Pemerintah dan DPR sepakat untuk melanjutkan Pilkada 2020. Sementara itu banyak suara dari publik yang menghendaki Pilkada ditunda untuk menghindari penyebaran Covid19 semakin luas.
Terkait pro-kontra Pilkada 2020, berikut ini pertanyaan yang ingin dijawab dari analisis Drone Emprit ini:
- bagaimana tren percakapan?
- apa narasi pro dan kontranya?
- siapa aktor yang paling berpengaruh?
- bagaimana peta jejaring sosialnya?
- analisis bot?
Seminggu terakhir (15-22 Sep 2020) percakapan tentang "pilkada" cukup tinggi. Namun puncaknya terjadi kemarin (21 Sep), saat DPR dan Pemerintah sepakat melanjutkan pilkada.
Analisis ini kita fokuskan pada percakapan sejak keputusan ini dibuat.
VOLUME 'PILKADA'
Seminggu terakhir, terdapat total 208k percakapan, paling banyak di Twitter (175k), berita online (31k), dan IG (1,7k).
Sejak 21 Sep terdapat total 112k, terbanyak di Twitter (101k), berita online (10k), dan IG (354).
Statement Prof @Prof_Azyumardi yang cukup menghentak, yang menyatakan akan GOLPUT dalam Pilkada 9 Des 2020 nanti, sebagai bentuk solidaritas bagi mereka yang wafat, paling disukai dan banyak dishare.
Ide ini bisa membangkitkan perlawanan publik untuk melakukan hal yang sama.
Pernyataan Sikap @nahdlatululama dan @muhammadiyah yg menuntut pendundaan Pilkada, yang dikeluarkan sebelum keputusan Pemerintah dan DPR akan melanjutkan Pilkada 2020, termasuk narasi yang cukup banyak dibahas. Ini dianggap mewakili suara publik yang signifikan jumlahnya.
Tabel top 5 Narasi 'Pilkada' di atas bisa dilihat di sini.
Narasi-narasi di atas hampir semuanya mendorong agar pilkada 2020 ditunda dulu.
Peta jejaring sosial (SNA) di bawah ini memperlihatkan ada satu cluster besar berwarna merah. Sentimen mereka negatif terhadap pilkada.
Namun di luar cluster ini ...
Namun di luar cluster ini, berkeliling akun-akun yang tersebar berawarna hijau. Sentimen mereka cenderung positif. Sebagian dari mereka membantuk sebuah cluster dengan simpul utama akun @1trenggalek.
Ini adalah cluster yg mengantisipasi jika pilkada dijalankan, akan diamankan.
SNA ‘PILKADA’ (ZOOM)
Untuk melihat lebih jelas akun-akun dalam cluster tengah yang cenderung kontra Pilkada 2020 dilanjutkan, bisa lihat SNA ini.
Cara lain melihat jejaring sosial (SNA) adalah dengan menampilkan akun dan hashtags sebagai nodes. Visualisasi ini akan menghubungkan akun dengan hashtags yang mereka dukung.
Ada 3 cluster...
Ada 3 cluster yang cukup signifikan:
1/ Cluster merah, dari kalangan netizen yang kontra Pilkada. Kebanyakan tidak menggunakan hashtag.
Cluster kedua dengan hashtags #TaatProkesSaatPilkada merupakan cluster dari Polri, yang mengajak publik agar taat protokol kesehatan selama proses Pilkada 2020.
Cluster ini juga mengingatkan adanya kerawanan baru selama Pilkada, shg mengajak masy untuk lapor kl ada pelanggaran.
Cluster #TaatProkesSaatPilkada banyak berisi infografis dan meme sebagai media penyampai pesan.
Salah satunya adalah tentang peraturan pilkada saat pandemi, pasal yang berlaku, dan 3M, dll.
Akun top influencer @1trenggalek dari cluster dari humas-humas Polri hari ini menyampaikan #MaklumatKapolriTaatProkes yang kemudian diamplifikasi oleh akun-akun dalam cluster tersebut.
Jika cluster humas Polri fokus pada tugas pengamanan jika Pilkada tetap dijalankan, maka cluster ketiga ini fokusnya mendukung Pilkada Lanjut. Dengan narasi tambahan yaitu Protokol Ketat. Digabung dalam tagar di atas.
