Beberapa hari ini lagi rame berita video p*rno seseorang. Banyak netizen sibuk nyari link videonya dan kepo "ini sama siapa ya?". Fenomena ini bikin saya inget cerita tentang seseorang. Ada yang tau siapa beliau?
Nama beliau Nurnaningsih, salah satu pemain film papan atas Indonesia di era tahun 1950-an. Salah satu filmnya yg fenomenal adalah Harimau Tjampa (1953). Terus apa hubungannya "Mbak Nurna" sama fenomena video p*rno akhir-akhir ini?
Di tahun 1950-an, "tata krama" di Indonesia, khususnya perfilman, masih dijaga banget. Tapi di film itu, Nurnaningsih berani untuk tampil setengah telanjang. Gempar lah Indonesia. Film ini sempat diboykot di beberapa daerah dan ngga boleh ditayangkan.
Sejak itu, Nurnaningsih dinobatkan sebagai bom s3ks pertama di Indonesia.
Nurnaningsih pernah menghebohkan Jakarta saat beberapa foto bugilnya dijual bebas di pasar gelap. Konon ada 9 pose yang dijual seharga Rp 200 - Rp 300 per lembar. Banyak yang grasak grusuk mencari tau, di mana mereka bisa beli fotonya. Maklum, zaman dulu belum ada link hehehe.
Saya sendiri ngga yakin, apakah 2 foto di bawah ini yang termasuk dalam 9 foto yang bikin heboh Jakarta, bahkan sampai Amerika saat itu. Zaman dulu, foto gaya begini masih ora umum! Wajar aja kalo bikin gempar.
Konon, polisi dan kejaksaan sampe harus terjun langsung untuk memberantas penyebaran fotonya Mbak Nurna ini. 🙈
Tapi sayangnya, Mbak Nurna ngga mendapatkan keuntungan sama sekali dari penyebaran foto2 bugilnya. Dia malah harus bolak balik dipanggil polisi karena kasus tsb.
Setelah tahun 1955, Mbak Nurna akhirnya tinggal berpindah-pindah untuk main sandiwara, melukis, dan menyanyi. Sampai akhirnya tahun 1968 beliau main lagi di film "Djakarta-Hongkong-Macao".
Setelah itu, Nurnaningsih lebih aktif jadi pemain pendukung di beberapa film. Pasti pernah nonton film Suzanna "Malam Satu Suro", yang ada Sundel Bolong main piano kan? Nah di film itu Nurnaningsih berperan jadi dukun.
Kalau ngga salah, masa tuanya tidak dia lalui dengan baik. Denger2 harta beliau habis dan sempat luntang lantung tidak punya tempat tinggal. Konon akhirnya beliau sering tinggal di Taman Ismail Marzuki.
Oh iya, tahun 1954 ketika ditanya soal keberaniannya tampil setengah telanjang di film, Nurna berkata "Saya tidak akan memerosotkan kesenian, melainkan hendak melenyapkan pandangan-pandangan kolot yang masih terdapat dalam kesenian Indonesia." 🔥🔥🔥
Sepertinya berkat Nurnaningsih lah, akhirnya kita punya generasi "penerus" bom s3ks di perfilman Indonesia. Sebut aja ada Rahayu Effendy (ibunya Dede Yusuf), Yati Octavia, Eva Arnaz, Kiki Fatmala, Selly Marcellina, dll sampai ke generasi saat ini.
Ibu Nurnaningsih menghembuskan nafas terakhir pada tahun 2004. May she rest in peace.
Saya juga sempet denger berita ini. Konon hal ini jugalah yang membuat Ibu Aminah Tjendrakasih memutuskan vakum dulu dari film Indonesia di tahun 1960-an.
"Bosen deh, liat film isinya Reza Rahadian melulu!"
Hhmm. Kalau dicek di Wikipedia, Reza aktif main film sejak 2007-sekarang. Reza sudah membintangi 50 film, dan paling aktif di tahun 2017 (7 film).
Percayalah, ini masih belum ada apa-apanya dibanding 5 orang di "The Big Five".
Di dekade 1970-an, industri film Indonesia berkembang pesat sekali. Banyak film dibuat, dan bahkan ngga jarang jadi box office. Salah satu faktor penentu box office tentu juga pemain filmnya. Ada 5 orang yang berhasil masuk ke dalam kasta "The Big Five".
Kenapa dinamain "The Big Five"? Karena selain isinya 5 orang, honor yang mereka terima untuk sekali main film bisa di atas 5 juta. Di masa itu, pemain film yang lain biasanya "hanya" dibayar 2 juta sekali main film. Kebayang dong mahalnya?