Sekala Niskala Profile picture
Oct 4, 2020 151 tweets 21 min read Read on X
GETIH MAYIT.

@bacahorror | #bacahorror Image
Naikin poster dulu, mulai nulisnya nanti, mau bikin nasgor dulu 😄
Sudah tujuh malam berturut-turut, aku melihat wanita itu dalam mimpi. Setiap kali aku melewati sebuah rumah joglo dengan pelataran yang luas. Wanita itu ada disana, sedang menggendong bayi sambil bersenandung. Wanita dengan paras yang ayu dan rambut sebahu.
Selalu tersenyum tiap kali kami bertemu pandang. Namun yang membuatku ngeri adalah ketika tiba-tiba darah mengalir dari kedua pahanya, dan kian lama kian deras. Aku sangat ingin menolong, tetapi aku hanya mampu terpaku dari kejauhan, dan kemudian aku terbangun.
Aku tidak mengerti, mengapa wanita itu sudah tujuh malam ini selalu muncul di mimpiku. Yang jelas, aku yakin ini bukan hanya kebetulan, pasti ada maksud tertentu yang harus aku pecahkan.
Ku putuskan mendatangi kawan lama, si Bogel, begitu panggilannya. Kawan kala SMK. Sudah belasan tahun kami tidak bertemu, padahal dulu kami adalah sahabat karib, selalu bermain bersama, namun aku mulai sedikit menjauhinya sejak tamat sekolah, karena Bogel kian hari kian aneh.
Bogel gemar berbicara sendiri, tertawa sendiri, dan tiap kali aku bertanya, katanya dia sedang ngobrol dengan teman beda dunianya. Tentu hal tersebut aku anggap aneh. Bagiku yang awam dengan hal semacam itu. Pikirku aku tidak ingin ikut-ikutan seperti Bogel.
Aku mendapatkan alamatnya dari profil facebook yang kebetulan kami masih saling berteman disana. Aku datangi rumahnya di siang itu. Ternyata kediamannya tidak terlalu jauh dari rumahku, hanya tetangga kabupaten saja.
Kami bertemu lagi setelah sekian lama, tidak banyak yang berubah dari Bogel selain bagian perutnya yang semakin buncit layaknya bapak-bapak pada umumnya. Aku berbasa-basi sejenak. Kemudian aku menceritakan maksud kedatanganku menemuinya.
Niat awalku sebenarnya hanya sekedar bercerita, karena selain aku merasa kangen dengan Bogel, waktu itu aku juga sedang waktu senggang, jadi kupikir tidak ada salahnya mengunjungi kawan lama.
Namun, respon Bogel justru tidak sesuai harapanku. Aku berharap Bogel hanya akan merespon biasa saja dan menenangkanku bahwa itu semua hanyalah bunga tidur. Tetapi Bogel justru melihat itu adalah peringatan bahaya, yang dapat membuatku celaka.
Jujur aku sangat-sangat tidak percaya dengan hal-hal mistis. Ya...kepercayaanku sebatas memang ada makhluk yang bernama jin dan syaitan yang hidup berdampingan dengan manusia di alam semesta ini. Karena memang begitu yang tertulis dalam kitab agamaku.
Namun, jika sudah ke ranah mitos dan pengaruh-pengaruh ghoib, aku cenderung skeptis dengan hal tersebut. Bukan tanpa alasan. Aku adalah seorang dokter. Tentu pemikiranku sangat ilmiah dan memandang segala sesuatu dengan fikiran yang rasional.
"Mulai saiki, awakmu kudu ati-ati tenan, Bran. Iki uwong ora main-main. Awakmu didadekno sasaran ning buyutmu.." (Mulai saat ini, kamu harus benar-benar hati-hati, Bran. Ini orang tidak main-main. Kamu dijadikan sasaran oleh mbah buyutmu..) ucap Bogel antusias.
Sampai detik itu aku masih belum mampu mencerna ucapan Bogel. Tidak habis pikir, untuk apa mbah buyut yang bahkan aku tidak pernah bertemu menjadikanku sasaran. Dan dijadikan sasaran apa? Mengapa harus aku?
Aku mendesak Bogel untuk mengatakan dengan jelas. Dia kemudian bangkit dan masuk ke dalam kamarnya. Tak berselang lama, ia kembali dengan membawa sebuah kalung berwarna hitam dengan gantungan bentuk keris.
"Iki. Gowonen. Sakjane iki aji pamungkasku, dinggo nangkal klenak-klenik sing ora apik. Tapi mbangane koncoku dalam bahaya, mending gowonen awakmu sek. Aku durung iso njelasne saiki, kudu nunggu 3 ndino maneh, opo wong wedok iku seh ngimpeni awakmu opo ora.."
(Ini bawalah. Sebenarnya ini ajian terakhirku untuk menangkal segala hal mistis yang tidak baik. Tapi daripada temanku dalam bahaya, mending bawa kamu dulu. Aku belum bisa menjelaskan sekarang, harus menunggu 3 hari lagi, apa
perempuan itu masih datang di mimpimu atau tidak..) ucap Bogel sembari menyodorkan kalungnya.

Aku berpamitan untuk pulang, kami pun sudah bertukar nomor, Bogel berpesan agar aku tidak perlu terlalu khawatir yang berlebihan, karena semua itu bisa dilawan.
Di perjalanan pulang dari rumah Bogel, aku mampir di sebuah kedai es dawet, kebetulan kedai tersebut memang favoritku sejak aku masih kecil, namun sejak sibuk bekerja aku sudah sangat jarang melewatinya dan mampir. Disana seperti biasa aku memanggil-manggil Pak Yanto,
karena memang kedainya sedang sepi dan Pak Yanto tidak terlihat mungkin sedang di belakang, yang muncul justru anak kecil laki-laki mungkin berumur sekitar 5 tahun, masih sangat menggemaskan dan pintar.
"Mbah taksih sholat ashar.." (Mbah masih sholat ashar..) ucap anak
tersebut dengan logatnya yang cadel dan lucu. "Oh berarti dia cucunya.." batinku dalam hati.

