Pondok Pesantren bukanlah tempat yg kebal dari virus. Faktanya, bbrp Kyai/Ustadz wafat dalam kondisi positif covid. Ada juga Ponpes yg menjadi klaster baru, ratusan santri terpapar virus.
Tulisan Mas Ulun ini layak dibaca, sebagai pengingat buat semua.
Sejak pertengahan Maret, Abah @gusmusgusmu sudah membatalkan semua agenda ceramah beliau di luar kota. Ada juga beberapa undangan walimah, beliau juga tak hadir. Sikap ini dilandasi kehati-hatian, mengikuti saran para dokter. Saya mendukung 100%.
Sampai sekarang, santri Ponpes Raudlatut Tholibin belum semuanya diijinkan kembali ke pondok. Hanya beberapa santri senior saja. Pun pengajian umum Selasa-Jumat, yang dihadiri ribuan orang, sampai sekarang masih diliburkan.
Saya--melalui adik yg di Rembang, berusaha menjaga sebisa mungkin membatasi tamu yg sowan Abah, terutama dari luar kota.
Beberapa kali Abah sempat mengeluh: kangen bertemu orang. Sangat bisa dimaklumi, lha wong sehari-hari biasanya beliau menerima tamu dari pagi hingga malam.
Kondisi ini memang berat buat semua, termasuk para santri. Ada beberapa yang akhirnya memutuskan boyong/pindah ke ponpes lain.
Tapi menurut saya, keputusan yg dilandasi kehati-hatian ini adalah yg terbaik, demi keselamatan semua, sekaligus untuk menekan laju penyebaran virus.
Sayangnya, tak semua Kyai/Ustadz pengasuh PonPes mengambil sikap tegas dan disiplin seperti Abah. Ada juga beberapa Kyai yang terkesan meremehkan virus corona ini (ada beberapa pernyataan semacam ini di YouTube).
Selain mengijinkan santri2 kembali ke Ponpes, sebagian Kyai jg tetap aktif melakukan kegiatan di luar, baik ceramah, ziarah atau walimah. Beberapa di antara beliau, berkenan memakai masker (bahkan ada yang dengan faceshield👍), tapi ada juga yang abai. Ngga pake masker samsek.
RMI (Rabithah Ma'ahid Islamiyyah), lembaga NU yg menaungi ponpes di lingkungan NU, sudah menerbitkan panduan/SOP yang harus diikuti oleh pesantren sebelum aktif kembali.
Sayangnya, lagi-lagi tak semua Ponpes mematuhi panduan/SOP yang telah disusun oleh RMI itu. Belakangan terbukti, ada Ponpes yang menjadi klaster baru penyebaran covid. Untungnya, rata-rata santri yg positif OTG atau bergejala ringan. Insya Allah semua bisa sembuh.
Dan kemudian yang menjadi kekhawatiran kami (yang sejak awal percaya betapa bahayanya virus ini) pun terjadi. Berita lelayu hadir bertubi-tubi. Kyai, Nyai, Gus, Ning...
Tentu tak semua karena covid, tapi beberapa di antaranya sudah confirmed, baik oleh dokter maupun keluarga.
Terpapar virus corona bukanlah aib.
Tapi dalam masyarakat, hal ini belum sepenuhnya dipahami. Stigmatisasi masih saja ada. Tak mengherankan ketika ada berita seorang Kyai dinyatakan wafat karena covid (cnfirmed), para alumni sibuk membantah. Akhirnya jadi simpang siur beritanya.
Ada juga ponpes yg beberapa santri-nya mulai bergejala anosmia (tak bisa membaui sesuatu, salah satu tanda covid19), tapi berusaha menutup-nutupi dan malah memulangkan santri ke rumah ortunya. Menurut saya ini berbahaya, karena bisa menular ke orang2 di rumahnya.
Solusi terbaik jika ada santri yang bergejala, adalah langsung bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat, supaya bisa di test secara massal, dan yang positif segera dipisahkan dari yang sehat, hingga sembuh.
RMI juga sudah mempunyai Satgas Covid19. Pasti siap membantu.
Tapi kenyataan di lapangan tak semudah teori di atas kertas. Ada berbagai hambatan, terutama jika berhadapan dengan Kyai sepuh yang sikapnya masih "denial". Harus didekati dengan cara persuasif. Buat teman2 Satgas Covid RMI + para dokter, semangat yaa.. 💪💪💪
Saya ngga akan menyebut nama, tapi sudah ada bbrp Kyai/Bunyai pengasuh Ponpes yang semula skeptis dan tak menganggap corona sebagai ancaman serius, akhirnya terpapar dan harus dirawat di RS. Bahkan ada juga yang putrinya ikut (+) juga.
Kebetulan saya berteman dengan putrinya di facebook. Ketika mendengar berita terpaparnya keluarga pesantren ini, saya iseng ngecek akunnya. Dan alangkah kagetnya saya, ternyata penuh dengan foto2 bermacam kegiatan. Sama sekali tak ada "sense of crisis".
Mudik Lebaran, kumpul2 keluarga, walimah, ziarah, piknik keluarga.. dan segala macam kegiatan normal lainnya. Seolah ngga ada pandemi.
Jauh berbeda dengan saya, yang stop semua kegiatan ke luar kota. Bahkan mudik pun tak berani karena khawatir membahayakan keluarga Rembang.