Cuitan Sufistik
Di antara pro-kontra di atas, ada sebuah cuitan yang sangat banyak dishare, yaitu dari mbah @sudjiwotedjo.
Bicara soal kebenaran: 1/ benarnya orang banyak (mobokrasi) 2/ benarnya penguasa (oligarki) 3/ BENAR YANG SEJATI
Hanya orang yg maqomnya tinggi yg paham.
MOST SHARED IMAGES ’PILKADA’
Gambar-gambar yang paling banyak dishare di Twitter, terbanyak adalah dari postingan @Prof_Azyumardi. Tentang sikap beliau yang memilih Golput dalam pilkada serentak 2020 ini.
Namun yang paling banyak adalah infografis dari akun @1trenggalek dan akun-akun humas Polri di berbagai daerah, yang mengajak masyarakat dan paslon untuk taat protokol kesehatan, taat peraturan, informasi kerawanan, dan netralitas Polri dalam Pilkada.
Tampak pro-kontra Pilkada kurang terasa gregetnya di Instagram. Berbeda dengan di Twitter.
MOST LIKED IG POST /1
Sebagai contoh, pernyataan dari Jusuf Kalla yang dikutip @NarasiNewsroom, yg meminta agar Pilkada serentak 2020 ditunda dulu, mengingat situasi pandemi saat ini, paling banyak disukai.
Lalu dari @helmyyahya dan M. Qodari (Indobaromter) ttg bom Covid19.
MOST LIKED IG POST /2
Berita di @kompascom bahwa @muhammadiyah meminta DPR dan Pemerintah untuk menunda Pilkada 2020 juga banyak disukai.
BERITA ONLINE
Pemberitaan di media online tentang Pilkada memperlihatkan banyak sub topik: PBNU, Pelaksanaan Pilkada, @Jokowi, @HaedarNs (@Muhammadiyah), @nahdlatululama, DPR, Koalisi Masyarakat Sipil, JK, Mendagri, Gibran, PKPU, Maklumat Kapolri, dll.
NEWS MAP: PILKADA & GOLPUT
Pernyataan dari @Prof_Azyumardi tentang golput saat pilkada nanti, menjadi topik paling hangat terkait isu ini. Ide ini lalu diikuti oleh @msaid_didu. Desakan @nahdlatululama dan @muhammadiyah yg ternyata tidak diikuti, dianggap bs jd bayang" golput.
KESIMPULAN
Kembali ke pertanyaan awal, dapat disimpulkan jawabannya berdasarkan data yg ditangkap DE ini.
1/ Keputusan Pemerintah dan DPR tgl 21 Sep untuk meneruskan Pilkada serentak telah meningkatkan tren percakapan tentang Pilkada.
..
2/ Dari peta SNA dan most retweets, kita bisa membaca WHO dan WHAT dari topik ini. Ada 3 cluster: kontra Pilkada 2020, pro Pilkada 2020, dan pengamanan pilkada.
3/ Narasi kontra Pilkada 2020: kondisi pandemi, kasus terus meningkat, nakes berjatuhan, bom atom Covid19.
4/ Narasi pro Pilkada 2020: pilkada tetap bisa dilanjutkan, nanti akan diterapkan 'protokol ketat.'
5/ Narasi pengamanan pilkada: Polri netral, tugas mengamankan, mengingatkan paslon dan masy agar taat protokol kesehatan, penegakan hukum, ngajak masy lapor kl ada pelanggaran.
6/ Akun @Prof_Azyumardi mendadak menjadi top influencer dalam cluster kontra Pilkada 2020, dengan narasi golput jika tetap dijalankan. Narasi beliau juga jadi topik berita paling hangat terkait pilkada dan golput.
7/ Penggunaan bot terdeteksi dalam percakapan ini, sebanyak 19% cuitan terindikasi dari cyborg atau robot. Di peta SNA, cluster yg menggunakan bot biasanya punya pola interaksi yang "terprogram, rapat antar beberapa akun dalam cluster, menjauh dari real user."
CLOSING
Prof @sociotalker, menimbang variable "pilkada serentak 2020" belum diperhitungkan dalam predixi ini, tampaknya perlu ada revisi predixi neeh...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ini kenapa topik "Fufufafa" sudah hampir 1 bulan belum ada tanda-tanda akan reda juga. Malah hari ini naik lagi.