Lalu aku mencoba mengajak ngobrol si anak dengan membungkukkan badanku.
"Adek namine sinten? Adek cucunya mbah Yanto nggih?" (Adek namanya siapa? Adek cucunya mbah Yanto ya?)
tanyaku dengan senyum sumringah. Namun anak tersebut tidak menjawab, dia justru fokus memandangi ke arah belakangku, padahal tidak ada siapa-siapa disana selain aku dan anak itu. Aku pun berusaha menengok ke belakang tubuhku dan memang tidak ada siapapun.
"Adek lihat apa?" tanyaku lagi. Namun anak itu masih tidak bergeming, yang ada wajahnya kian terlihat ketakutan.
"Mas..mas..namanya Ibran ya?" tanya anak itu terbata-bata.
"Wah iya betul dek, kok adek tau, mbah Yanto yg kasih tau ya? Mas memang langganan sudah sejak mas
masih kecil.." jawabku.

Tiba-tiba anak itu diraih oleh seseorang dan mengangkatnya, dan itu adalah Pak Yanto yang mendadak datang tanpa bersuara.

"Ngapunten nggih mas Ibran, niku wayah kula, namine Riki, memang rayine radi kepoan hehe...badhe pesen dawet mas?"
(Maaf ya mas Ibran, itu cucu saya, namanya Riki, memang anaknya agak kepoan hehe...mau pesan dhawet mas?) tanya Pak Yanto. Dan saya pun mengiyakan.

"Pak Yanto nopo ciros ten Riki nek nami kula Ibran? Kok Riki ngertos nek nami kula Ibran.." (Pak Yanto ceritakah ke Riki
kalau nama saya Ibran? Kok Riki tahu nama saya Ibran..) tanyaku sembari menyeruput es dawet dalam mangkok.

"Wah boten mas Ibran, kula boten ciros, lha wong mas Ibran mawon sampun 7 taunan to boten mriki, si Riki dereng genap 5 taun.." (Wah engga mas Ibran, saya tidak cerita,
lha orang mas Ibran saja sudah 7 tahunan kan tidak kesini, si Riki belum genap 5 tahun..) jawab Pak Yanto.

Pikirku benar juga, untuk apa Pak Yanto menceritakan salah satu pelanggannya kepada cucunya itu. Terlebih aku sudah sangat lama tidak mampir kesini dan pelanggan
Pak Yanto ada banyak. Lalu, kenapa Riki bisa mengetahui namaku. Aku memilih tidak menanyakan lebih lanjut kepada Pak Yanto karena setelah itu ada beberapa pembeli yang datang. Setelah es dawetku habis aku segera membayar dan bergegas pulang.
Malam harinya, tepat sebelum aku tidur, aku mendapat sms dari Bogel. Bogel menyuruhku untuk mengenakan kalung yang ia beri saat tidur. Aku pun menurutinya meskipun menurutku masih agak konyol tentang semua ini.
Pagi itu aku sedang bersepeda di jalan desa yang sangat asri, sampai aku melewati sebuah rumah joglo dengan pelataran yang luas, aku melihat wanita cantik dengan rambut sebahu ada disana sedang menggendong bayi, aku pun berhenti dan memandanginya, karena memang kecantikannya
sungguh tiada tara. Wanita itu pun tersenyum kala melihatku. Dan tiba-tiba darah mulai mengalir dari kedua pangkal pahanya. Sangat jelas karena wanita itu mengenak rok span di atas lutut. Wanita itu mengernyitkan dahi dan menatapku tajam seolah meminta pertolongan.
Kemudian dimasukannya salah satu tangannya ke dalam mulutnya, entah sedalam apa. Sampai akhirnya ia memuntahkan darah dan lidahnya terlepas serta gigi-giginya rontok. Lalu aku terbangun dengan tubuh yang dipenuhi keringat dingin, nafasku ngos-ngosan tidak karuan.
Aku memutuskan untuk mencuci wajahku. Sampai aku baru menyadari, ada bercak darah di dahiku. Aku benar-benar masih tidak habis pikir, ada apa dengan hidupku. Aku memandangi diriku di cermin, sudah nampak seperti dukun atau preman dengan mengenakan kalung hitam.
Malam berikutnya aku masih mengalami mimpi yang sama, sampai puncaknya di malam ketiga setelah pertemuanku dengan Bogel. Aku diberi kelanjutan dari mimpiku di malam-malam sebelumnya. Setelah wanita itu memuntahkan darah, lidahnya terlepas dan gigi-giginya rontok,
kemudian yang terjadi selanjutnya adalah wanita itu melemparkan bayi yang ada digendongannya begitu saja, bayi tersebut menangis sejadi-jadinya. Aku benar-benar ingin mendekat namun lagi-lagi aku hanya mampu terpaku melihat dari kejauhan.
Wanita itu menyeringai dengan mulut yang kosong dan menganga, melihatku nanar seolah dengan sengaja memperlihatkan hal tersebut kepadaku. Aku terbangun. Dan makin terkejut ketika aku merasakan ada sesuatu di bawah kakiku. Karena aku menggunakan selimut,
aku coba buka perlahan selimutku dan itu adalah kali pertama aku berteriak histeris karena melihat syaitan. Wanita itu..wanita yang ada dalam mimpiku sedang tersenyum lebar di bawah kakiku, dengan pakaian yang sama persis seperti di mimpi, bedanya saat itu wajahnya
sudah tidak ayu lagi. Wajahnya hancur seperti tercabik kuku-kuku tajam. Aku berusaha beristighfar berkali-kali dan membaca ayat kursi. Di saat itu pula aku baru mengetahui betapa penakutnya aku sebagai seorang laki-laki tulen, karena aku menutupi wajahku dengan kedua telapak
tanganku, sampai saat aku membuka tanganku, wanita itu sudah menghilang. Namun ia masih meninggalkan bercak darah di ujung spreiku. Jam menunjukkan pukul 2. Aku memutuskan untuk menunaikan shalat tahajjud sembari menenangkan hati dan pikiran.
Keesokan harinya, aku meminta bertemu dengan Bogel karena aku rasa gangguan ini sudah tidak pada taraf wajar lagi, karena wanita itu sudah sampai berani menampakkan diri dan bahkan meninggalkan jejak di dahiku. Kami pun bertemu pada malam harinya, karena seharian full
aku harus bekerja terlebih dahulu.

