Agar command center Star Trek Discovery itu tidak sekedar jadi imajinasi yang tidak riil bagi anak-anak, saya tampilkan command center @pikobar_jabar. Riil, dan lumayan mirip.
Tampak kang Emil dan tim sedang memonitor "black hole" dalam SNA Covid
Gaji Data Scientist
Dan mereka teriak "Gilaaaaaa" setelah tahu gaji data scientist di US.
Apa itu Data dan Data Scientist?
Sebenarnya mereka adalah "data scientist" by nature.
Sukai Matematika, Sains, dan Teknologi
Terakhir saya pesan, agar mereka <<menyukai>> matematika, sains, dan teknologi. Penekanannya pada "menyukai".
Dan bisa belajar coding sejak usia 5-6 tahun. Belajar logika. Pakai code.org, Scratch, etc yang free.
Pertanyaan anak-anak
"Kalau homeschooling masih bisa juga ndak belajar jd data scientist?"
"Kalau sudah ada robot Sophia, apakah data scientist masih dibutuhkan?"
"Apa yang harus aku lakukan sekarang untuk jadi data scientist?"
"Pekerjaan Om Fahmi apa yang paling mudah?"
"Apa yang Om Fahmi kerjakan sebagai data scientist?"
Saya beri contoh riil seperti ini. Di mana pada dasarnya seorang data scientist itu bertugas menjawab "business question" dari bosnya. Lalu mengikuti proses data science untuk menghasilkan jawaban dan insight bagi institusi.
10 YO: "Om Fahmi, data scientist bisa bantu di pasar modal?"
"Ayahmu ya yang bekerja di pasar modal?"
"Ibu saya, Om."
"Sebagai data scientist, nanti kamu bisa bantu ibumu memprediksi perusahaan mana yang akan redup, atau akan naik bisnisnya. Shg bisa bantu pasang modal."
CLOSING
Seru Webinar dengan anak-anak. Banyak yang ikut tadi, sampai 120an anak. Kata Abah Gie @arfibambani, ini jumlah terbanyak dalam seri "Mau Jadi Apa" so far.
Benar2 refreshing melihat mata anak2 yang berbinar2.
Thanks mas Arfi. Seri ini penting bgt buat anak2.
"Om Fahmi, kerjanya ngurusi nasional saja atau Internasional juga?"
" Stt... ini rahasia kita ya. Selain nasional, juga internasional." 😊
Saya cerita soal korespondensi sy dg Epidemiologis Harvard, Dr Eric Ding, sejak Januari 2020, ketika Covid19 baru mulai muncul.
Born Curious
Webinar dengan anak-anak ini bisa ndak selesai2. Mereka banyak yang tanya sampai ngantri panjang. Sampai harus distop karena sudah 2 jam lebih.
Beda saat sy webinar dg mahasiswa.
"Ada pertanyaan"?
Krik.. krik.. krik..
"Baik sudah jelas semua berarti."
😂
More Questions
"Om Fahmi, waktu coding Drone Empirit.. eh Drone Emprit, pernah error atau salah nulis kode?"
"Om, kalau saya ingin jadi data scientist, tapi ndak suka dengan ribetnya komputer, apakah bisa?"
"Apa yg paling sulit dikerjakan saat Om bekerja dengan Drone Emprit?"
"Anak Om Fahmi berapa? Ada yg ingin jadi Data Scientist?"
Anak-anak itu straight forward. Dari pertanyaan ini, terbuka imajinasi baru.
Saya lihatin dua junior saya waktu SD pas di Amsterdam ini. Coding Lego Mindstorm dan experimen littleBits.
Sekarang di Fasilkom dan Psy UI.
Mau Rebahan Di Sungai Yang Beku?
Saya motivasi anak2 ini supaya berani bermimpi sekolah yang tinggi, ke luar negeri. Biar melihat dunia luas.
Rajin dan suka belajar. S1 di sini, S2-S3 di luar. Cari beasiswa. Karena data scientist yang hebat, kebanyakan dari S2, S3, baru S1.
10 YO: "Om, saya ingin jadi arsitek. Apa saya butuh data scientist?"
Saya ingin membawa imajinasi anak ini lebih tinggi.
"Kelak kalau kamu diminta mendesain bagunan di Mars oleh Elon Musk, kamu butuh banyak data dan informasi ttg keadaan di sana. Data scientist yg akan bantu."
Banyak kids yang nanya soal peluang di masa depan
"Om, nanti aku gede, data scientist masih banyak diperluin gak?"
"Untuk peluang ke depan data scientist bagaimana ya om?"
"Kalau sudah ada robot humanoid, pinter seperti Sophia, data scientist masih diperlukan?"