Saya ambil pemberitaan di online news dalam 2 hari terakhir, lalu minta AI untuk merangkum pendapat tokoh yang diquote oleh berita.
Refly Harun: Pakar hukum tata negara ini menegaskan bahwa akun Kaskus Fufufafa tidak berhubungan dengan Prabowo Subianto, meskipun Prabowo memiliki pengaruh untuk menghentikan potensi impeachment terhadap Gibran. Refly juga menyatakan bahwa Fufufafa semakin menguatkan pandangan bahwa Gibran tidak layak menjadi wakil presiden.
Jhon Sitorus: Pegiat media sosial ini sangat yakin bahwa akun Fufufafa adalah milik Gibran Rakabuming Raka, dengan menyebutkan bukti-bukti yang mengarah ke keterkaitan antara nomor ponsel Gibran dan akun tersebut. Ia menegaskan bahwa bukti-bukti ini menunjukkan kepemilikan Gibran secara jelas.
Jimly Asshiddiqie: Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini mengungkapkan bahwa efek dari isu Fufufafa sangat luar biasa, menimbulkan kemarahan yang meluas di masyarakat. Ia juga meminta agar publik melupakan isu ini, meskipun ia menyadari bahwa hal tersebut sulit dilakukan.
Muslim Arbi: Direktur Gerakan Perubahan ini menilai bahwa Gibran tidak bisa mengelak dari tuduhan sebagai pemilik akun Fufufafa, dan ia mengaitkan isu ini dengan karakter Gibran yang dianggap tidak pantas untuk posisi wakil presiden.
Feri Amsari: Hukum Universitas Andalas ini menekankan pentingnya klarifikasi mengenai keterkaitan Gibran dengan akun Fufufafa, dan ia menganggap bahwa isu ini perlu ditangani secara serius.
Henri Subiakto: Pengamat politik ini mengkritik perilaku komunikasi Gibran dan Kaesang, yang dianggap menunjukkan karakter yang tidak bermoral. Ia menekankan bahwa jika ada kesalahan, sebaiknya Gibran meminta maaf.
Dr. Tifa: Seorang dokter yang juga aktif di media sosial, berharap agar Prabowo mengambil tindakan terkait polemik akun Fufufafa, yang dianggap merugikan citra Gibran.
Kesimpulannya, isu mengenai akun Fufufafa yang diduga milik Gibran Rakabuming Raka telah memicu berbagai pendapat dari tokoh-tokoh publik. Banyak yang menilai bahwa Gibran tidak layak untuk menjabat sebagai wakil presiden, sementara yang lain menekankan pentingnya klarifikasi dan tindakan dari pihak terkait untuk menyelesaikan polemik ini. Isu ini juga menunjukkan dampak besar terhadap citra politik Gibran dan hubungan antara tokoh-tokoh politik di Indonesia.
Sedang ramai soal kritikan JK kepada Nadiem Makarim yang dinilai jarang berkunjung ke daerah.
Saya coba gunakan fitur baru di Drone Emprit yang memanfaatkan LLM, untuk membuat tabel kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh Nadiem dalam periode tertentu secara otomatis.
Saya gunakan sumber data Online News, untuk periode April-Juni 2023, yang mengandung kata kunci "Nadiem" dan filter "kunjungan, mengunjungi, mendatangi, dll".
Promptnya: Buat tabel tempat yang dikunjungi Nadiem: no, tanggal, Lokasi, kota, tujuan kunjungan, website. Jangan masukkan "jakarta", berdasarkan data yang diberikan saja.
Hasilnya seperti ini. Ada yang missed, "Kuningan" dianggap nama "kota" wkwk.
Saya minta AI buat membaca lagi, mosok hanya sedikit tempat yang dikunjungi, dan kebanyakan di luar negeri. Saya koreksi juga soal Kuningan.
Fix, hasilnya tetap tidak berubah.
Sekarang saya coba ganti periodenya dari Juli-Oktober 2023. Awalnya cuma dua, lalu saya marahin itu AI. Tambah dua entry lagi. Tapi sebenarnya 3 entri itu kunjungan ke lokasi yang sama.
Kenapa saya percaya Quick Count? Lihat ilustrasi ini.
