Mun'im Sirry Profile picture
Sep 19, 2020 23 tweets 4 min read Read on X
1. “Islam dan Pluralisme Agama: Universalis dan Supersesionis”

Catatan kuliah “Pluralisme Agama” minggu ini terlambat karena kemarin menghadiri seminar “saintliness across traditions.” Berikut beberapa poin yang diperbincangkan di kelas.
2. Minggu ini, beralih ke Islam, setelah beberapa minggu mendiskusikan pluralism agama dalam Kristen, terutama Katolik. Pilihan ini semata berdasar kronologi, yakni Kristen muncul sebelum Islam. Kita baca tulisan William Chittick, Reza Shah-Kazemi, Yasir Qadhi dan Tim Winter.
3. Dua penulis pertama merepresentasikan pendekatan universalis, dan dua terakhir supersesionis. Pendekatan unuversalis merangkul keragaman jalan keselamaatan, termasuk keragaman internal, sementara supersesionis anggap Islam telah menghapus agama2 sebelumnya.
4. Dua pendekatan di atas bersikap kritis terhadap paradigma pluralis yg menolak superioritas satu agama atas agama lain: Semua agama memiliki struktur keselamatan sendiri, dan semuanya valid. Pandangan ini ditolak oleh kalangan universalis dan supersesionis krn alasan berbeda.
5. Bagi kaum universalis, mazhab pluralis itu sok benar sendiri dan menganggap paradigma lain, seperti eksklusivisme dan inklusivisme, tidak pada levelnya. Artinya, kalangan pluralis gagal mengakomodasi pandangan lain, misalnya menyalahkan pandangan eksklusivis.
6. Ini mengingkari tujuan praktis yg dijanjikannya. Kalangan pluralis menjanjikan, jika orang berpandangan pluralis, maka akan tercipta suasana toleran krn tak ada yg anggap penganut agama lain terlaknat, tapi mereka sendiri tidak toleran terhadap pandangan yg berbeda.
7. Bagi kaum supersesionis, pandangan pluralis tidak punya dasar dalam sumber otoritatif, yakni Qur’an dan hadis, atau dalam pandangan ulama-ulama klasik (pra-modern). Kaum supersesionis berpandangan, secara prinsipil, Qur’an bersifat eksklusif. Lebih-lebih hadis.
8. Untuk mengembangkan paham pluralis, kata Yasir Qadhi, seseorang perlu menolak keberadaan hadis. Yasir juga menulis, para ulama dahulu berbeda pendapat dlm setiap hal, tapi terkait nasib agama lain mereka sepakat: Tak ada jalan keselamatan di luar Islam.
9. Tim Winter menjelaskan argumen abrogasi atau kenapa kedatangan Islam menghapus agama-agama sebelumnya. Intinya begini: Untuk apa Allah menurunkan Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad jika agama-agama sebelumnya masih berlaku?
10. Itu pertanyaan retorik. Dia mencontohkan Nabi mengirim surat kepada raja-raja Kristen mengajak mereka memeluk Islam. Jika agama mereka masih sah, untuk apa Nabi mengajak mereka memilih Islam? Bagi Tim, semua agama sebelum Islam telah tersesat.
11. Kaum universalis berbeda secara diametris. Bagi mereka, justeru Qur’an sangat terbuka. Bahkan, jika dibandingkan kitab suci agama-agama lain. Reza Shah-Kazemi membuat observasi serupa dengan yg dulu pernah saya katakan (waktu itu, saya belum baca tulisan Reza ini).
12. Berikut saya kutipkan teks aslinya ya: It is surely one of the greatest ironies of our time that the scripture [Qur’an] that is most tolerant of other religions, indeed, that is unique in its recognition of, and reverence of, other religions…,
13. …. should be used as the basis for the most fanatical acts of intolerant violence. In the West, new interpretations of scripture are required in order to move away from traditional exclusivism.
14. Now this exclusivism is based on the literal meaning of key verses in the Bible; by contrast, when we look at the Qur’an, it is precisely the literal meaning of dozens of verses that incontrovertibly uphold a universal perspective on religion.
15. Reza mengembangkan pandangan universalisnya berdasarkan tafsir Ibn ‘Arabi yg intinya menganggap setiap tafsir atau makna adalah benar dan dikehendaki Tuhan. Artinya, Tuhan menghendaki makna berbeda bagi setiap penafsir. Dia tahu setiap orang akan punya penafsiran yg berbeda.
16. Implikasinya: Kaum universalis mengakomodasi semua bentuk pemahaman, termasuk yang eksklusivis karena pandangan yg berbeda itu sama-sama dikehendaki Tuhan sesuai tingkat pemahaman seseorang. Reza sebut, kaum universalis bersikap “all-inclusive”.
17. Sementara itu, Chittick menyoal sikap kalangan supersesionis yg begitu mudah mengklaim telah terjadi kesepakatan ulama dahulu bahwa jalan keselamatan tertutup bagi penganut agama lain di luar Islam. Ini senjata ampuh, tapi sebenarnya tak ada kesepakatan semacam itu.
18. Dua pandangan di atas (universalis dan supersesionis) lahir di Barat, dan ditujukan kepada audiens Barat, terutama kaum terpelajarnya. Mereka sampaikan pandangan tersebut dalam sebuah konferensi akademis yg khusus membahas soal “Islam dan jalan keselamatan bagi agama lain.”
19. Sebagaimana proposal mereka menimbulkan debat sengit di kalangan sarjana yg terlibat dalam konferensi tersebut, demikian juga yg saya saksikan di kelas. Tampak, kedua kubu memiliki ayat-ayat favorit sendiri2 dan bersikap selektif dalam memilih pandangan yg mendukungnya.
20. Terlepas dari berbagai kelemahan yg kita diskusikan di kelas, dua sudut pandang berbeda tersebut telah ikut meramaikan jagad intelektual. Ini satu contoh betapa semaraknya diskusi dan perdebatan kajian Islam di Barat saat ini. Beragam gagasan muncul dan diperbincangkan.
21. Coba bayangkan: empat orang itu (Chittick, Kazemi, Qadhi dan Winter) duduk satu meja mendiskusikan tesis dan gagasan mereka yang berbeda secara diametris. Sementara itu, dari audiens juga bermunculan pertanyaan2 tajam. Sebuah suasana yang pasti memperkaya perspektif.
22. Perbincangan intelektual semacam itulah yg akan membawa agama ini berkontribusi pada peradaban manusia masa kini dan mendatang. Friends, selamat berakhir pekan!
@threadreaderapp please unroll

