Habib Ali al-Jufri bercerita kenangannya yang tak bisa ia lupakan ketika ia masih menjadi murid Hb. Abdul Qodir Assegaf. Beliau lahir di Sewun/Seiyun Hadramaut, 1911.
Pagi itu seorang pecinta beliau datang ke rumah beliau di Jeddah, dan tak tanggung2, membawa uang yg jika
di Rupiahkan, bernilai ratusan milyar utk dihadiahkan ke Hb. Abdul Qodir. Beliau menerimanya dan berterimakasih kepada si pemberi. Tak lama kemudian beliau memanggilku:
"Ali, panggil supir. Kita keluar sekarang juga"
Beliau mengajakku keluar sambil membawa uang yg sgt byk itu.
Di suatu jalan, kami berhenti di dekat sebuah Apartemen, beliau memberiku segepok uang, lalu berkata:
"Di apartemen ini, di lantai 2, ada seorang Janda tua dan anak-anaknya, berikan uang ini untuk mereka".
Sampai di jalan lain, di dekat sebuah rumah kami berhenti lagi, lalu l..
beliau memberiku setumpuk uang dan berkata:
"Ali, di rumah ini ada saudara kita yang tak mampu, berikan uang ini untuknya"
Aku heran, bagaimana bisa beliau mengetahui mereka dan rumah2 mereka satu persatu...?
Begitu seterusnya, nyaris seharian kami mengelilingi kota Jeddah,
dan membagi-bagi uang itu untuk janda-janda, anak-anak yatim dan fakir-miskin.
Dan Ketika kami pulang ke rumah beliau menjelang Maghrib, uang Milyaran itu tak tersisa sepeserpun!
Begitulah keadaan para kekasih Allah. Dunia tak ada nilainya.
Semoga menjadi teladan bagi kita.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mantan presiden India, Dr. Abdul Kalam Berkata:
"Waktu aku masih kecil, ibuku memasak makanan untuk kami. Suatu malam dia membuat makan malam setelah seharian bekerja keras,
Ibu meletakkan sepiring 'sabzi' dan roti gosong di depan Ayahku.
Aku menunggu utk melihat apakah ada yg memperhatikan roti gosong itu. Ayahku tenang saja makan rotinya dan bertanya padaku bgm hari-hariku di sekolah.
Aku tidak ingat apa yg kukatakan padanya malam itu, tapi aku ingat aku mendengar Ibu meminta maaf kpd Ayah atas roti gosong itu
Aku tak akan pernah lupa yg dia katakan: "Sayang, aku suka roti gosong".
Malamnya, aku mencium Ayah, mengucapkan selamat malam. Aku bertanya apa ayah benar2 menyukai rotinya yg gosong.
Ayah memelukku: "Ibumu melalui hari yg berat dgn pekerjaannya hari ini dan dia benar2 lelah.
Habib Umar bin Ahmad bin Abibakar Bin Sumaith, beliau ulama besar kelahiran Comoro Afrika Timur pd 1886.
Bertahun2 belajar di Hadramawt dgn para alim ulama sufi besar, seperti Hb Umar bin Idrus Alhabsyi, Hb. Ahmad bin Hasan Alatas, Hb. Abdullah bin Umar Assyatri.
Pulang ke Komoro berdakwah menebar kebaikan bantu manusia yg kelaparan kehausan. Kumpulkan air utk memberi minum org. Membangun masjid dan madrasah, mengajar keliling hingga ke madagaskar.
Lalu beliau diangkat sultan zanzibar utk menjadi qadhi (ketua hakim agama) disana yg adil.
Setiap tahun mengunjungi Hadramawt & Hijaz (Saudi). Ziarah Nabi. Dan dakwah keliling Afrika.
Beliau selalu memiliki pendapat yang terbaik dari Allah dan menanamkan ini dalam siapa pun besertanya. Org2 dtg membw masalah, tdk pulang kecuali beliau selesaikan.
Sekitar th. 2000 saya punya warung Ayam Goreng dgn Omzet yang lumayan, sehari 100-120 kg. Kebetulan saos pelengkap masakan ini termasuk paling enak di Jogja. Pelanggan pun macam-macam dari kalangan Mahasiswa sampai Pekerja bermobil mewah.
Di Warung, saya memajang foto Syeikh Abdul Qadir Jailani di tempat usaha saya. Suatu hari kedatangan pelanggan yang berjenggot panjang tapi cuma 12 gelintir.
Sembari menunggu gorengan matang, terjadi percakapan berikut.
Dia bertanya tapi dengan sedikit nyinyir:
"itu foto berjenggot putih, kakek siapa ?" (dengan sedikit ketus memicingkan mata sebelah kiri)
Dikarenakan sambil mengaduk minyak agar rata panasnya di Penggorengan, akhirnya baru saya jawab sembari membungkus ayam yang ia pesan. "Mas suka beli di sini kenapa sih?"
Kisah Imam Abu Dawud Membeli Surga Dengan 1 Dirham
قـصـةُ الإمـام أبي داود و شـرائـه الجنَّة بـدرهـم!
Dulu Imam Abu Dawud ra satu masa menaiki perahu. Lalu, beliau mendengar seseorang yang bersin di tepi pantai, lalu seketika dia mengucapkan: "Alhamdulillah".
Imam Abu Dawud mengupah pengemudi perahu dengan 1 (satu) Dirham dan turun dari perahu itu lalu beliau mendatangi orang yang bersin tadi, lalu berkata: "Yarhamukallah".
Kemudian, beliau kembali menaiki perahu. Hal ini membuat teman2nya bertanya-tanya mengapa beliau melakukan itu.
Beliau menjawab: Barangkali orang yang bersin tadi adalah orang yang dikabulkan doanya.
Ketika para penumpang perahu terlelap dlm tidurnya, mereka mendengar suara yang menyeru: "Wahai para penumpang perahu! Sungguh Abu Dawud telah membeli Surga dari Allah dgn uang 1 Dirham".
Seorang pemuda yang hampir dibunuh oleh Khalifah Umar bin Khattab ra.
Penyebabnya, setiap kali ditanya "apa kabar"? atau "bgm keadaanmu"? pemuda tsb menjwb:
"Saya menyukai fitnah dan tidak menyukai haq. Saya membenarkan Yahudi dan Nasrani...
..saya mengimani apa yang tidak saya lihat dan mengakui apa yang belum diciptaka Allah. Saya mempunyai sesuatu di bumi yang tidak Allah swt miliki. Saya shalat tanpa wudhu".
Ia hampir dibunuh Umar jika tidak ada penjelasan dari Imam Ali kwh.
“Apa yang dikatakannya benar”, kata Sayyidina Ali.
Ia menyukai fitnah, maksudnya harta dan anak, sesuai ayat “Sesungguhnya harta dan anak adalah fitnah” (At-Taghaabun:15, Al Munaafiquun:9, Al Anfaal: 28)