Kita ingin menghitung Populasi yang di dalamnya ada kelompok A, B, dan C. Jumlah dan persentasenya seperti dalam kotak nomor #1, A=25%, B=50%, C=25%.
Saat melakukan Real Count seperti dalam kontak #2, butuh waktu lama karena jumlah populasinya banyak, sehingga baru sebagian yang terhitung. Saat menghitung, tidak dipilih-pilih secara proporsional dari A,B, atau C. First come first. Hasilnya, yang A terhitung semua, B baru sebagian, C paliing sedikit.
Akibatnya persentase A=43%, B=43%, C=14%. Si A seneng banget karena banyak presentasenya. Tapi kan ini tidak sesuai Populasi sebenarnya di kotak #1?
Kemudian ada Quick Count seperti dalam kotak #3. Yang dihitung lebih sedikit dari yang sudah dihitung di Real Count. Tapi yang dihitung sudah dipilih-pilih secara proporsional, dari A=1, B=2, dan C=1. Kalau diprosentase, hasilnya A=25%, B=50%, C=25%. Lho kok sama seperti prosentasi populasi?
Nah pertanyaan di kotak #4, mana yang lebih mendekati "Populasi sebenarnya"? Real Count yang belum selesai, atau Quick Count yang sudah kelar?
I love Statistics. 🩷🩷🩷
🔥🔥🔥
Bagaimana dengan Quick Count pada Pilpres 2024 ini?
Ini yang saya tahu ya, dari beberapa lembaga QC, ada yang deket ke 01, 02, atau 03.
Kedai Kopi, Om Hensat deket ke 01, hasilnya:
01=24.2%
02=58.96%
03=16.84%
LSI Denny JA, deket ke 02, hasilnya:
01=25.21%
02=58%
03=16.73%
Charta Politika, deket ke 03, hasilnya:
01=25.52%
02=57.30%
03=17.31%
Semua mirip. Selama metode multistage random sampling yang digunakan sudah benar, hasilnya juga ndak jauh beda.
Terus, masalahnya ada di mana?
Masalahnya bukan pada saat pencoblosan, Quick Count, atau Real Count. Tapi ada pada proses-proses sebelum itu, yang membuat rakyat akhirnya menghasilkan output seperti dalam QC dan RC ini.
QC dan RC ini memvalidasi hasil kerja keras dari proses, prakondisi, pengkodisian, kampanye, dll sebelum pencoblosan.
Apa saja proses-proses itu? Nah ini saya yo ndak tahu. Mungkin bisa dicek di film yang sempat viral sebelum hari H pencoblosan itu.
Di tengah atmosfer politik yang memanas menjelang Pemilu 2024 di Indonesia, munculnya film dokumenter 'Dirty Vote' telah membawa gelombang baru dalam diskusi publik tentang integritas pemilihan umum.
Bagaimana peta percakapan di Twitter, Tiktok, dan pemberitaan di media online tentang film "Dirty Vote" ini?
ANALISIS DRONE EMPRIT
TWITTER, TIKTOK, BERITA ONLINE
10-12 FEBRUARI 2024
METODOLOGI
• Sumber: Twitter, News, TikTok
• Periode tanggal: 10-12 Februari 2024
• Keyword: Dirty Vote, DirtyVote
TREN ”DIRTY VOTE” DI TWITTER
Volume percakapan sejak 10 Februari 2024 ketika film ini diumumkan akan dirilis di YouTube, kemudian saat diluncurkan pada 11 Febuari, hingga perdebatan di hari berikutnya, memperlihatkan tren yang terus meningkat.
Pada tanggal 10 Februari 2024, di Jakarta terjadi dua kampanye akbar terakhir dari dua paslon 01 dan 02. Penyebutan lokasi kampanye ini, JIS untuk paslon 01 dan GBK untuk paslon 02, menarik untuk dibandingkan.
Bagaimana popularitas kedua lokasi yang sering dibandingkan netizen ini? Lokasi mana yang paling sering disebut, bagaimana interaksinya?
Sejak tanggal 7 Februari hingga hari H acara tanggal 10 Februari 2024, trend percakapan di Twitter tentang JIS selalu lebih tinggi dibandingkan tentang GBK. Puncaknya mention keduanya terjadi pada tanggal 10 Februari 2024.