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Mun'im Sirry

Mun'im Sirry Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @MunimSirry

Dec 5, 2021
1. "Iman dan Ilmu"
Beberapa orang menganggap iman dan ilmu itu bertolak belakang atau, setidaknya, memiliki dunianya sendiri yang tak saling mendukung. Iman adalah soal kepercayaan, dan ilmu berpusat pada pertanyaan. Ilmu berhenti ketika menyentuh wilayah iman.
2. Bagi sebagian kalangan, gambaran itu mungkin benar adanya. Iman semacam itu tidak mendorong pada pengetahuan, bahkan bisa menghalanginya. Tapi bagi sebagian yg lain, termasuk saya sendiri, iman tidak sestatis yang dibayangkan itu.
3. Saya bergaul dengan komunitas Katolik yang menjunjung tinggi postulat “faith seeking understanding” atau (dalam bahasa Latin) “Fides quaerens intellectum.”
Read 12 tweets
Sep 28, 2021
(1) Moderator Diskusi

Saya menghadiri banyak diskusi dan seminar di kampus di Amerika dan Eropa, tapi sedikit di Indonesia. Dari pengalaman yang sedikit itu saya melihat, biasanya, moderator di Indonesia banyak bicara.
2. Memberi kata pengantar panjang; setelah pembicara selesai bicara, dia merangkum pembicaraan, dan di akhir diskusi membuat kesimpulan. Jika dihitung, waktu yang digunakan moderator tidak lebih sedikit dari pembicara.
3. Artinya, dia menjadi pembicara tambahan. Dulu, saya mengira apa yang saya lihat itu hanya kebetulan saja. Ternyata, hal yang sama terjadi ketika saya sendiri jadi pembicara juga. Dari dulu hingga sekarang ya itu yang terjadi.
Read 10 tweets
Sep 26, 2021
1. “Kesarjanaan Terus Berkembang”

