KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian ke 17

Memburu Rasulullah

Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan segera, pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan seputar Mekah, untuk mencari Rasulullah.
“Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepung begitu rapat sampai tidak seekor ular gurun pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.
Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari jawabannya. Namun, tidak seorang pun bisa menjelaskan apa yang terjadi.

“Sudahlah, itu tidak penting!" akhirnya seseorang berseru.

“Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya usul?"
“Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!"

Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya dengan wajah tidak sabar.
Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap Rasulullah.

Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng, “Jejaknya sudah terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!"
“Gawat!" gemas seseorang. “Apa kau punya usul lain, pencari jejak?"

“Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!"

Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam, “Abu Bakar!"
Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu Bakarlah yang keluar membukakan pintu.

“Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal.

“Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani.

“Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?"
“Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya."

“Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar wajah Asma dengan keras.
Sarang Laba-Laba

Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.
Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan. “Apakah Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?"

“Aku tidak tahu," geleng si Pencari Jejak.

Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka menanyainya.
“Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang gembala.
“Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke sana."

Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar, ketika mendengarnya
“Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamtanku yang aku khawatirkan, melainkan keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.
Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, “Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan terlihat."

Rasulullah menjawab mantap, “jangan takut Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita."
Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.

“Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin.

“Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!"
“Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang lain. “Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."
Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain sambil menghela napas, “Baiklah, naik kudamu! Kita cari ke arah lain!" Pasukan pun menjauh.

Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua itu adalah pertolongan yang diberikan Allah.
Padahal sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada laba-laba dan burung merpati yang bersarang.
Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega.
Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat.

Perjuangan Anak Muda

Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika mereka membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka.
Abdullah bertugas mencari berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupanya untuk berjuang.
Menenteramkan Kakek

Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar, dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi Asma. Sang kakek khawatir Abu Bakar tdk meninggalkan sepeserpun untuk putrinya
Memang demikian, krn Abu Bakar membawa semua uangnya untuk perjuangan Islam di Madinah
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu Quhafah meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang banyak.
Menuju Yatsrib

Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari itu pula, musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
Setiap hari ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan menyampaikan ke Gua Tsur ketika petang tiba. Asma binti Abu Bakar setiap sore mengantarkan makanan bersama Abdullah.
Sementara itu, Amir bin Fuhairah yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang yang mendekat.
Ketiga orang itu menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy yang mencurigai gerak-gerik mereka.

Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak mereda. Saat itu lah Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah.
Mereka diiringi Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu masih kafir. Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada tali yang dapat digunakan untuk menggantungkan makanan dan minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu.
Dengan sigap ia merobek sabuknya menjadi dua helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).

Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan tidak bisa dilalui orang. Beliau memilih jalan memutar ke tepi laut.
Mereka berusaha secepatnya menjauhi Mekah dan menghindari daerah pemukiman.

Di Mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang sangat menarik,
“Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan membawanya sampai ke Mekah, akan mendapat hadiah 100 ekor unta."
Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-dusun yang jauh. Suraqah bin Malik, kepala kabilah Bani Mudlij, turut mendengar berita itu.

Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilahnya yang datang tergopoh-gopoh.
“Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin itulah Muhammad!"

“Bukan, itu orang lain!" kata Suraqah.

Namun, setelah berkata begitu, Suraqah cepat cepat pulang dan mengambil senjata lengkap.
Ia pacu kudanya ke arah yang ditunjukkan orang tadi.
Ternyata yang di buru Suraqah memang benar rombongan Rasulullah

Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu waspada menoleh dan melihat musuh mendekat
“Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu akan tertangkap!"

Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke belakang, beliau bersabda:

“Tenanglah sahabatku, jangan bersusah hati. Sesungguhnya Allah bersama kita."
Kemudian, Rasulullah berdoa: Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (Suraqah) sekehendak Engkau."

Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam sejenak. Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya bangkit dan mengejar lagi.
Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir tidak mampu bangkit. Ia lalu kembali mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah terjatuh lagi. Saat itu hilanglah niat jahat dalam hatinya. Ia memanggil-manggil Rasulullah.
Beliaupun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat

“Maafkan saya,beribu-ribu maaf!" kata Suraqah
“Jangan engkau balas perbuatanku, wahai Muhammad! Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa engkau tdk akan membalas saat engkau dan agamamu kelak telah menguasai seluruh jazirah Arab”
Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.

