#BANDUNG210
Kota Bandung, cekungan berketinggian 700-an meter di atas permukaan laut.
-ulasan singkat-
Bandung adalah wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan perbukitan. Dulunya, cekungan ini merupakan danau purba yang mengering lantaran ada bagian yang "jebol" di sisi barat.
Nih liat, gunung semua.
Kalo dibentangin dari utara muter sampe selatan, kira-kira beginilah tampilan bukit dan gunung yang mengelilingi Bandung.
Kalo dibandingin kota-kota lain di Pulau Jawa, Bandung termasuk salah satu kota besar yang ada di atas 700 meter.
Karena kualitas udaranya yang bagus, pada awal 1900-an, seorang ahli kesehatan lingkungan Hendrik Tillema mengusulkan ke Gubernur Jenderal Johan Paul van Limburg Stirum untuk memindahkan ibu kota dari Batavia ke wilayah yang lebih sejuk dan sehat.
Bandung adalah rekomendasinya.
Bukan cuma karena udaranya, kawasan Bandung yang dikepung gunung ini membuat wilayah ini strategis untuk menjadi ibu kota yang baru.
Pada 1920-an, dimulailah "bedol desa" pemindahan kantor-kantor pemerintahan dari Batavia ke Kota Bandung.
Rencana sudah dibuat. Beberapa gedung sudah dibangun, salah satunya adalah Gedung Sate.
Sayang seribu sayang... krisis ekonomi datang. Ibu kota nggak jadi pindah.
Yang paling ikonis adalah Tangkuban Parahu, gunung berbentuk seperti perahu yang menangkub (terbalik) dan erat dengan legenda Sangkuriang.
Beberapa teori bilang gunung ini sisa dari Gn. Sunda yang meletus.
Gunung ini menjadi vista utama Kota Bandung, mirip Jogja dan Merapi.
Gunung ini kerap menjadi patokan utama bagi para perancang Belanda dalam membuat siteplan.
Misalnya Technische Hoogeschool (Kampus ITB) yang menggunakan Tangkuban Perahu sebagai vista (pemandangan utama di bulevar kampus.
Sumbu ini juga diterapkan di Kawasan Gasibu (Gedung Sate), kawasan yang tadinya mau dipakai sebagai pusat pemerintahan nasional.
Tangkuban Perahu sebagai ikon Bandung bisa terlihat jelas dari sini.
Kini vista itu pelan-pelan mulai menghilang. Terhalang gedung tinggi dan reklame yang tumbuh subur di pusat kota.
Secara visual, warga Bandung semakin renggang dengan Tangkuban Perahu.
Hal yang sama juga terjadi di ITB. Vista ke arah Tangkuban Perahu dari sumbu utama kampus (Bulevar, Plaza Widya) kini terhalang tower apartemen di sisi utara (simbol smiley).
Pandangan dari kampus ke arah utara jadi nggak menarik lagi.
Dari belasan bukit-gunung yang melingkari Bandung, gunung ini menjadi yang paling ikonis dan menjadi identitas kota.
Di balik bentuknya yang unik, tersimpan potensi bencana alam besar yang diselimuti legenda.
Jangan sampai Bandung tumbuh dengan melupakan Tangkuban Perahu.
BANDING-BANDINGKE CAPRES 2024
based on dokumen visi-misi
per 21 Oktober 2023
dari sudut pandang:
warga Bekasi anker Depok, single, under 30, ngeriset & ngajar, durung nduwe omah
-ulasan sekilas-
1. Tentang Perjabodetabekan
Visi-misi Anies-Imin nggak ada kata IKN, tapi nyebutin in general Jabodetabek mau diapain.
Visi-misi Ganjar-Mahfud nyebut IKN, tapi nggak disebut Jabodetabek setelahnya mau diapain.
Nggak ada yang bikin Provinsi Jabodetabek gitu? 🤔
2. Soal Perkotaan
Dua-duanya sensitif soal transit oriented development dan transportasi publik. Sayangnya kagak ada yang nulis "ESKALATOR DAN LIFT YANG TANGGUH, SELALU NYALA, DAN MEREK INTERNESYENEL"
Medan Merdeka emang ditetapkan sebagai cagar budaya. Tapi, apakah cobblestone-nya juga? Eits tunggu dulu.
Cobblestone Monas baru dipasang tahun 2000-an di era Bang Yos. Penggantian aspal jadi cobblestone ini justru nunjukin kalo perubahan di kawasan ini bisa dilakukan.
Apakah kalo udah jadi cagar budaya, lantas udah nggak bisa diapa-apain? Tetot kurang tepat.
Menjadikan sesuatu sebagai cagar budaya bukan berarti kita nge-freeze objek itu dan nggak boleh diapa-apain. Perubahan bisa dilakukan secara terbatas asal tidak merusak apa yang esensial.
Di UU No. 11 tahun 2010 ttg Cagar Budaya juga dibahas soal apa aja yang bisa dilakukan untuk melestarikan: 1. Pelindungan (Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, Pemugaran) 2. Pengembangan (Penelitian, Revitalisasi, Adaptasi) 3. Pemanfaatan
Bukan cuma melihat Jakarta sebagai kota tunggal, 1965 bahkan udah dipikirin kalo Jakarta "bengkak", nanti ngembangnya ke mana.
Ada poros Timur-Barat, ada juga ke selatan. Titik pancarnya 15 km dari Monas.
Namanya "Jakarta Metropolitan", tahun 72-73, barulah muncul Jabotabek.
Masterplannya diambil dari buku, masterplan keluaran Direktorat Tata Kota & Daerah 1965, yang mana nggak mungkin banget kalo BK nggak terlibat di dalamnya.