Salah satu yang ingin saya tunjukkan dalam bab 4 “Konteks Historis Al-Qur’an dan Narasi Alkitab”, dan bahkan keseluruhan buku “Rekontruksi Islam Historis”, ialah perkembangan kesarjanaan mutakhir yang luar biasa.
2. Jika di zaman pertengahan, Qur’an dilihat dengan kaca mata kebencian, dari abad ke-19 hingga sekarang kesarjanaan tentang hubungan al-Qur’an dan Alkitab mengalami pergeseran yang dapat diringkas sebagai berikut:
3. Abad ke-19 hingga awal 20-an, Qur’an dilihat bersifat derivatif. Yakni, Qur’an meminjam konsep dan ide keagamaan dari Yahudi atau Kristen. Sarjana-sarjana Yahudi dan Kristen seolah berlomba mengklaim Qur’an sebagai bagian dari tradisi agama mereka.
Read 16 tweets
Sep 18, 2021
1. Menulis Artikel Jurnal
Saya menerima dua pertanyaan mengenai tulisan jurnal: Soal "standar akademis" dan status penulis. Saya akan menceritakan kebijakan dalam jurnal yang saya ikut mengelola, dan ini sudah saya sampaikan dlm bbrp pelatihan penulisan artikel jurnal.
2. Soal "standar akademis," bisa dilihat contoh artikel yang sudah dimuat. Setiap jurnal punya kebijakan dan penekanan berbeda. Misalnya, penulisan footnotes atau in-text citation. Itu sudah ada standarnya. Umumnya, jurnal akademis mengikuti cara Chicago.
3. Di ICMR, kami menginginkan tulisan yang mendiskusikan masalah secara jelas dan scholarly. "Jelas" maksudnya, tulisan mempunyai tesis yang hendak didiskusikan. Bukan artikel panjang-lebar, tapi tdk jelas apa masalahnya.
Read 8 tweets
Aug 29, 2021
1. "Soal Etnik Arab dlm Sumber Pra-Islam"

Di kalangan sejarawan, sumber-sumber pra-Islam kerap digunakan untuk melihat apakah kata “Arab” merujuk pada kelompok etnik tertentu di awal kemunculan Islam. Berikut penjelasan tambahan buku “Rekonstruksi Islam Historis.”
2. Penelitian seputar tema ini sudah cukup luas. Sumber-sumber itu meliputi Suriah kuno (Assyria: 800-600 sebelum masehi), Yunani klasik (600 SM – 100 M), dan sumber2 pra-Islam (abad 1-7 M). Riset mutakhir oleh Webb persoalkan bhw etnik grup Arab bisa diidentifikasi sebelum Islam
3. Kata derivatif yang mirip “Arab” mmng ditemukan dalam sumber2 itu, tapi tidak merujuk pada ethnonym atau grup etnik. Dari sumber Assyria, misalnnya, disebutkan pada thn 853 SM, Raja Syalmaneser III berperang melawan orang "Arba-a" dari gurun selatan Damaskus dipimpin Jindibu.
Read 16 tweets
Aug 25, 2021
1. Orang Arab pra-Islam?
Salah satu bab favorit saya dalam "Rekonstruksi Islam Historis" ialah bab 10. Di situ saya mendiskusikan bahwa identitas etnik Arab merupakan produk Islam. Tidak ada bukti bahwa kata etnik Arab sudah digunakan sebelum Islam.
2. Penyebutan "Arab" bagi orang-orang yang sekarang disebut Arab itu tidak terkonfirmasi dalam bukti-bukti yang tersedia, baik inskripsi, syair-syair jahiliyah, ataupun sumber non-Muslim.
3. Ini temuan yang cukup "seru". Karya besar Jawad Ali yang berjudul "Al-Mufassal fi tarikh al-Arab qabl al-Islam" (Penjelasan sejarah Arab sebelum Islam) perlu disorot lebih kritis.
Read 6 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(