Aku jawab >>
"Sophia bisa pinter dari mana? Itu karena informasi yg dipelajari dari big data. Tetap dia perlu bantuan data scientist dkk.
"Lalu kalau manusia mau eksplore alam semesta, misal mau landing ke Bulan dan Mars, butuh data besar. Perlu Big Data engineer dan Data scientist.
>>
"Nanti akan banyak program otomatisasi. Tetapi data scientist tetap diperlukan untuk mengubah data-data itu jadi cerita dan masukan buat bosnya di perusahaan.
"Inget deck di Star Trek tadi? Meski data sudah diolah, tetap perlu data scientist untuk bantu membaca jadi strategi."
7YO: "Om tahu Odading Mang Oleh?"
"Wkwk.. iya om tahu. Tapi belum pernah makan."
"Aku bisa bikin Om."
"Om, kalau mau eksplore planet2 seperti di Star Trek, apakah betul perlu robot dan pesawat kecil kesana, tanpa orang?"
"Iya betul. Sekarang manusia mau ke Mars. Dikirim dulu satelit dan robot ke sana. Buat meneliti kondisi. Data dikirim ke bumi. Data scientist bantu analisis."
Terakhir, pertanyaan dari orang tua.
"Kan banyak sumber belajar anak2 dari Internet. Belajarnya dari banyak orang. Jadinya tidak fokus. Apa tidak sebaiknya ikut kursus atau les, biar lebih fokus dan ada yang mendampingi?"
>>
Generasi Internet
Soal belajar ini, saya ingatkan ke ortu bahwa anak2 ini merupakan generasi yang berbeda dari kita orang tua. Mereka generasi Internet. Artinya, mereka lahir sudah terbiasa dengan akses internet, jadi warga digital. Bisa belajar banyak langsung dr Internet.
>>
SOLE
Ada metode pembelajaran baru, yang cocok dengan anak jaman sekarang. Yaitu SOLE, Self Organized Learning Environment. Dikembangkan oleh Sugata Mitra (India, UK).
Dia bikin "School in the Cloud" dimana anak2 bisa belajar dari "guru" di "cloud."
Ortu saya anjurkan mempelajari SOLE. Lalu membuat sendiri perencanaan belajar sesuai minat anak.
Kemudian bergabung dg "School in the cloud," mereka bisa belajar bhs Inggris dari pensiunan guru di UK scr langsung, atau profesor bidang yg diminati anak.
Untuk belajar Coding, anak bisa dipandu dan didukung untuk ikut platform belajar coding di Internet. Seperti code.org, Scratch, dll. Bergabung dengan forum di sana.
Dan kl sudah bisa semua, ikut online course data science di Coursera, Udemy, dll.
Digital Citizen
Keuntungan generasi Internet ini adalah, mereka bisa menjadi digital citizen, berinteraksi dengan orang di Internet yang sesuai dengan bidangnya, cari informasi untuk hobi dan pelajarannya, dan berkembang menjadi dirinya sendiri.
"Om, apakah aku perlu bisa bahasa Inggris?"
"Iya, kalian perlu belajar bahasa Inggris. Karena banyak sumber ilmu itu berbahasa Inggris. Kl hanya bahasa Indonesia aja, akan terbatas ilmunya.
"Minta ortu bikin SOLE, biar kalian bs belajar Inggris dari native."
Video rekaman sesi ini nanti bisa dilihat di kanal YouTube ini.
Kenapa saya percaya Quick Count? Lihat ilustrasi ini.
Kita ingin menghitung Populasi yang di dalamnya ada kelompok A, B, dan C. Jumlah dan persentasenya seperti dalam kotak nomor #1, A=25%, B=50%, C=25%.
Saat melakukan Real Count seperti dalam kontak #2, butuh waktu lama karena jumlah populasinya banyak, sehingga baru sebagian yang terhitung. Saat menghitung, tidak dipilih-pilih secara proporsional dari A,B, atau C. First come first. Hasilnya, yang A terhitung semua, B baru sebagian, C paliing sedikit.
Akibatnya persentase A=43%, B=43%, C=14%. Si A seneng banget karena banyak presentasenya. Tapi kan ini tidak sesuai Populasi sebenarnya di kotak #1?
Kemudian ada Quick Count seperti dalam kotak #3. Yang dihitung lebih sedikit dari yang sudah dihitung di Real Count. Tapi yang dihitung sudah dipilih-pilih secara proporsional, dari A=1, B=2, dan C=1. Kalau diprosentase, hasilnya A=25%, B=50%, C=25%. Lho kok sama seperti prosentasi populasi?
