. Sementara itu, pada konten kedua ditulis Jumat.

Pada bagian takarir (caption), penulisan Jumat pun benar.

Penulisan judul yang tepat:

Pemberdayaan UMKM dengan Strategi Creative Digital Marketing demi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat pada Masa Pandemi

https://twitter.com/fauzanalrasyid/status/1666958876519075841

Apakah “Creative Digital Marketing” perlu ditulis miring? Ya, perlu. Namun, karena ini dipadukan dalam desain yang di situ keseluruhan teksnya ditulis miring, sebagai pembeda, “Creative Digital Marketing” bisa ditulis dalam tanda petik.

Mari kita belajar dari salah satu publikasi @univ_indonesia di Instagram berikut.

1. Gunakan tanda pisah (—) alih-alih tanda hubung (-) di antara dua bilangan, tanggal (hari, bulan, tahun), atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Contoh:

✅ Tahun 2019—2022
✅ Tanggal 5—10 Juni 2023
✅ Senin—Jumat
✅ Jakarta—Bandung
✅ Pukul 08:00—22:00

❌ Tahun 2019-2022
❌ Tanggal 5-10 Juni 2023
❌ Senin-Jumat
❌ Jakarta-Bandung
❌ Pukul 08:00-22:00

UTBK gelombang I sudah selesai. Sekarang, ada waktu seminggu untuk mempersiapkan diri bagi kalian yang akan ujian pada gelombang II. Walau utas hitung mundur di Twitter atau sorotan Ikhtisar di UTBK sangat memungkinkan untuk dilahap pada waktu yang sangat mepet, saya tetap tidak menyarankan kalian melakukan itu.

https://twitter.com/fauzanalrasyid/status/1644490984313737218

“Kak, emang gelombang II soalnya lebih susah?”

“Kak, katanya IRT gelombang II lebih kecil?”

“Kak, kemungkinan lolos kalau ujian gelombang II lebih kecil?”

Ada banyak sekali omongan semacam itu dan itu semua cuma mitos, entah siapa yang menyebarkan isu enggak jelas ini. Model gelombang I dan II awalnya dibuat ketika UTBK 2020. Waktu itu, seluruh dunia dilanda pandemi. UTBK yang seharusnya digelar bulan Mei akhirnya terpaksa diundur sampai Juli dan tetap dilakukan secara “offline”.

Ada banyak mitos seputar UTBK. Salah satu yang paling sering saya dengar adalah tentang pembobotan subtes untuk jurusan tertentu. Misalnya, ketika seseorang memilih jurusan Teknik, ia harus memprioritaskan atau sebisa mungkin memaksimalkan skor pada subtes-subtes yang berkaitan dengan jurusan tersebut. Dalam hal ini, tentu saja, Pengetahuan Kuantitatif dan Penalaran Matematika.

Dari kecil, yang biasanya antar/jemput saya atau adik saya itu papa — ke mana-mana. Papa yang ambil rapor. Papa yang “gelut” sama sekolah kalau bikin aturan aneh-aneh. Papa yang ikut rapat di sekolah. Papa yang kenal dengan guru-guru.

https://twitter.com/fauzanalrasyid/status/1656616591898054657

Papa bahkan (tiba-tiba) hadir ketika saya orasi di tengah lapangan untuk calon ketua pengurus OSIS — dan itu yang terakhir sebelum beberapa bulan kemudian papa saya meninggal.

Apa salahnya? Saya sewaktu ujian dulu pun diantar ibu saya, padahal cuma ke UNJ yang itu sama sekali enggak jauh dari rumah saya. Itu bukan soal mental lembek, itu soal bagaimana orang tua mau mendukung anak-anaknya saat mereka hendak menjalani sesuatu yang sangat penting.

https://twitter.com/investorgabut/status/1656486799806726146

Ujian bisa jadi susah, tapi ketika keluar ruangan dan melihat wajah orang tua sendiri itu rasanya tenang. Hasil akhir enggak ada yang tahu, tapi ketika ada orang tua di sana, kita merasa semuanya akan baik-baik saja.

Halo semua! Pertama terima kasih yang sudah me-mention saya. Bagaimanapun, kita tidak boleh langsung menuduh ini itu. Banyak yang DM saya dan saya bilang, kita harus paham apa konteksnya. Dalam arti, kita tidak bisa langsung menyimpulkan ini kebocoran.

https://twitter.com/sbmptnfess/status/1655724222449336321

Saya coba telusuri ini. Saya hubungi Shinta, Aulia, dan Putri yang ada di sini. Berikut hasil percakapan saya dengan Shinta.