"Wah. Jebul sing tak kuwatirke tenanan. Padahal karepanku udu hal-hal sing ngono kui. Tapi kok jebul tenan ngono.." (Wah. Ternyata yang tak khawatirkan terjadi. Padahal harapanku bukan hal yang seperti itu. Tapi kok ternyata benar seperti itu)
ucap Bogel sambil menyesap dalam rokoknya.
Akhirnya malam itu Bogel menjelaskan bahwa kemungkinan besar, wanita yang selalu muncul dalam mimpiku adalah mbah buyutku saat masih muda. Sedangkan bayi yang ia gendong adalah aku. Aku sempat tidak percaya, karena bagaimana mungkin
bayi itu adalah aku. Bahkan aku saja tidak tahu-menahu siapa mbah buyutku, karena orangtuaku pun tidak pernah satu kalipun menceritakan mengenai beliau. Namun ketidakpercayaanku runtuh saat Bogel menyuruhku mengingat-ingat sesuatu. Saat wanita itu menjatuhkan bayi dalam
gendongannya. Apakah aku sama sekali tidak melihat ada orang lain disana. Aku pun mencoba mengingat-ingat mimpiku lagi, karena memang mimpi sangat mudah terlupa bahkan ketika kita baru terbangun.
Setelah cukup lama mengingat, akhirnya aku baru menyadari bahwa di mimpiku yang terakhir ada ibuku yang berlari dari dalam rumah joglo dengan berteriak keras seolah sangat khawatir dengan bayi yang dilemparkan wanita itu.
"Fix to? Berarti bayi kui cen awakmu" (Fix kan? Berarti bayi itu memang kamu) ucap Bogel. Gerimis mulai turun saat Bogel menjelaskan bahwa kemungkinan mbah buyutku mendalami ilmu sekte pemuja setan, yang mana setelah 30 taun kematiannya ia bisa hidup kembali dengan
syarat menumbalkan salah satu anak atau cucu keturunannya. Dan jika ia gagal mendapatkan sasarannya, maka akan digantikan dengan keturunannya yang lain yang masih satu aliran darah daging. Seketika itu aku teringat dengan anakku yang masih berumur 10 tahun.
Ya..aku sudah berkeluarga, namun istriku wafat 5 tahun lalu karena ia terkena kanker payudara, dan kami memiliki satu buah hati, perempuan cantik nan anggun. Setiap hari anakku diasuh oleh neneknya (ibuku), namun ibuku akan pulang setiap ba'da maghrib.
"Pie carane nglawan?" (Bagaimana caranya melawan?) tanyaku pada Bogel.

Bogel mengatakan bahwa akan sangat sulit untuk melawannya karena menurutnya ilmu yang didalami oleh mbah buyutku sudah pada tahap lanjut. Saran Bogel aku harus memastikan terlebih dahulu kepada orangtuaku.
Berkaitan cerita tentang mbah buyut yang tidak pernah mereka ceritakan.
Aku bergegas pulang karena aku merasa khawatir dengan anakku yang sendirian di rumah. Setelah memarkir mobil, seperti biasa aku masuk lewat pintu yang ada di garasi. Namun terkunci!
Tidak biasanya, padahal setiap hari aku selalu masuk lewat pintu itu. Tak lama aku mendengar teriakan anakku dari dalam rumah. Aku yang panik berlari ke pintu depan dan sama saja terkunci, aku memutar ke pintu belakang dan tetap terkunci, akhirnya aku putuskan untuk
mendobrak pintu belakang karena memang hanya terbuat dari kayu tipis yang lebih mudah untuk didobrak. Aku masuk dan mencari keberadaan anakku. Namun di semua ruangan tidak ada, bahkan dikamarnya sekalipun. Aku berhenti sejenak dengan nafas yang ngos-ngosan.
Lalu terdengar kembali suara teriakannya, itu berasal dari kamarnya. Aku kembali masuk ke kamar anakku, dan..

"Ayah!! Tolong Manda!!) teriak anakku.

Betapa terkejutnya saat aku melihat anakku menempel di plafon kamar dengan posisi terlentang menghadap bawah,
tangannya terus menerus memegangi lehernya seolah ingin melepaskan sesuatu yang mencekiknya. Aku buru-buru ke gudang untuk mengambil tangga dan segera aku mengambil anakku. Syukurlah belum terjadi apapun yang lebih jauh. Hanya saja terdapat bekas merah cekikan tangan.
"Kok iso ngene to nduk??!" (Kok bisa gini nak??!) tanyaku yang sudah sedikit menitikan air mata dan memeluknya erat.

Manda bercerita bahwa saat ia sedang menonton TV di ruang tengah, tiba-tiba ada suara benda jatuh dari kamarnya, dia penasaran dan berniat melihat ke kamar.
Namun saat sampai di kamar, ia langsung terlempar ke plafon dan sesuatu mencekiknya dengan sangat kuat.

Aku sudah tak habis pikir, mengapa terornya sudah sampai menyakiti Manda.
Esoknya, aku libur kerja. Saat ibuku datang, langsung ku sergap dengan banyak pertanyaan mengenai mbah buyut. Awalnya ibu enggan bercerita karena 'raelok' katanya menceritakan seseorang yang sudah lama wafat. Namun akhirnya aku memberitahu ibu tentang apa yg aku dan Manda alami.
Karena kaget dan takut, ibu pun bersedia untuk bercerita. Inti ceritanya seperti ini:

"Dulu waktu kamu masih bayi, mbah buyutmu itu sudah lagi sakit-sakitan, cuma bisa berbaring diranjangnya, sudah tua renta. Waktu itu bapak sama ibu memang masih tinggal di rumah mbah buyutmu.
Kakek nenekmu juga masih tinggal disana. Sampai pada suatu malam, mbah buyutmu seperti sudah tiba di ujung waktunya, dia bertindak sangat gelisah di kasurnya dengan menggesek-gesekkan badannya dan berusaha melepas seluruh bajunya, kami sekeluarga sudah ikhlas karena memang
sudah sangat tua. Namun sampai berjam-jam mbah buyut tidak kunjung wafat. Dan mbahmu (ayah ibuku) bilang mungkin mbah buyut memakai susuk, yang membuatnya menjadi sulit untuk wafat. Kami pun memanggil orang pintar di desa istilahnya kalau sekarang itu dukun. Dukun itu
membantu melepaskan susuk mbah buyut, ia nampak sangat kesakitan. Dan tepat setelah susuk terlepas, mbah buyut pun sampai pada waktunya. Dan saat itu juga kamu yang sedang tertidur lelap di kamar ibu menangis sejadi-jadinya.
Dukun itu kaget dan bertanya di rumah ini ada bayi? Ibu jawab iya itu anak saya. Dukun itu mewanti-wanti bahwa Ibu harus berhati-hati, karena mbah buyut mengincar kamu. Sebaiknya ibu segera membawa kamu pergi jauh dari desa. Tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut
mengincar yang bagaimana. Karena ibu dan bapakmu takut, esoknya kami langsung memutuskan pindah ke kota dan memulai hidup baru disini. Kami memang sepakat tidak menceritakan mbah buyut ke kamu, karena kami takut hal itu justru akan mengikuti kita sampai kesini.."
Ternyata benar dugaan Bogel. Kemarin sesaat sebelum aku pulang, Bogel sempat berpesan jika memang hal yang dia takutkan itu benar terjadi, maka aku harus memperbayak dzikir dan wirit, itu yang utama. Namun hal semacam itu tidak dapat dilawan hanya dengan pondasi agama saja
kata Bogel.
Mulai malam itu aku menyiapkan sebuah kendil berisi air kembang mawar melati dan kantil, dengan dupa di atasnya. Aku letakkan kendil tersebut di pojok-pojokan rumah. Di malam pertama, aku tidak lagi didatangi wanita itu di mimpi.
Namun semua kian parah di malam-malam berikutnya. Tepatnya saat aku menerima jam kunjung pasien ke rumah, secara terang-terangan pasienku bertanya "Dokter udah mau nikah lagi ya dok? Kok ada wanita cakep tuh di ruang tamu..tadi sih sempat saya tanya, tapi dianya sombong
gamau jawab.."
Aku bergegas ke ruang tamu dan tidak ada siapa-siapa disana.
"Mbak mungkin salah lihat, di rumah saya cuma ada saya dan anak saya dan saya belum berniat untuk menikah lagi.."
Tapi si pasien masih ngeyel dan bersumpah dia tidak mungkin salah lihat.
Setelah pasienku pulang aku duduk termenung di ruang praktekku, dan tak sengaja mataku menangkap seseorang tengah berbaring di ranjang pasien yang biasa aku gunakan untuk memeriksa. Namun ranjang tersebut memang tertutup gorden tipis tembus pandang.
Deg! Siapa itu, batinku.
Namun aku laki-laki tidak boleh jadi penakut. Pelan namun pasti aku coba buka gorden itu. Dan yang pertama ku lihat adalah kaki penuh borok serta darah segar yang mengalir. Belum sampai terbuka penuh gorden itu, tiba-tiba wanita itu bangkit,
Dia terduduk saat itu, kami bertemu pandang dengan terpisahkan oleh gorden. Wajahnya sangat-sangat pucat. Ya..dia masih wanita yang sama seperti di mimpiku, dia melihatku sangat sadis.

"Rene le...ojo wedi karo aku, aku iki mbah buyutmu..." (Sini nak...jangan takut
dengan aku, aku ini mbah buyutmu) ucapnya dengan wajah datar dan tentu saja menyeramkan. Tak lama wanita itu tertawa melihatku mematung dengan tubuh gemetar.
"Sak kuat-kuate awakmu nglawan aku, ora bakal iso!" (Sekuat-kuatnya kamu melawanku, ga akan bisa!) ucapnya lagi.
Malam itu bagaikan mimpi buruk bagiku, karena wanita itu menyayat lenganku dengan kuku-kuku tajamnya. Aku hanya mampu bungkam dengan rasa takut setengah mampus. Anehnya sepersekian detik kemudian wanita itu menghilang. Aku membersihkan luka sayatan dengan alkohol,
kemudian membalutnya dengan perban. Sayatannya cukup panjang sekitar 9 cm, namun yang membuat ngilu adalah kedalamannya yang sampai membuatku bisa melihat daging yang kemerahan.
Besok sore aku bertemu dengan Bogel untuk meminta saran yang lebih baik untuk melawan mbah buyut karena dirasa hanya dengan kendil berisi bunga-bungaan sama sekali tidak mempan.
Bogel mengajakku menemui Ki Kemuning, rumahnya ada di kaki Gunung S. Beliau terkenal sakti dan terbiasa dengan hal-hal ghaib. Jalanan menanjak dan penuh batu, tidak ada aspal dan tidak ada pemukiman penduduk.
Sesampai disana aku melihat pondokan kayu berukuran kecil yang berada cukup di tengah hutan. Di teras rumahnya terdapat banyak hiasan kepala kerbau dan kepala menjangan (rusa) yang di awetkan.
Kami mengetuk pintu, tak lama keluar seorang laki-laki tua dengan rambut yang tlah memutih dan jenggot putih panjang sedada. Ia menggunakan pakaian lurik dan ikat kepala lurik.
"Ibran?" sapa laki-laki itu secara tiba-tiba.
"Nggih, Ki. Kok ngertos?" (Iya Ki. Kok tau?) jawabku gugup.

Lalu Ki Kemuning terkekeh dan berkata bahwa ia selalu mengetahui setiap orang yang mendatanginya tanpa ia harus bertanya terlebih dahulu.
"Perkaramu kui sulit Le. Elmu sing di pelajari dening mbah buyutmu kui wes gendheng alias kemplu!" (Masalahmu itu sulit nak. Ilmu yg dipelajari oleh mbah buyutmu sudah gila alias ngawur!) ucapnya bahkan ketika aku dan Bogel baru dipersilahkan duduk.
"Jaman sakmono, wong-wong tuek podo ra trimo mati ko ngono. Opo maneh do menangi jaman penjajahan. Cilikane de e blas ra menak. Sebab iku sing gawe wong-wong jaman biyen pengin urip maneh, pengin ngrasakke urip menak boso gaul e saiki re in kar na si"
(Jaman dulu, orang-orang tua pada nggak terima mati seperti itu. Apa lagi merasakan jaman penjajahan. Saat mereka kecil sama sekali tidak enak. Karena itulah yang buat orang-orang jaman dulu ingin hidup lagi, ingin merasakan hidup enak bahasa gaulnya sekarang reinkarnasi)
lanjut Ki Kemuning.