Nah pertanyaan di kotak #4, mana yang lebih mendekati "Populasi sebenarnya"? Real Count yang belum selesai, atau Quick Count yang sudah kelar?
I love Statistics. 🩷🩷🩷
🔥🔥🔥
Bagaimana dengan Quick Count pada Pilpres 2024 ini?
Ini yang saya tahu ya, dari beberapa lembaga QC, ada yang deket ke 01, 02, atau 03.
Kedai Kopi, Om Hensat deket ke 01, hasilnya:
01=24.2%
02=58.96%
03=16.84%
LSI Denny JA, deket ke 02, hasilnya:
01=25.21%
02=58%
03=16.73%
Charta Politika, deket ke 03, hasilnya:
01=25.52%
02=57.30%
03=17.31%
Semua mirip. Selama metode multistage random sampling yang digunakan sudah benar, hasilnya juga ndak jauh beda.
Terus, masalahnya ada di mana?
Masalahnya bukan pada saat pencoblosan, Quick Count, atau Real Count. Tapi ada pada proses-proses sebelum itu, yang membuat rakyat akhirnya menghasilkan output seperti dalam QC dan RC ini.
QC dan RC ini memvalidasi hasil kerja keras dari proses, prakondisi, pengkodisian, kampanye, dll sebelum pencoblosan.
Apa saja proses-proses itu? Nah ini saya yo ndak tahu. Mungkin bisa dicek di film yang sempat viral sebelum hari H pencoblosan itu.
Di tengah atmosfer politik yang memanas menjelang Pemilu 2024 di Indonesia, munculnya film dokumenter 'Dirty Vote' telah membawa gelombang baru dalam diskusi publik tentang integritas pemilihan umum.
Bagaimana peta percakapan di Twitter, Tiktok, dan pemberitaan di media online tentang film "Dirty Vote" ini?
ANALISIS DRONE EMPRIT
TWITTER, TIKTOK, BERITA ONLINE
10-12 FEBRUARI 2024
METODOLOGI
• Sumber: Twitter, News, TikTok
• Periode tanggal: 10-12 Februari 2024
• Keyword: Dirty Vote, DirtyVote
TREN ”DIRTY VOTE” DI TWITTER
Volume percakapan sejak 10 Februari 2024 ketika film ini diumumkan akan dirilis di YouTube, kemudian saat diluncurkan pada 11 Febuari, hingga perdebatan di hari berikutnya, memperlihatkan tren yang terus meningkat.
Pada tanggal 10 Februari 2024, di Jakarta terjadi dua kampanye akbar terakhir dari dua paslon 01 dan 02. Penyebutan lokasi kampanye ini, JIS untuk paslon 01 dan GBK untuk paslon 02, menarik untuk dibandingkan.
Bagaimana popularitas kedua lokasi yang sering dibandingkan netizen ini? Lokasi mana yang paling sering disebut, bagaimana interaksinya?
Sejak tanggal 7 Februari hingga hari H acara tanggal 10 Februari 2024, trend percakapan di Twitter tentang JIS selalu lebih tinggi dibandingkan tentang GBK. Puncaknya mention keduanya terjadi pada tanggal 10 Februari 2024.
DE memonitor percakapan di IG. Namun karena keterbatasan hasil crawling IG Search, hasilnya mungkin tidak menggambarkan kondisi sebenarnya. IG Search hanya menampilkan postingan yang mengandung hashtags yang kita cari. Kata-kata biasa tidak muncul dalam pencarian. Banyak selebritis yang tidak memakai hashtags, jadinya tidak tertangkap.
Dengan catatan keterbatasan IG Search ini, saya share perbandingan postingan terkait ketiga paslon Pilpres 2024 di Instagram.
INSTAGRAM
21 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024
METODOLOGI
Sumber: Instagram
Metode crawling: IG Search yang hanya berbasis hashtags.
Kelemahan: jika sebuah post di dalam caption tidak ada hashtags, maka IG Search tidak akan menampilkan post dalam hasil pencarian.
Periode: 21 Januari - 3 Februari 2024
Keywords/Hashtags: lihat tabel
TOTAL POSTS (MENTIONS)
Post atau mention adalah video atau gambar yang diupload netizen di IG, yang mengandung hashtags dalam caption yang dicrawling. Komentar tidak dicrawling.
TREND
Dari grafik trend ini tampak bahwa paslon 01 dan paslon 02 bergantian menempati posisi atas dalam trend jumlah post di IG dalam periode 21 Jan-3 Feb 2-24. Paslon 03 berada dalam posisi ketiga.
TOTAL POST
Total post dalam periode ini memperlihatkan paslon 02 sedikit di atas paslon 01, dan terakhir adalah paslon 03.