“Tahukah Engkau wahai Muhammad, bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa pun yang dapat membawa Engkau kembali" ucap Suraqah.
Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan hati. Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan bekal dan peralatan utk perjalanan jauh. Namun, Rasulullah menolaknya dgn halus. Beliau hanya berpesan agar Suraqah merahasiakan pertemuan ini

Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda:
“Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai perhiasan, gelang, serta emas yang biasa di pakai raja-raja Persia."

Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang pergi menjauh.
Memerah Susu

Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati kemah seorang ibu yang bernama Ummu Ma'bad. Mereka pun berhenti untuk membeli kurma, daging, dan susu. Tempat seperti itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk para musyafir yang lewat.
Namun sayang, apa yang mereka inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang baik hati merasa iba.

“Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan butuhkan, silahkan mengambilnya,Tuan-Tuan tidak perlu membayar."

Rasulullah melihat kambing kurus dan bertanya:
“Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia bisa mengeluarkan susu?"

“Kambing itu adalah kambing yang sakit sakitan Tuan. Ia sama sekali tidak menghasilkan susu."

“Apakah engkau memperkenankan saya memerah susunya? tanya Rasulullah lagi.
“Silahkan jika memang Tuan mengira ia dapat menghasilkan susu."

Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu menghasilkan susu ketika Rasulullah memerahnya. Susu itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri.
Sesudah itu, beliau memerahkan susu untuk Ummu Ma'bad. Dan, beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu Ma'bad.

“Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia datang."
Setelah itu, Rasulullah dan rombongan meneruskan perjalanan. Sesudah matahari terbenam datanglah Abu Ma'bad Melihat segelas susu telah disediakan untuknya, ia keheranan dan bertanya pada istrinya “dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?"

“Ini dari kambing kita yg sakit-sakitan."
Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu Ma'bad segera keluar dan memerah susu kambing yang kurus itu.

Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak susu.

Abu Ma'bad berkata kepada istrinya:
“Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang kau ceritakan itu, saya hendak menjadi pengikut dan sahabatnya."
Buraidah

Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib.
Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka bertemu rombongan Rasulullah.

“Kepung!" perintah Buraidah. Beberapa detik kemudian, tujuh puluh pedang, tombak, dan panah mengurung Rasulullah dan memaksa beliau berhenti.
Buraidah menegur Rasulullah. Beliau pun menjawabnya. Kemudian, sbelum Buraidah sempat bertanya lagi,Rasulullah mendahuluinya “Siapa Anda?"
“Saya Buraidah bin Al Hasib”

Dengan tenang Rasulullah berkata kpd Abu Bakar “Mudah-mudahan suasana mencekam ini kembali menjadi lebih baik."
Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan bertanya, “Dari keturunan siapa Anda?"

“Dari desa Aslam, keturunan Sahmin."

Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata: “Kita telah selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka."
“Siapakah engkau?" Kali ini Buraidah yang bertanya

“Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib."
Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung pun mengikuti jejaknya.
Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal rombongan Rasulullah sampai keluar dari wilayah mereka.

Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan Allah.
Penyebaran Islam di Yatsrib

Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas dan berhati lembut mampu membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan.
Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair.

Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin Umair sedang mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun Bani Zafar.
Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya.
“Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin bangkit melawan kita."
Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang: “Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak menyukainya, aku bersedia pergi dari sini."
Usaid berpikir sejenak, “Baiklah, itu cukup adil."

Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, hati Usaid makin tertarik. Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin Muadz.
“Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad marah.

Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada Usaid, terjadi pula pada Sa'ad.
Begitu mendengar penjelasan Mush'ab tentang Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi Muslim saat itu juga.

Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, “Hai Banu Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang diriku?"
“Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya pendapat dan pengalaman yang terpuji."

“Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian beriman kepada Allah dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.
Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk Islam.

Amr bin Jamuh

Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di luar dugaan kaum Muslimin di Mekah. Para pemuda di sana dengan sangat berani mempermainkan berhala-berhala orang-orang yang masih musyrik.
Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Ia mempunyai sebuah berhala bernama Manat yg terbuat dari kayu Setelah itu para pemuda dari Banu Salamah masuk Islam, diam-diam mrk mengambil Manat pada malam hari dan memasukan berhala kayu itu kedalam lubang penuh lumpur
“Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke tempat penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang. Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang sangat kotor.
Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya lagi di tempat semula.

“Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin Jamuh kepada orang-orang disekitarnya.
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan tuhannya.
Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada tuhannya itu, “Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan pedang ini bersamamu!"
Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat. Ia menemukan tuhannya itu di dalam sumur bersama bangkai seekor anjing. Sementara itu, pedangnya hilang.

“Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?" keluh Amr tidak berdaya.
Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia selama ini.
Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang taat.

Rasulullah Tiba Di Quba

Bersambung besok, insya Allah 🙏🏿

Sallu ala Muhammad 🌹

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Sayid Machmoed BSA

Sayid Machmoed BSA Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @sayidmachmoed

12 Nov
KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian ke 18

Rasulullah Tiba di Quba

Kaum Muslimin di Yatsrib sudah mendengar bahwa Rasulullah telah meninggalkan Mekah. Oleh sebab itu mereka menanti-nanti dan berharap-harap kedatangan beliau. Image
Bahkan beberapa dari mereka pergi ke Quba, suatu kampung yang letaknya beberapa mil dari Yatsrib untuk menyambut Rasulullah.

Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu. Jika sampai siang Rasulullah belum datang, mereka pergi dan berteduh sebentar di tempat lain.
Ketika petang tiba, dan Rasulullah belum juga tiba, mereka pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap hari.

Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ketika panas matahari tengah begitu terik, Rasulullah tiba di Quba.
Read 49 tweets
11 Nov
IA MENGHAPAL SETIAP TETESAN HUJAN

Rasulullah ﷺ bersabda: "Ketika aku di mi’rajkan ke langit, Aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan dan di setiap tangannya ada seribu jemari ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya.
Aku bertanya kepada Jibril, "Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung?."

Jibril menjawab: “Dia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi."
Aku bertanya kepada malaikat itu, "Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia?."
Read 6 tweets
10 Nov
KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian ke 16

Ikrar

Mereka mengulurkan tangan kepada Rasulullah dan berikrar. Inilah yang tercatat dalam sejarah sebagai Baiat Aqabah kedua. Dalam Ikrar kedua ini, mereka berkata:
“Kami berikrar mendengar dan setia pada waktu suka dan duka, pada waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan kami tidak takut kritik siapa pun atas jalan Allah ini."
Rasulullah menjabat tangan para lelaki, tetapi tidak menyentuh tangan wanita. Setelah itu, beliau SAW berkata:

“Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan Tuan-Tuan yang akan menjadi penanggung jawab masyarakatnya."
Read 83 tweets
9 Nov
KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian ke 15

Rintangan dari Abu Lahab

Selain terus-menerus berdakwah kepada orang orang Mekah, Rasulullah juga menyampaikan ajaran Islam kepada orang orang yang datang ke Mekah.
Bangsa Arab berkumpul di Mekah pada pekan-pekan tertentu beberapa kali dalam setahun, misalnya di Pasar Ukazh, yang diadakan selama bulan Syawal, kemudian Pasar Mujannah, yang berlangsung setelah bulan Syawal selama dua puluh hari.
Jika Rasulullah tahu ada rombongan datang, Beliau segera pergi mendatangi mereka sambil berkata:

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian supaya menyembah kepada-NYA dan janganlah kamu menyekutukan Dia dengan sesuatu.
Read 56 tweets
6 Nov
KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian ke 14

Aisyah dan Saudah

Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang dengan gigih. Namun demikian, semakin gigih pula suku-suku pengembara Arab menolak beliau.
Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah dengan Aisyah, putri Abu Bakar. Pernikahan itu bertujuan mempererat tali persaudaraan dengan para pendukung Islam yang setia. Tali persaudaraan yang erat itu sangat penting pada saat-saat sulit seperti itu
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan penghargaan setingi-tingginya bagi Abu Bakar, ayah Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah. Pernikahan ini merupakan suatu bentuk kemenangan dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah
Read 69 tweets
5 Nov
KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian ke 13

Abu Thalib Sakit Keras

Beberapa bulan setelah piagam dihapus. Rasulullah kembali mengalami ujian besar, kali ini bukan penyiksaan dari pihak lawan, melainkan berupa kehilangan orang yang beliau cintai.
Karena sudah lanjut usia dan menderita kehidupan berat di pengasingan selama tiga tahun, Abu Thalib jatuh sakit. Saat itu usianya sudah delapan puluh tahun.
Mengetahui Abu Thalib sakit keras, orang-orang Quraisy khawatir akan terjadi perang antara kaum Quraisy dan Rasulullah beserta para pengikutnya. Apalagi dipihak Rasulullah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang dan keras.
Read 94 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!