Ki Kemuning menjelaskan bahwa ilmu sekte yang di anut oleh mbah buyut adalah sekte getih mayit. Dimana orang-orang yang mengikuti sekte tersebut sudah terbiasa melakukan ritual-ritual pemujaan setan sejak mereka berumur 30 tahun.
Sebagai imbalannya mereka dapat hidup kembali setelah 30 tahun sejak kematiannya dengan syarat mereka harus meminum darah salah satu anak/cucu keturunannya. Dan karena aku terlahir saat mbah buyut sedang sakit parah, mbah buyut menganggap aku adalah pembawa sial baginya.
Dan dia telah menentukan pilihannya, yaitu aku.

"Tanganmu kenopo?" (Tanganmu kenapa?) tanya Ki Kemuning.

"Wau ndalu Ki. Kulo didatengi mbah buyut trus kulo dicakar.." (Tadi malam Ki. Saya didatangi mbah buyut trus saya dicakar..)
"Awakmu rasah wedi. Mbahmu kui raiso njipuk awakmu secara langsung. Dekne bakal njaluk tulung marang wong-wong sing iseh melu sekte kui. Dadi sakjane tugasmu kudu ati-ati. Ojo sampek ono wong asing sing iso mbebayani awakmu."
"Kamu gausah takut. Mbahmu itu gakbisa ngambil kamu secara langsung. Dia akan minta tolong kepada orang-orang yang masih ikut sekte itu. Jadi sebenarnya tugasmu harus hati-hati. Jangan sampai ada orang asing yang bisa membahayakan dirimu) ucap Ki Kemuning.
Sesampai di ujung percakapan, Ki Kemuning memberiku sebuah jimat berupa keris kecil dan buntalan kain putih yang berisi rambut-rambut tebal yang sangat banyak. Katanya itu adalah rambut-rambut genderuwo peliharaannya. Kedua benda tersebut harus ku simpan di dalam kotak kayu
dan kubur di dalam salah satu keramik rumahku yang jarang dilalui orang. Ki Kemuning juga berkata bahwa selama keadaan masih belum aman, genderuwo peliharaannya akan terus menjaga rumahku dari roh-roh ghaib dan orang-orang yang berniat jahat padaku.
Setelah ku tebus kedua benda itu dengan harga yang cukup menguras kantongku, aku dan Bogel pulang.

Aku mengubur kedua benda tadi di keramik gudang, karena hanya gudang yang sangat jarang dimasuki oleh orang.
Namun gangguan-gangguan dari wanita itu tak lantas langsung menghilang begitu saja. Saat tengah malam Manda tiba-tiba masuk ke kamarku dan menggoyang-goyangkan badanku, ia merengek minta ditemani pipis ke kamar mandi, dengan mata yang berat aku pun mengantarnya.
Manda masuk wc, dan aku menunggunya di kursi dapur karena wc dan dapur memang dalam satu petak ruangan. Beberapa menit hening. Tak ku dengar gemericik air dari dalam wc, awalnya kupikir mungkin Manda lanjut kepengen BAB makanya lama, aku yang mengantuk sedikit tertidur,
sampai saat aku sadar sudah hampir 20 menitan Manda tak kunjung keluar.

"Nduk?? Kok lama banget sih?" tanyaku setengah berteriak.

Hening. Hening dan hening. Tak ada jawaban sepatah katapun.
Aku yang mulai cemas pun membuka pintu kamar mandi yang ternyata terkunci. Lagi-lagi aku harus mendobraknya agar aku bisa memastikan keadaan anakku.

Ketika pintu terbuka mataku terbelalak melihat Manda ada di dalam bak mandi dengan posisi meringkuk.
Buru-buru aku mengambilnya, ia sudah tak sadarkan diri karena kemungkinan sudah cukup lama dia tenggelam dalam bak mandi.

Aku membopongnya ke ruang periksa pasien dan melakukan pertolongan pertama untuk orang yang tenggelam.
Beruntung Manda siuman, ia batuk-batuk.
"Kamu ngapain kok bisa masuk bak mandi?" tanyaku sambil mengusap rambut dan tubuhnya dengan handuk kecil.

Namun Manda hanya diam. Ia justru mengatakan hal lain.
"Ayah aku mau tidur lagi." jawabnya singkat.
Tak ingin anakku merasa di interogasi aku pun mengantarnya ke kamar, setelah ganti baju Manda kembali terlelap. Mungkin masih trauma pikirku, sebaiknya aku menanyakannya lagi esok hari.
Aku melanjutkan tidurku, dan baru sebentar terlelap. Lagi-lagi aku di pertemukan dengan wanita itu, kali ini bukan di pelataran rumah joglo. Namun di kamarku sendiri, wanita itu duduk di depan cermin membelakangi aku yang ada di ranjang.
"Nek awakmu ora gelem ngikhlasno rogomu, siap-siap kelangan anakmu.." (Kalau kamu tidak mau mengikhlaskan ragamu, siap-siap kehilangan anakmu..) ucap wanita itu. Aku melihatnya tajam melalui pantulan cermin. Ingin berteriak dan memukul wanita itu namun aku tak mampu.
Bahkan untuk mengucap sepatah kata, lidah pun terasa kelu. Sampai perlahan kepalanya memutar 360° sedikit demi sedikit menghadap ke arahku. Entah bagaimana aku merasa sangat mual melihatnya. Kemudian aku tersentak bangun.
Adzan subuh telah berkumandang, bergegas aku ambil wudhu dan sholat. Aku bersiap-siap mandi untuk berangkat ke RS karena pagi itu aku ada jadwal operasi pukul 6. Aku tidak boleh terlambat.
Sebelum berangkat aku menyiapkan sarapan untuk Manda. Dan ku bangunkan dia untuk mandi, sejujurnya aku khawatir meninggalkan Manda sendirian di rumah, tetapi setengah jam lagi ibuku datang. Aku meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.
Sampai di ruang operasi, ku lihat sudah ada dokter Pram, spesialis bedah otak di RS tempatku bekerja. Pasien kali ini adalah pasien tumor otak. Saat itu aku hanya menjadi asisten. Operasi berjalan, namun pikiranku benar-benar tidak fokus, aku terus memikirkan Manda.
Takut terjadi sesuatu yang buruk dirumah. Ragaku ada di ruang operasi namun jiwa dan fikiranku serasa ada di dimensi lain. Sampai aku merasa semua orang dan semua benda yang ada di ruang operasi seperti berubah menjadi kabur, aku melihat wanita itu lagi di pojokan ruang.
Wanita itu tersenyum ngeri. Tidak ada sedikitpun tampang ramah di wajahnya. Wajahnya hancur dan tercabik.