Dengan segala kerendahan hati, saya memohon buat Gus dan Ning yg kebetulan membaca utas ini.. Yuk lebih ketat menjaga Pakyai dan Bunyai. Sebisa mungkin membatasi tamu, menghindari salaman, dan selalu pake masker jika harus ke luar rumah/bertemu orang.
Berikut ini pesan Abah yang disampaikan dalam acara Tahlil Akbar mendoakan para Kyai dan tenaga medis yang wafat selama pandemi, Sabtu (12/9) lalu.
Sejak Maret belum berani mudik, salah satu pelipur rindu adalah postingan Abah di WAG Keluarga setiap pagi ketika JJS (JalanJalan Subuh).
Sehat selalu ya Abah.. 😍
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Rasanya sudah lama ndak bikin thread. Mau cerita yang ringan saja, boleh ya.. Semacam #latepost, beberapa waktu lalu sempat mudik dadakan, tepatnya di awal September.
Bermula dapat laporan dari adik saya, kalau Abah akan menghadiri acara di Masjid Agung SMG. Alarm lgsg menyala.
Maklumlah, sebagai "Kepala Satpam", saya merasa punya tanggung-jawab untuk menjaga Abah, sebisa mungkin menghindarkan beliau dr acara yg menghadirkan banyak orang.
Apalagi selama ini bbrp kali melihat acara seremonial yg melibatkan pejabat, melanggar aturan protokol kesehatan.
Berusaha membujuk supaya beliau membatalkan rencana itu, gagal. Sepertinya Abah kangen juga berpergian dan bertemu orang, setelah sekian lama "terpenjara": ndak bisa pergi2, ngga leluasa terima tamu..
Baiklah. Saya pun langsung berencana nyusul ke Semarang, mengawal beliau.
Saking bungahnya Mbah @sudjiwotedjo dirawuhi Abah @gusmusgusmu, ketika kami hendak pamitan, malah disuguhi "Titi Kala Mangsa".
Video dari IG Abah: (at) s.kakung (sekalian ngingetin itu akun beliau yang resmi dan dikelola sendiri oleh beliau, sayang belum centang biru😔)
Lanjutannya.
Maafkan penampakan Mbak Admin di ujung video. Bukan sengaja mau narsis, tapi salah pencet, maklum nyutingnya pake hp Abah yang canggih. Mau dipotong ribet ngepasinnya.. Maaf ya🙏☺️
Kehebohan di pelaminan. Sempat salah posisi pas foto bersama. Untung akhirnya diatur sama panitia.
Kami ngga lepas masker sejak datang hingga pulang, termasuk ketika foto bersama.
Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yg baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).
Setidaknya sudah tiga tahunan ini kami dibuat repot gara2 ulah kalian. Stop it!
Saya sebut saja salah satu akun buzzer itu: Kata Kita.
Di tahun 2018, akun ini memposting tulisan orang lain tapi namanya diganti nama Abah. Pasang foto beliau pula. Saya lgsg komplain saat itu juga. Sempat ngeles, tapi ketika banyak yg mendukung saya, postingan hilang.
Tapi belakangan ini, tulisan itu beredar lagi, masih dengan nama dan foto Abah. Diklarifikasi satu, muncul lagi dan lagi.
Karena penasaran, saya google lah judul tulisan itu. Ternyata yg muncul adalah postingan KataKita!
Ketika saya SS malam ini, sudah dibagikan lebih dr 2500x
Ternyata Gibran bukan calon pemimpin daerah termuda. Masih ada Aditya Halindra, Bupati Tuban yang baru terpilih, usianya 28 tahun. Masih lajang pula.
Termasuk kategori dinasti politik juga ini, dia anaknya mantan Bupati Tuban 2001-2011, Haeny Relawati.
Twit ini rame ternyata. Promo apa enaknya ya?🤔
Promoin buku suami aja deh. Sudah pada punya belum? Kontak @rizalmubit ya kalau mau beli. Semoga masih ada stoknya..😊
Dari kolom replies, saya baru tahu ternyata trend pemimpin muda usia sudah dimulai pada pilkada beberapa tahun lalu. Sebagian besar masih berhubungan kerabat dengan (mantan) pejabat, tapi ada juga yang maju tanpa hak istimewa itu. Beneran dari nol.
Kapan itu Menkes bilang, serapan dana rendah karena "kasusnya masih sedikit" (?). Kenapa tidak dialokasikan untuk tes massal ya. Makin cepat ketahuan, bisa segera diisolir dan ngga merembet ke mana-mana.
Poin kedua, pemerintah yang tak konsisten. Ini sejak dari awal banget udah terlihat jelas. Saat Presiden sudah menghimbau utk mulai pake masker, jaga jarak, hindari kerumunan, Menkes malah bikin acara seremonial, pake salaman2 pula. Diliput TV nasional. Dan ngga cuma sekali lo.
Alhamdulillaah, berhasil bikin telur asin sendiri..
Perendaman 10 hari. Kalau pengen lebih masir, bisa ditambah hingga 15 hari.
Banyak yang minta resepnya.. Baiklaah.
Caranya gampang.
Siapkan telur bebek (paling bagus, tapi kalau pake telur ayam boleh saja), cuci dan sikat kulitnya dgn spons, keringkan. Pastikan telur dalam kondisi segar ya.
Saya kmrn pake 15 butir telur, sesuai kapasitas stoples.