Pada zaman dahulu ada seorang raja zhalim penyembah berhala, bernama Darriyan
Seluruh rakyatnya diperintahkan untuk menyembah patung-patung miliknya
Rakyat yang tidak patuh akan dilemparkan ke dalam api besar
Sudah banyak rakyat yg menjadi korban kekejamanya
Allah SWT kemudian mengutus utusannya pada negeri tempat raja zhalim ini.
Nabi yang diutus Allah adalah Jirjis bin Qulthin as
Beliau as diutus untuk menghancurkan angkara murka yang dilakukan Darriyan.
Suatu ketika Nabi Jirjis as bertemu dengan Darriyan.
Nabi Jirjis as berkata dengan tenang,
“Mengapa kamu tunduk menyembah berhala yang tidak dapat mendengar,
melihat dan tidak dapat memberi kekayaan kepadamu?”
Darriyan menjawab,
“Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, serta seluruh nikmat kemegahan ini kuperoleh sejak aku menyembah berhala-berhala itu.
Dan aku tidak melihat kesenangan pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu
pada Tuhan yang engkau agung-agungkan itu.”
Nabi Jirjis as membalas,
“Sesungguhnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi akan sirna.
Sedangkan nikmat akhirat yang Allah SWT anugerahkan padaku akan langgeng.”
Setelah itu, mereka berdua berdebat makin sengit.
Karena makin terdesak, emosi Darriyan bangkit.
Saking murkanya pada Nabi Jirjis as
Darriyan memerintahkan pengawalnya untuk menyiksa beliau.
Utusan Allah tersebut kemudian disiram dengan air mendidih yang dicampuri
dedaunan sehingga kulitnya melepuh.
Daging Beliau Alaihissalam kemudian diiris-iris sehingga tulangnya terlihat.
Nabi Jirjis as pun wafat.
Namun, dengan kekuasaan Allah SWT
Nabi Jirjis bangkit kembali dengan rupa yang lebih menawan dibanding sebelumnya.
Melihat kejadian aneh ini,
Darriyan kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membawa enam pasak besi.
Dua kaki Nabi Jirjis diikat dan direntangkan,
lalu keenam pasak tersebut ditancapkan pada tubuh Beliau as
Nabi Jirjis as pun wafat kembali dengan mengenaskan
Namun, Allah kemudian mengutus malaikat Jibril as untuk mencabuti pasak tersebut.
Nabi Jirjis as pun hidup kembali.
“Wahai yang zhalim,
katakanlah tidak ada Tuhan selain Allah!” teriak Nabi Jirjis pada Darriyan
Darriyan semakin murka Ia memerintahkan pengawalnya utk melemparkan Nabi Jirjis ke belanga besar dgn air bergolak
Nabi Jirjis direbus dalam belanga tersebut. Lagi,
Nabi Jirjis wafat
Namun dengan izin Allah Beliau as hidup kembali
Sang raja zhalim Darriyan kemudian terus menerus menyiksa Nabi Jirjis dengan siksaan yg beragam hingga 70 kali, bahkan menurut sebagian kitab hingga 100 kali
Namun setiap Beliau as wafat, Beliau dihidupkan kembali oleh Allah SWT
Setelah kewalahan dan kehabisan akal, Darriyan merayu;
“Jirjis, jika kau menaatiku, aku akan menaatimu
Sembahlah berhalaku sekali saja, dan aku akan menyembah Tuhanmu. Bagaimana?”
Nabi Jirjis as lama tidak menyahut, sampai-sampai ada seorang lelaki yang menyangka sang Nabi akan menerima tawaran itu
Darriyan menyambung,
“Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan berbagai siksaan.
Sekarang marilah ke rumah untuk menghilangkan keletihanmu malam ini.”
Nabi Jirjis kemudian mengikuti Darriyan menuju rumah,
namun bukan untuk menerima tawaran tadi,
melainkan untuk mencari cara mengislamkan raja zhalim tersebut.
Di rumah Darriyan, Nabi Jirjis semalam suntuk menunaikan shalat
dan membaca Kitab Zabur.
Bacaannya malam itu meresap ke hati sang permaisuri.
Istri Darriyan itu menangis, kemudian secara diam-diam menyatakan masuk Islam.
Pagi harinya, Darriyan sekali lagi menyuruh Nabi Jirjis sujud pada berhalanya.