"Dok??! Dokter Ibran??!" Dokter?" tegur salah satu suster yang memperhatikanku melamun. Aku pun kena semprot oleh dokter Pram karena hampir saja membahayakan pasien,
karena tanpa sadar aku hampir menggunting otak pasien. Aku izin undur diri untuk tidak meneruskan operasi. Di luar aku menengok HP dan terdapat panggilan tak terjawab sebanyak 12 kali dari ibuku. Disitu pikiranku langsung kacau. Sontak aku bergegas ke parkiran mobil untuk pulang.
Sampai di rumah, sangat sepi tidak ada hal yang mencurigakan, hanya saja aku melihat banyak batu-batu hitam di halaman rumah. Aku masuk, dan memanggil ibuku. Tiba-tiba ibuku berlari dari arah kamar Manda dengan menggendong Manda.
"Syukurlah awakmu gek muleh le..iki mau ibuk arep ngeterne Manda sekolah tapi pas metu lawang la kok ono wong lanang 3 nganggo klambi ireng-ireng. Wong-wongane do nganggo topeng badut, mergo wedi ibuk karo Manda mlebu maneh tak kunci lawange gordene tak tutupi.."
(Syukurlah kamu cepat pulang nak..tadi ibu mau nganter Manda sekolah tapi pas keluar pintu ada 3 orang laki-laki pake baju hitam-hitam. Mereka pada pake topeng badut, karna takut ibu sama Manda masuk lagi, tak kunci pintunya gordennya tak tutup..) ucap Ibu ketakutan.
Ibu bercerita bahwa setelah Ibu masuk, orang tersebut menggedor-gedor pintu bahkan sampai ke pintu belakang. Ibu mengunci diri di kamar Manda dan berusaha menelfonku.
Tak berselang lama, ada yang kembali menggedor pintu depan, aku buru-buru mengintipnya dari jendela. Sedangkan Ibu dan Manda aku minta untuk bersembunyi di kamar. Dan benar kata Ibu, ketiga laki-laki misterius tadi kembali. Mereka menggunakan topeng badut yang menyeramkan.
Aku berteriak dari dalam rumah.
"Ojo macem-macem karo keluargaku, bakal tak laporne polisi!" (Jangan macam-macam dengan keluargaku, akan saya laporkan polisi!)

Namun yang dilakukan mereka justru berusaha mencongkel pintu dengan menggunakan obeng. Aku menahan pintu itu dengan
sekuat tenaga sampai aku tak kuasa. Mereka berhasil masuk dan aku tersungkur di lantai karena terdorong. Mereka bergegas menutup kembali pintu rumahku dan menguncinya dari dalam. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya.
Ia mulai menodongkan pisau itu ke leherku.
"Pilih awakmu opo anakmu?" (Pilih kamu atau anakmu?) tanya orang itu. Aku mulai paham orang-orang itu pasti adalah orang-orang pengikut sekte yang sama dengan mbah buyut.
Sebagai orangtua yang bertanggungjawab otomatis aku tidak akan membiarkan anakku terluka sedikitpun.
"Aku njaluk wektu 10 menit kanggo ketemu anakku lan nyampekno salam perpisahan, bar iku aku manut melok sampeyan kabeh.."
(Aku minta waktu 10 menit untuk ketemu anakku dan menyampaikan salam perpisahan, setelah itu aku nurut ikut kalian semua..) ucapku gemetar.

Ketiga orang itu nampak saling berpandangan sekejap, kemudian mereka mengizinkan dengan pengawasan yg ketat.
Aku menghampiri Manda dan ibuku di kamar, aku memeluk Manda erat-erat sampai tak terasa air mataku mengalir basah di bahu Manda. Aku menitipkan Manda kepada Ibu. Ibu pun menangis sejadi-jadinya dan membujukku bahwa pasti ada jalan keluar lain.
Namun aku sudah pasrah kala itu. Aku hanya tidak ingin menempatkan Manda dalam bahaya.
"Orapopo buk, iki wes dalan takdirku, mungkin memang iki sing di rencanakne dening Gusti Alloh..aku ikhlas..aku titip Manda.."
(Gapapa bu, ini sudah jalan takdirku, mungkin memang ini yang direncanakan oleh Allah..aku ikhlas..aku titip Manda) ucapku sembari memeluk keduanya.
Sampai hampir habis 10 menitku, dan tiba-tiba..

Tok..tok..tok..!!
"Assalamualaikum!!"
Terdengar suara ketukan keras di pintu depan. Seorang laki-laki dengan suara yang berat. Ketiga orang misterius itu langsung menyeretku ke belakang rumah dengan membungkam mulutku menggunakan kain.
Sejujurnya aku sangat berharap laki-laki yang datang adalah penolong bagiku.
Beruntung ibuku gesit, ia langsung berlari ke arah ruang tamu dan membuka pintu. Salah satu dari lelaki misterius hendak menikam ibu dari belakang, namun ibu lebih dulu membuka pintu. Disana berdiri seorang laki-laki menggunakan jubah putih dan sorban.
Wajahnya bersinar dan membuat tentram siapapun yang memandang. Lelaki itu pun memiliki jenggot yang panjang, ia lebih nampak seperti seorang ulama/syeikh.

Karena ia melihat kondisi rumahku yg berantakan dan ekspresi ibuku yg sesenggukan, ia langsung mengetahui
bahwa sedang terjadi sesuatu yang buruk.

*Sekedar info, pasti ada yg bertanya-tanya itu kan kejadian pagi hari apakah tidak ada tetangga yang melihat dan menolong? Kebetulan rumahku berada di perumahan baru, perumahan itu memang belum lama di buka dan masih sepi peminat.
Jadi, di perumahanku baru ditempati oleh sekitar 4 KK, dan mereka semua orang kantoran yang super sibuk, dan perumahanku juga tidak dipinggir jalan raya, agak masuk gang.
"Astagfirullahaladzim..ternyata benar dugaan saya.." ucap kyai tersebut.

"Kyai tolong anak saya, anak saya akan dibunuh oleh orang-orang penganut sekte sesat, tolong kyai, anak saya tidak salah apa-apa..!" pinta Ibuku yang lemas tersungkur di lantai.
Suasana saat itu benar-benar hectic bahkan aku sampai bingung bagaimana menuliskan keadaan pada waktu itu. Aku disekap di dapur, namun aku masih bisa melihat ke arah pintu depan dimana kyai itu berdiri. Sedangkan salah satu lelaki misterius berniat hendak mencelakai
sang kyai, aku melihatnya mulai menodongkan pisau ke arahnya. Namun dengan ketenangannya kyai tersebut mengeluarkan tasbihnya dan mulai berdzikir memohon pertolongan Allah. Dan ajaib! Lelaki misterius itu terpental jauh seperti ada yang melemparnya. Termasuk dua lelaki
yang lain yang sedang menyanderaku, mereka pun ikut terpental. Aku bergegas lari ke depan dengan susah payah, karena tangan dan kakiku telah diikat.
Aku lihat ketiga lelaki tersebut seketika itu pingsan, karena tidak ada pergerakan sama sekali.
Setelah ikatan di tangan dan kakiku di lepaskan, sang kyai mulai bertanya sebenarnya apa yang sedang terjadi mengapa bisa sampai seperti itu.
Aku dan Ibu mulai menjelaskan dari awal hingga akhir. Kyai itu beristighfar berkali-kali.
"Tenang saja..mereka bertiga sudah tewas atas izin dan pertolongan dari Allah.." ucap sang kyai menenangkan. Aku terkejut dalam hati. Aku pun mencoba membuka topeng mereka dan mengecek denyut nadinya, dan ternyata benar. Mereka bertiga telah tewas.
Saat itu giliranku bertanya, apa yang membuat beliau terpanggil untuk datang ke rumahku. Dan ajaibnya lagi, beliau mengatakan bahwa sudah beberapa hari ini perasaannya selalu gelisah, dan ia selalu bermimpi mengenai perumahanku. Akhirnya ia mencari tahu letak perumahanku
dan berkeliling, sampai beliau melihat banyak sekali batu-batu hitam di halaman rumahku. Saat itulah ia memutuskan untuk datang bertamu. Tetapi semua itu bukanlah kebetulan, semua sudah menjadi kehendak Tuhan. Tuhan masih menyayangiku dengan mengirimkan seorang penolong.
"Nak Ibran..melawan ilmu hitam tidak boleh dengan ilmu hitam juga itu sudah syirik namanya..karena percaya kepada selain Allah, apalagi percaya sama dukun.." ucapnya.

"Saya cape setiap malam selalu di datangi wanita itu di mimpi, dan bahkan sampai mengancam dan menyakiti
anak saya.." jawabku lesu.

"Saya sudah berusaha melaksanakan ibadah dan meminta pertolonganNya, namun kian hari gangguan itu kian menjadi-jadi kyai.." lanjutku dengan menunduk.
"Bismillah..Nak, kalau berkenan mengikuti saran saya, silahkan Nak Ibran ambilkan saya satu bonggol bawang putih dan segelas air putih.." pinta sang kyai.

Aku pun masuk dan mengambil permintaannya. Kemudian beliau membacakan doa-doa.
"Silahkan airnya dihabiskan dan makanlah bawang putih ini. Karena ini ada 6 siung, maka makanlah 3 siung dan berikan 3 siung lagi kepada anakmu.." sang kyai yang memiliki suara lembut dan berwibawa membuatku takjub.

"InshaAllah dengan izin Allah, semua teror itu akan berhenti
dan kejadian pengambilan raga dari mbah buyut mas ibran tidak akan pernah terjadi.."

Aku pun segera meminum air tersebut dan memakan bawang putihnya, aneh, rasanya sangat manis bahkan seperti buah manggis. Ibuku menyuapi Manda dengan 3 siung bawang putih sisaku.
"Perbanyak berdzikir dan shalat malam Nak..Allah pasti menolong. Untuk ketiga jasad lelaki itu biar saya yang mengurus. Nak Ibran cukup antar saya ke alamat ini sekaligus membawa ketiga jasad itu.." sang kyai menyodorkan secarik kertas yang berisikan alamat, sebuah alamat
pemakaman.

Aku pun menyetujui permintaan beliau. Saat itu juga aku mengantarnya sedangkan ketiga jasad itu kami letakkan di bagasi mobil.

"Kyai? Apakah kita tidak berdosa karena telah membunuh para lelaki itu?" tanyaku kepada beliau saat berada di perjalanan.
"Berdosa/tidak itu bukan kapasitas kita sebagai manusia, sebagai hambaNya. Itu adalah murni hak prerogatif Allah semata. Hanya Dia yang berhak menetapkan." Ia menjawab dengan tersenyum dan mimik wajahnya yang begitu menenangkan hati.
Akhirnya sampailah di alamat pemakaman yang dimaksud oleh sang kyai. Beliau memintaku untuk menurunkan ketiga jasad tersebut. Disana sangat sepi, lokasinya memang di pelosok desa yang cukup jauh dari rumahku.
"Kyai, kita sudah banyak mengobrol namun saya belum mengetahui nama kyai.." ucapku malu sembari menyodorkan tangan.

Namun kyai itu justru tidak mau bersalaman denganku.
"Biarlah kita tidak saling mengenal, yang pasti kamu adalah saudara muslimku, semoga kita dipertemukan
lagi di akhirat kelak.." kyai tersebut tersenyum.

"Lalu ketiga jasad ini, apakah kyai akan menguburkannya sendiri? Saya bantu boleh?"

"Tidak perlu, nak Ibran bisa pulang saja. Anak dan Ibumu sudah menunggu, jaga mereka baik-baik." Kyai itu lagi-lagi menanggapi dengan
senyum yang sangat membuatku tenang.