Namun Beliau Alaihissalam menolak keras.
Akhirnya Beliau Alaihissalam dibawa ke sebuah gubuk milik seorang nenek pikun yang tinggal bersama putranya yang buta, tuli, dan bisu.
Di gubuk itulah Beliau Alaihissalam dipenjara tanpa diberi makan dan minum.
Suatu hari ketika merasa lapar, Nabi Jirjis berdoa pada Allah
Dengan izin Allah tiba-tiba sebatang kayu tiang rumah tumbuh menghijau, dan berbuah Menyaksikan hal yg menakjubkan tersebut, sang nenek memohon kepada Nabi Jirjis
untuk berdoa pada Allah supaya menyembuhkan putranya
Sang Nabi as pun memenuhi permintaan tersebut.
Putra sang nenek tersebut kemudian sembuh dan memeluk Islam.
Nabi Jirjis as berkata,
“Nak, pergilah ke tempat-tempat berhala raja. Sampaikan pada mereka bahwa Jirjis mengundang mereka.”
Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Nabi Jirjis
pada 70 berhala tersebut.
Dengan izin Allah patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan
berjalan menuju tempat Nabi Jirjis
Setelah patung-patung itu tiba di halaman rumah, Nabi Jirjis memberi isyarat kepada Bumi dengan menjejakkan kakinya.
Bumi kemudian terbelah menelan semua berhala Darriyan.
Sang permaisuri yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut kemudian tampil
di panggung istana dan berkata,
“Wahai penduduk negeriku, sayangilah jiwa kalian.Segeralah kalian masuk Islam.
Percayalah, Jirjis Alaihissalam adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk kita.”
Sang raja menjadi murka dan menatap istrinya,
“Sungguh, sejak 70 tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat atau keajaiban, tapi aku tidak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai istriku?”
Sang permaisuri menjawab;
“Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kezhalimanmu belaka.
Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah keberuntunganku.”
Sang permaisuri kemudian dibunuh oleh Darriyan dengan sangat kejam.
Menyaksikan kejadian itu, Nabi Jirjis as berdoa,
“Ya Allah, 70 tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir,
sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid.”
Seusai berdoa, Nabi Jirjis as melihat nyala api turun dari langit kepada para pengikut raja. Bersamaan dengan itu, orang-orang kafir itu mengangkat pedang membunuh Beliau Alaihissalam
Namun, tak lama kemudian mereka pun, termasuk Darriyan, mati ditelan api.
Kitab : As-Sabi’yat fi Mawa’izh al-Bariyat
Karangan : Abi Nashr Muhammad bin Abdurrahman al-Hamdani
Gambar :
Masjid bersejarah di Mosul tempat dimakamkannya Nabi Jirjis Alaihissalam
Tempat ini sudah Dihancurkan ISIS
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal sepakat (ijma’) menghukumi kafir terhadap orang-orang yang meyakini bahwa Allah menempati suatu arah, dan orang-orang yang meyakini bahwa Allah adalah jism/benda yang tersusun dari bagian-bagian.
📚 Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Minhaj al-Qawim, juz 1, hal 144, as-suyuthi dalam al-Asybah wa an-Nazha-ir, hal 488, Mulla Ali al-Qari dalam Mirqatul Mafatih, juz 3, hal 924, Badruddin az-Zarkasyi dalam Tasynif al-Masami’, juz 4, hal 648
Imam asy-Syafi’i mengkafirkan seseorang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy.
📚Ibn ar-Rif’ah dalam Kifayah an-Nabih fi Syarh at-Tanbih, juz 4, hal 24, Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi dalam Najm al-Muhtadi wa Rajm al-Mu’tadi, hal 551
Imam Abu Hanifah menjelaskan bahwa dekat dan jauh yang disifatkan kepada Allah tidak boleh difahami dengan makna jarak pendek atau panjang. Imam Abu Hanifah berkata :
وَلَيْسَ قرب الله تَعَالَى وَلَا بعده من طَرِيق طول الْمسَافَة وقصرها وَلَكِن على معنى الْكَرَامَة والهوان والمطيع قريب مِنْهُ بِلَا كَيفَ والعاصي بعيد مِنْهُ بِلَا كَيفَ
Dekatnya Allah dan jauhnya bukan dari makna jarak panjang dan pendek, akan tetapi berdasarkan makna kemuliaan dan kehinaan.