Akhirnya aku berpamitan dan mulai meninggalkan beliau disana bersama ketiga jasad lelaki misterius. Aku terus memandangnya dari kaca spion, beberapa meter kyai tersebut masih memandang kepergianku.
Beberapa meter selanjutnya, beliau sudah tidak ada! Bahkan ketiga jasad itu pun sudah ikut menghilang. Awalnya aku fikir kyai tersebut masuk ke dalam area pemakaman. Namun mustahil beliau membawa ketiga jasad itu secara bersamaan.
Saat itu pikiranku kalut, aku memutuskan untuk tetap melanjutkan pulang. Yang pasti aku benar-benar percaya kyai itu memang seseorang yang dikirim Allah untuk menolobgku.
Sampai di rumah, Manda sedang menonton TV dan Ibuku beres-beres rumah, aku pun berusaha membetulkan engsel pintu depan. Aku bahkan sampai terlupa bahwa hari itu aku masih dalam jam kerja. Aku kabur begitu saja dari RS. Beruntung hari itu memang aku sedang tidak jadwal bertemu
pasien di poli klinik.

Malamnya, aku mengajak Manda jalan-jalan ke mall. Di perjalanan kami bernyanyi riang. Aku lihat Manda tidak murung lagi. Sudah ceria seperti semula. Saat bertemu lampu merah, aku tak sengaja melihat cermin spion yang ada di tengah atas yang
mengarah langsung ke jok belakang. Dan disana.

Ya..aku yakin pembaca sudah bisa menebak.

***
Cerita Getih Mayit tamat. Namun bukan berakhir, karena sejak kejadian di lampu merah tersebut, aku mengetahui ada yang salah. Cerita akan berlanjut di Part 2.
Btw saya belum tahu bisa menulis part 2 nya kapan, karena jujur saat ini saya masih dikejar dosen pembimbing untuk segera merevisi skripsi saya. Doakan saya ya teman, untuk bisa sidang skripsi bulan november ✨

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Sekala Niskala

Sekala Niskala Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @niskala_sekala

Dec 18, 2020
GETIH MAYIT • Part 2 •

#bacahorror | @bacahorror Image
Cerita ini benar-benar membuat saya tersiksa, akibat tragedi naas yang dialami oleh pemilik cerita. Semoga bisa tersampaikan dengan baik.

Harap membaca Part 1 terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Malam itu aku membawa Manda berjalan-jalan ke mall. Wajah Manda telah kembali ceria, kami bernyanyi riang sepanjang jalan. Sampai tiba di lampu merah. Aku memberhentikan mobil di urutan ke tiga dari zebracross.
Read 41 tweets
Aug 12, 2020
Demit Manten.

@bacahorror | #bacahorror

Pict : Pinterest
Asti melangkah gontai di setapak tanah yang terletak di ujung desa dengan sepucuk surat ditangannya. Batinnya menggerutu berkali-kali, akibat kabar yang baru saja ia dapat, bahwa Damar, kekasihnya lagi-lagi bulan ini belum bisa pulang kampung.
Damar memang sudah 3 tahun bekerja di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan. Biasanya Damar selalu pulang setiap 3 bulan sekali. Namun, sudah 6 bulan terakhir Damar tidak bisa mengambil cuti karena perusahaannya sedang mendapatkan proyek besar-besaran.
Read 83 tweets
Jun 18, 2020
Mbok Mardiyah.


@bacahorror | #bacahorror


Perempuan dan kecantikannya, selalu ada harga yang harus dibayar mahal.
Setor poster dulu.

Start nulis nanti malam, stay tune! 🤗
"Buk, teng njawi sampun jawah.." (Buk, diluar sudah hujan..) ucap Yu Parti mengejutkan Mbok Mardiyah yang sedang berdiam diri di pendopo pribadinya.

Mbok Mardiyah bergegas melangkah keluar dengan membawa ember hitam berukuran sedang.
Read 120 tweets
Jun 11, 2020
Kalau kalian lagi perjalanan malam hari di jalan gelap, dan tiba-tiba ban motor kalian berdecit atau berbunyi seperti suara burung "ciit..cit..citt.."

Segera baca ayat kursi atau doa apapun yang kalian bisa ya, minta perlindungan Allah.
Barusan terjadi sama saya, perjalanan dari Jogja menuju Jawa Tengah, kebetulan lewat jalur lintas selatan yang gelap banget dan sepi, di jalur tersebut ban belakang motor saya berdecit. Awalnya saya mengira itu karena kerusakan teknis saja.
Namun jika saya perhatikan kenapa suara decitannya tidak mengikuti interval kecepatan roda berputar. Sampai lama-kelamaan gas saya semakin terasa berat dan sangat berat, sampai-sampai membuat tangan saya kram karena terlalu kuat menarik gas.
Read 5 tweets
May 30, 2020
Gaes, sepertinya saya akan jarang update cerita, karena...

Kalian percaya gak sih? Teman sekamar saya yang juga memiliki kemampuan melihat dan berinteraksi dengan "mereka" sangat sering di ganggu.
Baru terjadi hari kemarin banget, teman saya tiba-tiba meraung-raung ketika tidur. Setelah dia bangun, katanya dia ketindihan.

Dia sering banget didatangi sosok-sosok yang katanya kepengen ditulis.
Kalian paham gak?

Jadi, teman saya itu yang selama ini berusaha melindungi saya agar tidak diganggu oleh semua sosok-sosok yang saya tulis di cerita saya.

Namun dampaknya, teman saya jadi sering ketindihan, dan banyak sekali sosok lain yang antre kepengen ditulis juga.
Read 5 tweets
May 23, 2020
Singsot dan Hilangnya Rimba Seta •

Urban story yang bercerita tentang terkutuknya bersiul di malam hari.


@bacahorror | #bacahorror
Hai, 🙂

Cerita kali ini agak berbeda dari cerita biasanya ya. Karena cerita ini akan mengandung banyak unsur kekerasan dan misteri didalamnya.

Akan banyak istilah-istilah yang mungkin kurang nyaman untuk dibaca dan dibayangkan.
Jadi, saran saya untuk yang tidak kuat terhadap segala bentuk kekerasan, darah, dan crime (kejahatan) bisa langsung tinggalkan cerita ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Bantu like dan retweet sebanyak-banyaknya 🙏
Read 115 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(